Perkebunan Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada Pola Kemitraan Perkebunan

BAB II TINJAUAN PUTAKA

2.1. Perkebunan Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada

tanah danatau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Perkebunan diselenggarakan dengan tujuan : a. Meningkatkan pendapatan masyarakat; b. Meningkatkan penerimaan Negara; c. Meningkatkan penerimaan devisa Negara; d. Menyediakan lapangan kerja; e. Meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing; f. Memenuhi Kebutuhan konsumsi dan bahan baku dalam Negeri; g. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan pertanian dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman kerasindustri seperti kakao, kelapa, dan teh, atau tanaman hortikultura seperti pisang, anggur, atau Universitas Sumatera Utara anggrek. Dalam pengertian bahasa Inggris, perkebunan dapat mencakup plantation dan orchard. Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung ukuran volume komoditi yang dipasarkannya. Namun demikian, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya. Selain itu, perkebunan selalu menerapkan cara monokultur, paling tidak untuk setiap blok yang ada di dalamnya. Penciri lainnya, walaupun tidak selalu demikian, adalah terdapat instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap komoditi yang dipanen di lahan perkebunan itu, sebelum produknya dikirim ke pembeli.

2.2. Pola Kemitraan Perkebunan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004, konsep kemitraan adalah perusahaan perkebunan sebagai inti melakukan kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, memperkuat, bertanggung jawab dan saling ketergantungan dengan masyarakat disekitar perkebunan sebagai plasma. Perusahaan perkebunan adalah pelaku usaha perkebunan warga Negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola usaha perkebunan dengan skala tertentu. Perusahaan dan petani peserta plasma sebaiknya harus bermitra. Pasalnya adanya kemitraan akan membantu memperbesar skala usaha petani dan meningkatkan efisiensi produksi perusahaan. Dalam dunia bisnis telah berkembang pola kemitraan usaha, antara lain : 1. Inti plasma berfungsi melakukan pembinaan, penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran. Sedangkan plasma melakukan fungsi produksi. Universitas Sumatera Utara Kelemahan utama pola ini karena antara inti dan plasma memiliki ketidakseimbangan dalam subsistem yang dilakukan. Plasma selalu menjadi bagian kecil dan tidak memiliki kekuatan untuk menentukan kekuatan bisnis, ironisnya selalu ditekan dalam hal kualitas dan harga. Pola ini dapat saja diperbaiki melalui penambahan peranan pada subsistem yang melekat pada plasma. Misalnya melibatkan plasma pada lembaga yang ada seperti koperasi dalam subsistem pemasaran. Jika pola ini diterapkan secara murni tanpa adanya perubahan dalam kesepakatan maka proses intimidasi dari inti tidak akan pernah berakhir. Dalam kegiatan agribisnis juga dikenal model kemitraan Hulu-Hilir forward linkage, kemitraan Hilir-Hulu backward linkage dan kerjasama pemilikan saham; 2. Sub-kontrak. Pola ini merujuk pada usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh usaha menengah dan besar sebagai bagian dari produksinya. Sedangkan usaha menengah dan besar sebagai bagian produksinya. Sedangkan usaha menengah dan besar berfungsi melakukan pembelian komponen dari usaha kecil untuk keperluan produksinya. Berbagai Negara industri seperti Jepang berhasil mengembangkan pola ini. Pola ini didorong oleh ketentuan dan peraturan yang ditetapkan untuk menyelamatkan usaha kecil sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Pola ini prinsipnya lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan bila didukung oleh suatu aturan yang jelas dari pemerintah; Universitas Sumatera Utara 3. Dagang umum, pada pola ini usaha menengah dan besar memasarkan hasil produksi usaha atau usaha kecil sebagai pemasok kebutuhan usaha menengah dan besar. Pola ini dilakukan dalam dunia bisnis atas dasar saling menguntungkan; 4. Waralaba, pemberian waralaba memberikan penggunaan lisensi merek dagang dan saluran distribusi perusahannya kepada penerima waralaba dengan bantuan bimbingan manajemen. Pada prinsipnya pola ini banyak digunakan dalam dunia bisnis terutama bagi merek-merek terkenal dan dikonsumsi banyak orang; 5. Distribusi dan keagenan; 6. Bentuk-bentuk kemitraan lain, seperti bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan joint venture, dan penyumberluaran outsourching. Prinsip kemitraan adalah saling terbuka dan percaya sehingga kedua pihak saling menguntungkan dan membutuhkan. Dari rasa saling percaya dan bergantung antara perusahaan dan petani, maka terbentuk hubungan win win solution berorientasi jangka panjang. Jika petani membutuhkan biaya pemeliharaan, pihak perusahaan akan menyediakan dana, kemudian timbal baliknya, perusahaan menentukan TBS untuk berproduksi dan petani plasma memenuhi permintaan tersebut. Pabrik Kelapa Sawit PKS memerlukan TBS dengan kondisi matang, bersih dan segar. Karena itu petani sebagai mitra harus mampu menyediakannya. Petani ingin mendapatkan Sisa Hasil Usaha SHU yang mencukupi kebutuhan hidup minimal, maka perusaan inti harus dapat membimbing dan menyediakan SHU yang cukup dengan kinerja kebun dan PKS yang efisien, produksi kebun yang tinggi, dan biaya produksi yang efisien Sunarko, 2009. Universitas Sumatera Utara Kemitraan dilakukan berdasarkan keinginan untuk maju dan berkembang. Membangun kemitraan harus melalui proses membuat jaringan dan hubungan dengan calon mitra. Cara perusahaan memulai kemitraan adalah dengan silaturahmi dan berkenalan dengan petani masyarakat di sekitar kebun yang dilakukan secara terus- menerus. Akhirnya terbentuk persahabatan antara perusahaan dengan calon petani peserta plasma. Dari pertemanan dan persahabatan tersebut, lambat laun akan tumbuh rasa kebersamaan, baik pola pikir maupun pola tindak yang dapat menciptakan kepercayaan satu dengan yang lainnya. Perusahaan harus mampu membangun kelembagaan petani yang kuat, cerdas, dan komunikatif. Sebaliknya, dari sisi eksternal harus menyusun program bersama yang dapat menciptakan harmonisasi hubungan dan kemitraan kedua belah pihak yang saling percaya, saling membutuhkan, saling bergantung, serta saling menjaga manajemen kemitraan yang harmonis dan produktif Yasin dkk, 2001. Pola kemitraan di Kecamatan Sinunukan adalah lebih condong kepada pola kemitraan Perusahaan Inti Rakyat PIR namun karena keterbatasan luas lahan yaituurang dari 2 Ha, sehingga tercipta pola kemitraan Profit Share. Kemitraan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan pendapatan perkebunan melui program Revitalisasi Perkebunan. Pola inti plasma merupakan hubungan kemitraan antara kelompok tani dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma atau disebut juga dengan pola PIR. Pola perusahaan inti rakyat adalah pola Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang menbangun dan membimbing Universitas Sumatera Utara perkebunan rakyat disekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan kesinambungan. Pelaksanaan pengembangan perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan ditujukan untuk membangun perkebunan rakyat, dengan pendekatan pengembangan sebagai berikut: a. Pengembangan perkebunan rakyat yang dilakukan adalah melalui kemitraan, baik pola PIR Perusahaan Inti Rakyat maupun kemitraan lainnya. Untuk wilayah yang tidak tersedia mitranya, dimungkinkan pengembangan dilakukan langsung oleh pekebun atau melalui Koperasi dengan pembinaan oleh jajaran Departemen Pertanian dan Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten; b. Setiap lokasi pengembangan diarahkan untuk terwujudnya hamparan yang kompak serta memenuhi skala ekonomi; c. Luas lahan masing-masing petani peserta yang ikut dalam Program Revitalisasi Perkebunan adalah 2-4 HaKK , kecuali untuk wilayah khusus yang pengaturannya ditetapkan oleh Menteri Pertanian; d. Untuk memberikan jaminan kepastian dan keberlanjutan usaha, pengembangan perkebunan yang melibatkan mitra usaha dapat dilakukan melalui pengelolaan kebun dalam satu manajemen Manajemen Satu Atap minimal 1 satu siklus tanaman; e. Bunga kredit yang diberikan kepada petani peserta sebesar 10, dengan subsidi bunga menjadi beban pemerintah sebesar selisih antara bunga pasar yang berlaku untuk kredit sejenis dengan bunga yang dibayar petani peserta. Subsidi bunga diberikan selama masa pembangunan yaitu sampai dengan tanaman menghasilkan Universitas Sumatera Utara maksimal 5 tahun untuk kelapa sawit. Besarnya suku bunga yang dibayar pekebun setelah masa tenggang adalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bank tanpa subsidi bunga; Pola kemitraan PIR dan Profit Share memiliki persyaratan yang sama karena terkait dengan satu perusahaan inti yaitu PT. Sago Nauli untuk setiap calon anggota, dimana persyaratan yang ditetapkan sebagai petani plasma adalah: a. Calon Petani Peserta adalah Kepala Keluarga petani setempatorang perorangan yang memiliki lahan untuk diikut sertakan dalam pola kemitraan yang untuk kemudian ditetapkan oleh Bupati sebagai calon penerima Kebun Plasma; b. Petani peserta adalah Kepala Keluargaorang perorangan yang memiliki kartu tanda penduduk dan memiliki legalitas hak atas tanah yang sah dan diketahui oleh kepala desanya; c. Memiliki lahan yang luasnya cukup untuk diikut sertakan dalam pembangunan perkebunan Inti Plasma; d. Calon Petani Peserta yang telah ditetapkan berumur minimal 18 tahun dan atau sebelumnya sudah kawin, serta maksimal berumur 45 tahun; e. Berkelakuan baik; f. Calon petani peserta harus terdaftar dalam daftar nominatif yang ditetapkan oleh Bupati; g. Bersedia tidak mengalihkan hak atas wilayah plasma kepada pihak lain; h. Tidak ikut pada proyek PIR Perkebunan lainnya; Universitas Sumatera Utara i. Bersedia menandatangani perjanjian kredit atau memberikan kuasa pada koperasi untuk menandatangani perjanjian kredit dengan Bank Pelaksana yang ditunjuk oleh Pemerintah; j. Bebas dari tunggakan pinjaman lain dari perbankan pada waktu konversi diadakan, kecuali ada pertimbangan lain; k. Penetapan calon Petani Peserta menjadi Petani Peserta sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui Surat Keputusan Pemimpin Proyek PIR Perkebunan yang bersangkutan sesuai pedoman yang berlaku; l. Penggantian Petani Peserta dilakukan sesuai prosedur penetapan Calon Petani Peserta setelah mengugurkan hak petani sebelumnya kecuali karena meninggal dunia penggantian jatuh ke tangan ahli waris dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. m. Khusus masyarakat perorangan atau kelompok petani peserta yang ingin mengembangkan dan mengusahakan tanaman sejenis di sekitar proyek PIR Perkebunan dibina melalui ikatan kemitraan. Program pembangunan perkebunan melalui pola PIR-TRANS didasarkan pada Kepres Nomor 01 tahun 1986, sedangkan pola KKPA didasarkan atas keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 73KptsKB.51021998 dan Nomor 01SKBM1198 yang mana kedua pola ini bertujuan sama yaitu meningkatkan produksi non migas, meningkatkan pendapatan petani, membantu pengembangan wilayah serta menunjang Universitas Sumatera Utara pengembangan perkebunan, meningkatkan serta memberdayakan Koperasi Unit Desa di wilayah plasma. Tahapan pembangunan kebun plasma terdiri dari : A. Tahap Konstruksi terdiri dari : 1. Masa Persiapan yaitu : - Perolehan izin berdasarkan : - Surat Keputusan Gubernur Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5931097 tanggal 30 Mei 1995; - Surat Keputusan Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Republik Indonesia Nomor Kep 04Men1996 tanggal 16 Januari 1996 tentang izin Pelaksanaan Transmigrasi sementara; - Surat Keputusan Menteri transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Nomor Kep. 80Men1997 tanggal 12 Agustus 1997 ; - Izin Prinsip Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dari Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor KB 320418MentanXI95 tanggal 20 November 1995; - Surat Reomendasi Khusus Kantor Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 1154KDK.29X1996; - Surat Persetujuan Pemberian Kredit SPPK dari Perseroan Terbatas PT. Bank Bukopin Nomor 1923BUKI-MDNXI1998 tanggal 29 September 1998. Universitas Sumatera Utara 2. Masa Pembangunan Fisik Kebun yaitu : Pembangunan fisik kebun sepenuhnya dilaksanakan oleh Perusahaan Inti sesuai dengan standar fisik yang telah ditentukan Direktorat Jendral Perkebunan. Pemanfaatan petani peserta sebagai tenaga kerja juga bertujuan untuk membina petani peserta tersebut mempunyai kemampuan untuk mengelola kebun plasma nantinya. Keberhasilan suatu proyek plasma sangat tergantung dari pembangunan fisik kebun yang baik guna menjamin penyerahan kebun yang tepat waktu dan produksi tinggi. Membangun fasilitas pabrik untuk menampung hasil produksi inti dan plasma. B. Masa Penyerahan Kebun sampai Pelunasan Kebun 1. Persiapan Penyerahan Kebun dilaksanakan sejak tanaman berumur 30 bulan sd 48 bulan yaitu : Pengukuran kavling, Pembentukan kelompok tani, Undian BlokKavling, Penilaian awal fisik kebun, Permohonan Penilaian teknis, Penilaian Teknis Akhir Kebun, Pembuatan sertifikat. 2. Masa Penyerahan Kebun : mulai dari perjajian kerjasama antara Inti, Koperasi Unit Desa, Kelompok Tani dan Bank, penyuluhan terpadu, dan pelaksanaan alih kebun atau akan kredit. 3. Masa Pelunasan Kredit dimana perusahaan inti bertugas membina Koperasi Unit Desa, kelompok tani serta memotong hasil produksi petani untuk pembayaran kredit pembangunan kebun pada Bank pelaksana, menerima hasil produksi petani peserta melalui Koperasi Unit Desa dan Koperasi Unit Desa bertugas mengkoordinasi pemeliharaan, panen, transport hasil petani peserta Universitas Sumatera Utara ke lokasi pabrik, Menyediakan kebutuhan petani peserta, melakukan administrasi terhadap penjualan hasil petani peserta, mengaturkan hubungan kerjasama dengan petani peserta, kelompok tani dan perusahaan inti, mengadministrasikan seluruh transaksi keuangan antara kebun plasma dengan bank secara periodik, memupuk sumber dana sebagai tabungan untuk menambah modal Koperasi Unit Desa, membantu anggotapetani peserta memperoleh bantuan kredit perbankan untuk mengembangkan usaha, mempersiapkan diri untuk pembelian saham Perusahaan Inti. C. Masa Pasca Kredit Lunas Untuk menjamin kelangsungan dan kesinambungan program PIR dan KKPA kesepakatan kerjasama antara perusahaan inti, Koperasi Unit Desa dan petani peserta harus tetap dilaksanakan secara konsisten, walaupun petani peserta telah melunasi kredit pembangunan kebunnya. Kontrak kerja yang dibuat dengan pola PIR dan Profit Share adalah sama karena bermitra dengan persahaan inti yang sama yaitu PT. Sago Nauli pada surat kontrak kerja diuraikan kewajiban dan hak petani plasma dan perusahaan inti sejak masa Tanaman Baru Belum Menghasilkan TBBM sampai pada tahap masa pencicilan kredit Atau Tanaman Menghasilkan TM berikut : A. 1. Kewajiban dan hak pihak pertama selama masa pencicilan kredit atau tanaman menghasilkan : Kewajiban pihak pertama selama masa pencicilan kredit atau tanaman menghasilkan : Universitas Sumatera Utara a. b. Memberikan kuasa kepada pihak kedua untuk membantu dan mengawasi selama kegiatan pemeliharaan dan pemanenan perkebunan serta pemasaran Tandan Buah Segar TBS milik para anggota terutama berkenaan dengan kebutuhan tenaga kerja dan pembagian kelompok kerja dalam kelompok tani; c. Menjual seluruh Tandan Buah Segar TBS selama perkebunan masih menghasilkan hanya kepada pihak kedua dengan harga yang berpedoman pada ketentuan dan rumus harga yang berpedoman pada ketentuan dan rumus harga sesuai dengan surat keputusan menteri pertanian tentang kebutuhan dan rumus harga pembelian Tandan Buah Segar TBS; d. Menyerahkan hasil penjualan Tandan Buah Segar TBS tahun pertama kepada pihak kedua untuk membiayai pembangunan perkebunan yang mengurangi jumlah kredit yang seharusnya oleh anggota pihak pertama; e. Memberi kuasa kepada pihak kedua untuk melakukan pembayaran angsuran kredit beserta bunganya kepada Bank pelaksana setiap triwulan atau menurut ketentuan Bank pelaksana dan pemotongan biaya pemeliharaan dan pemanenan, transportasi pemanenan menurut biaya standar pada perhitungan cash flow yang telah disetujui Bank Indonesia dan Bank pelaksana yang merupakan kewajiban para anggota pihak pertama; Menerima pelatihan kerja Job Training dibidang administrasi, manajemen dan tekhnis perkebunan serta rendemen dari pihak kedua. Universitas Sumatera Utara 2. a. Hak pihak pertama selama masa pencicilan kredit atau tanaman menghasilkan yaitu : b. Apabila pihak kedua membutuhkan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan pemanenan Tandan Buah Segar TBS para anggota pihak pertama memperoleh kesempatan terlebih dahulu sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pihak kedua dengan pembayaran upah minimum menurut ketentuan Upah Minimum Regional UMR di Provinsi Sumatera Utara; c. Melakukan pengawasan selama kegiatan pemeliharaan dan pemanenan perkebunan termasuk penimbangan serta pemasaran Tandan Buah Segar TBS milik para anggota pihak pertama; d. Menerima laporan pertanggung jawaban dari pihak kedua setelah masa tenggang waktu grace priode kredit 4 empat tahun. Pihak kedua berhak melakukan pembayaran angsuran kredit kepada Bank pelaksana; e. Menerima kebun kelapa sawit anggota dari pihak kedua sesuai dengan lahan milik anggota masing-masing; Menerima hasil penjualan Tandan Buah Segar TBS dari pihak kedua untuk diserahkan kepada para anggota pihak pertama setiap tanggal 21 bulan berikutnya setelah dipotong dengan angsuran kredit dan bunganya. Biaya pemeliharaan serta biaya pemanenan termasuk transportasi pemanenan menurut biaya standar pada perhitungan cash flow yang telah Universitas Sumatera Utara disetujui oleh Bank Indonesia c.q Bank pelaksana yang merupakan kewajiban anggota pihak pertama; f. B. Kewajiban dan hak pihak kedua atau perusahaan inti selama masa pencicilan kreditTanaman Menghasilkan TM : Apabila terjadi kesalahan tekhnis yang dilakukan oleh pihak kedua yang mengakibatkan mundurnya mundurnya masa produksi Tandan Buah Segar TBS, maka pihak pertama berhak meminta jaminan secara penuh kepada pihak kedua. 1. Kewajiban pihak kedua atau perusahaan inti selama masa pencicilan kreditTanaman Menghasilkan TM : a. Memberikan kesempatan kerja terlebih dahulu kepada para anggota pihak pertama. Apabila pihak kedua membutuhkan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan pemanenan Tandan Buah Segar TBS sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pihak kedua dengan membayar UMR yang ditetapkan Provinsi Sumatera Utara; b. Menerima kuasa dan wewenang pengelolaan dana kredit dari pihak pertama untuk membangun perkebunan milik para anggota pihak pertama; c. Memberikan laporan pertanggung jawaban kepada pihak pertama apabila setelah masa tenggang waktu grace period kredit 4 empat tahun. Pihak kedua belum melakukan pembayaran angsuran kredit kepada Bank pelaksana; Universitas Sumatera Utara d. Menyerahkan kebun kelapa sawit milik anggota koperasi sesuai dengan luas lahan anggota pihak pertama; e. Pihak kedua wajib membeli selurua Tandan Buah Segar TBS selam perkebunan masih menghasilkan dari pihak pertama dengan harga sesuai surat keputusan Menteri Pertanian tentang ketentuan dan rumus harga pembelian Tandan Buah Segar TBS; f. Menyerahkan hasil penjualan Tandan Buah Segar TBS kepada pihak pertama melalui rekening pihak pertama di Bank pelaksana; g. Apabila terjadi kelalaian tekhnis yang dilakukan oleh pihak kedua yang mengakibatkan mundurnya produksi Tandan Buah Segar TBS, maka pihak kedua menjamin secara penuh untuk tetap melakukan pengembalian kredit sesuai dengan jadwal yang telah disetujui oleh Bank Indonesia dan Bank pelaksana. 2. Hak pihak kedua atau perusahaan inti selama masa pencicilan kreditTanaman Menghasilkan TM : a. Menerima kuasa dari pihak pertama untuk membantu dan mengawasi selama kegiatan pemeliharaan dan pemanenan perkebunan serta pemasaran Tandan Buah Segar TBS milik para anggota pihak pertama terutama berkenaan dengan kebutuhan tenaga kerja dan pembagian kelompok kerja dalam kelompok tani; b. Menerima hasil penjualan Tandan Buah Segar TBS tahun pertama dari pihak pertama guna membiayai pembangunan perkebunan yang Universitas Sumatera Utara mengurangi jumlah kredit yang seharusnya ditanggung oleh para pihak pertama; c. Menerima kuasa dari pihak pertama untuk melakukan pembayaran angsuran kredit beserta bunganya kepada Bank setiap triwulan dan pemotongan biaya pemeliharaan dan biaya pemanenan perkebunan termasuk transportasi permanen menurut biaya standar pada perhitungan cash flow yang telah disetujui Bank Indonesia c.q. Bank pelaksana yang merupakan kewajiban para nggota pihak pertama.

2.3. Perkebunan dan Perekonomian Wilayah