KESIMPULAN KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini dan pada bagian akhir akan dikemukakan saran- saran baik yang bersifat pengembangan penelitian maupun praktis yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara religiusitas dengan kebahagiaan pada lansia muslim. Semakin tinggi religiusitas seorang lansia maka semakin tinggi kebahagiaannya. Sebaliknya, semakin rendah religiusitas seorang lansia maka semakin rendah kebahagiaannya. 2. Mean empirik pada variabel religiusitas lebih kecil dari skor hipotetik, hal ini berarti religiusitas dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan populasi yang diasumsikan. 3. Mean empirik variabel kebahagiaan lebih kecil dari skor hipotetik, hal ini berarti kebahagiaan dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan populasi yang diasumsikan. Universitas Sumatera Utara 4. Kontribusi dari variabel religiusitas terhadap kebahagiaan adalah 15,6 terlihat dari R-Square yang diperoleh dari hubungan religiusitas dengan kebahagiaan. 5. Terdapat 12 12 orang subjek penelitian mempunyai religiusitas yang rendah. Sebanyak 72 72 orang subjek penelitian memiliki religiusitas yang sedang, dan sebanyak 16 16 orang subjek penelitian yang memiliki religiusitas yang tinggi. 6. Terdapat 12 12 orang subjek penelitian mempunyai kebahagiaan yang rendah. Sebanyak 83 83 orang subjek penelitian memiliki kebahagiaan yang sedang, dan sebanyak 7 7 orang subjek penelitian yang memiliki kebahagiaan yang tinggi. 7. Terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi keyakinan akidah dengan kebahagiaan pada lansia muslim. Hasil ini bararti bahwa semakin tinggi tingkat keyakinan akidah lansia muslim terhadap agamanya maka semakin tinggi pula tingkat kebahagiaannya. 8. Terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi peribadatan praktek agama dengan kebahagiaan pada lansia muslim. Hasil ini berarti bahwa semakin tinggi intensitas peribadatan praktek agama yang dilakukan lansia muslim maka semakin tinggi pula kebahagiaannya. 9. Terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi pengalaman penghayatan dengan kebahagiaan pada lansia muslim. Hasil ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pengalaman penghayatan lansia muslim terhadap agamanya maka semakin tinggi pula kebahagiaannya. Universitas Sumatera Utara 10. Terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi pengamalan akhlak dengan kebahagiaan pada lansia muslim. Hasil ini dapat berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengamalan akhlak lansia muslim maka semakin tinggi pula tingkat kebahagiaannya. 11. Terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi pengetahuan ilmu dengan kebahagiaan pada lansia muslim. Hasil ini berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan agama lansia muslim maka semakin tinggi pula kebahagiaannya. 12. Ada hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan pada lansia perempuan yang berarti semakin semakin religius lansia tersebut semakin tinggi kebahagiaannya. Akan tetapi tidak ada hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan pada lansia laki-laki. Hal ini berarti tidak ada kaitan antara religiusitas terhadap kebahagiaan pada lansia laki-laki. 13. Ada hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan pada lansia dengan rentang usia 60-70 tahun; 71-80 tahun dan 81-90 tahun yang berarti semakin religius lansia tersebut semakin tinggi kebahagiaannya. 14. Ada hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan pada lansia yang sakit dan yang sehat. yang berarti semakin religius lansia tersebut semakin tinggi kebahagiaannya. Universitas Sumatera Utara B.DISKUSI Hasil penelitian pada sampel lansia muslim menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara religiusitas dengan kebahagiaan pada lansia muslim, ini menunjukkan bahwa semakin tinggi religiusitas lansia maka akan semakin tinggi kebahagiaannya. Hasil ini sejalan dengan Carr 2004 yang menyatakan bahwa salah satu hal yang berhubungan dengan kebahagiaan adalah agama, selanjutnya hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Myers dalam Carr, 2004 bahwa suatu studi di Amerika Utara menemukan adanya hubungan yang moderat antara bahagia dan keterlibatan dalam kegiatan keagamaan. Religiusitas merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kebahagiaan, karena dengan adanya religiusitas dalam diri individu dapat mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kibuuka 2005 yang menyatakan bahwa religiusitas merupakan perasaan spiritual yang berkaitan dengan model perilaku sosial dan individual, yang membantu seseorang mengorganisasikan kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki religiusitas yang baik maka akan mampu mengorganisasikan kehidupannya dengan baik sehingga mengarahkan individu tersebut untuk dapat menggapai kebahagiaannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan bahwa individu yang religius lebih bahagia dan lebih puas dengan kehidupannya dibandingkan individu yang tidak religius. Hal ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, efek psikologis yang ditimbulkan oleh religiusitas cenderung positif, Universitas Sumatera Utara mereka yang religius memiliki tingkat penyalahgunaan obat-obatan, kejahatan, perceraian dan bunuh diri yang rendah. Kedua, adanya keuntungan emosional dari agama berupa dukungan sosial dari mereka yang bersama-sama membentuk kelompok agama yang simpatik. Ketiga, agama sering dihubungkan dengan karakteristik gaya hidup sehat secara fisik dan psikologis dalam kesetiaan perkawinan, perilaku prososial, makan dan minum secara teratur, dan komitmen untuk bekerja keras dalam Carr, 2004. Hakim 2003 juga menyatakan bahwa terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif antara agama dan keadaan psikologis lanjut usia, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Koenig, Goerge dan Segler dalam Hakim, 2003 yang menunjukkan bahwa strategi menghadapi masalah yang tersering dilakukan oleh 100 responden berusia 55 tahun-80 tahun terhadap peristiwa yang paling menimbulkan stres adalah berhubungan dengan agama dan kegiatan religius. Dimensi keyakinan akidah menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran ajaran agamanya, salah satunya menyangkut keyakinan tentang Allah, dimana dengan keyakinan tersebut akan menimbulkan perasaan dekat dengan Tuhannya sehingga akan mendatangkan rasa ketenangan dan rasa aman pada lansia. Hal ini sejalan dengan Kokasih 2002 yang menyatakan bahwa kebahagiaan dipengaruhi oleh hubungan kita dengan Tuhan Yang Maha Esa, bahkan sering kali merupakan faktor utama kebahagiaan. Peribadatan praktek agama menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh Universitas Sumatera Utara dan dianjurkan oleh agamanya, diantaranya adalah shalat, puasa, zakta, haji, membaca al- qur’an, doa, zikir, ibadah qurban, iktikaf di mesjid dan sebagainya. Individu yang melaksanakan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan benar maka akan dapat merasakan ketenangan jiwa, kesehatan fisik, pengendalian emosi yang baik, mengusir kecemasan dan kesedihan dan mendatangkan kesenangan, kebahagiaan dan kehidupan yang baik. Dimensi pengalaman atau penghayatan menunjuk pada seberapa jauh tingkat seorang muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Dalam keberislaman, dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tenteram dan bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakkal pasrah diri secara positif kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al- Qur’an, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat pertolongan atau peringatan dari Allah. Individu yang memiliki panghayatan yang baik terhadap ajaran agamanya, misalnya dalam hal shalat khusyuk, maka akan mengarahkan dirinya untuk mencapai kebahagiaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Nur Hidayah 2008 yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kekhusyukan shalat dengan kebahagiaan. Dimensi pengamalan atau akhlak menunjuk pada seberapa tingkatan seorang muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keberislaman, dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerja sama, Universitas Sumatera Utara berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum-minuman yang memabukkan, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam, dan sebagainya. Salah satu yang terlihat disini adalah sikap memaafkan, dimana menurut Seligman 2002 memaafkan dapat menurunkan stress dan meningkatkan kemungkinan terciptanya kepuasan hidup. Lansia muslim yang memiliki pengamalan terhadap ajaran agamanya akhlak yang baik maka akan mengarahkan hidupnya untuk mencapai kebahagiaan. Dimensi pengetahuan agama atau ilmu menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman seorang muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab sucinya. Dalam keberislaman, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al- Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan rukun iman dan rukun Islam, hukum-hukum Islam, sejaran Islam, dan sebagainya. Lansia yang memiliki pengetahuan yang baik tentang agamanya maka akan memudahkannya untuk melaksanakan ibadah dengan baik dan benar, sehingga ibadah itu dapat memberi dampak positif pada kehidupannya dan mencapai kebahagiaan. Kontribusi dari variabel religiusitas terhadap kebahagiaan adalah 15,6 terlihat dari R-Square yang diperoleh dari hubungan religiusitas dengan kebahagiaan. Hal ini berarti terdapat faktor-faktor lain yang berkontribusi Universitas Sumatera Utara terhadap kebahagiaan lansia. Hal ini sesuai dengan Seligman 2002 dan didukung oleh Carr 2004 yang menyatakan bahwa selain agama, faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap kebahagiaan antara lain uang, pernikahan, kehidupan sosial, kesehatan, emosi positif, usia, pendidikan, iklim, ras dan jender, produktifitas pekerjaan. Terdapat hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan pada lansia perempuan, akan tetapi tidak ada hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan pada lansia laki-laki. Hasil ini bisa dikarenakan kebahagaiaan pada lansia laki-laki bukan hanya berhubungan dengan religiusitas tapi karena ada faktor-faktor yang lain, seperti uang, pernikahan, kehidupan sosial, kesehatan, pekerjaan, pendidikan, dll. Hal ini juga sesuai dengan Seligman 2002 dan didukung oleh Carr 2004 yang menyatakan bahwa selain agama, faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap kebahagiaan antara lain uang, pernikahan, kehidupan sosial, kesehatan, emosi positif, usia, pendidikan, iklim, ras dan jender, produktifitas pekerjaan. Ada hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan pada lansia dengan rentang usia 60-70 tahun R=0.390; 71-80 tahun R=0,667 dan 81-90 tahun R=0,850 yang berarti semakin religius lansia tersebut semakin tinggi kebahagiaannya. Korelasi yang semakin meningkat sepanjang rentang usia menunjukkan bahwa semakin bertambah usia lansia, semakin kuat hubungan religiusitas dalam mempengaruhi kebahagiaan mereka. Hal ini sejalan dengan Hakim 2003 yang menyatakan bahwa secara fisik lanjut usia mengalami penurunan, tetapi pada aktivitas yang berkaitan dengan agama justru mengalami Universitas Sumatera Utara peningkatan, artinya perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupannya, dan menentramkan batinnya Hakim, 2003. Kedua variabel berkorelasi pada lansia yang sakit R=0,53 dan yang sehat R=0,387. Korelasi religiusitas dengan kebahagiaan pada lansia yang sakit lebih tinggi dibandingkan yang sehat, hal ini bisa disebabkan karena lansia yang sakit dapat merasa lebih dekat dengan Tuhan, sehingga ketika seorang lansia bisa merasa lebih dekat dengan Tuhan, lansia tersebut dapat mendapatkan kebahagiaan. Kosasih 2002 menyatakan bahwa kebahagiaan dipengaruhi oleh hubungan kita dengan Tuhan Yang Maha Esa, bahkan seringkali merupakan faktor utama untuk kebahagiaan. Penelitian ini tidak berjalan tanpa kendala. Terdapat beberapa hal yang terjadi diluar perkiraan peneliti, diantaranya adalah kesulitan untuk mencari lansia muslim yang bersedia mengisi skala yang diberikan. Ketika meminta kesediaan para lansia untuk mengisi skala yang diberikan, pada awalnya ada beberapa yang menolak dengan alasan ada pekerjaan menjaga cucu, memasak dll. Ditambah lagi dengan jumlah aitem yang cukup banyak, bagi para lansia yang rata-rata sudah sulit untuk membaca dan mendengar hal ini sangat menyulitkan, sehingga peneliti harus membacakan satu persatu soal kepada beberapa lansia tersebut, oleh karena itu sangat dibutuhkan sekali kesabaran dan konsentrasi yang tinggi dari peneliti. Universitas Sumatera Utara

C. SARAN