Perkembangan Sasaran Akhir Kebijakan Moneter

dibandingkan dengan impor. Peningkatan ekspor di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, diversifikasi pasar tujuan ekspor ke negara-negara emerging markets Asia seperti China dan India yang pertumbuhan ekonominya masih relatif tinggi didukung oleh permintaan domestiknya yang tetap kuat. Kedua, karakteristik komoditas ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut yang didominasi komoditas seperti energi dan komoditas pangan terutama digunakan untuk konsumsi domestiknya sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh penurunan volume perdagangan dunia. Sementara itu, ketahanan ekonomi Indonesia dari sisi domestik didukung oleh beberapa faktor. Pertama, kuatnya konsumsi yang didukung oleh meningkatnya daya beli seiring dengan meningkatnya perdapatan per kapita terutama segmen penduduk dengan penghasilan menengah ke atas. Kedua, meningkatnya jumlah usia produktif dan tenaga kerja di sektor formal. Ketiga, bertambahnya sumber pertumbuhan ekonomi di daerah sehingga pertumbuhan ekonomi semakin merata. Keempat, tingginya konsumsi domestik direspons oleh peningkatan investasi untuk memperbesar kapasitas ekonomi nasional. www.bi.go.id

4.4 Perkembangan Sasaran Akhir Kebijakan Moneter

Bank Indonesia telah menetapkan yang menjadi sasaran tunggal kebijakan moneter tertuang pada Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7 menyatakan bahwa Indonesia telah menganut kebijakan moneter dengan tujuan tunggal yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan tunggal tersebut terangkum dalam kerangka strategis penargetan inflasi inflation targeting framework. Universitas Sumatera Utara Dalam mencapai sasaran akhirnya, ada hal yang harus dilalui yaitu mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral bekerja dan mempengaruhi berbagai aktifitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan. Mekanisme ini dimulai dari tindakan bank sentral menggunakan instrumen moneter, dalam melaksanakan kebijakannya. Pencapaian sasaran kebijakan moneter dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktor utama yang memiliki pengaruh terhadap inflasi, yakni interaksi permintaan-penawaran output gap, nilai tukar, dan ekspektasi inflasi. Pada 2005, tekanan inflasi diperkirakan berasal dari ekspektasi inflasi dan output gap. Ekspektasi inflasi masyarakat cenderung meningkat didorong oleh tekanan harga barang- barang administered prices BBM, TDL. Sementara itu, tekanan output gap didorong oleh output aktual yang semakin mendekati output potensial. Menghadapi meningkatnya tekanan inflasi tersebut, kebijakan moneter tetap diarahkan pada upaya mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan Pemerintah melalui langkah-langkah kebijakan yang cenderung ketat. Dengan langkah kebijakan tersebut diharapkan momentum pertumbuhan ekonomi tetap terpelihara. Secara operasional, kebijakan moneter tersebut dilakukan melalui penyediaan likuiditas yang sesuai dengan kebutuhan perekonomian. Untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, suku bunga akan digunakan sebagai sasaran operasional kebijakan moneter pada pertengahan 2005 menggantikan uang primer. Universitas Sumatera Utara Gejolak krisis ekonomi global tahun 2008 menghadapkan proses transmisi kebijakan moneter pada tantangan hingga pada tahun selanjutnya. Pengaruh krisis ekonomi global cukup kuat memengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi yang kemudian memicu pelaku usaha, terutama perbankan, untuk lebih berhati- hati dan cenderung menahan atau menghindari risiko. Di tengah persistensi ekses likuiditas perbankan dan kurang responsifnya sisi penawaran, sehingga mengurangi efektivitas transmisi stimulus kebijakan makro ekonomi ke sektor riil, maka berbagai hal di atas menjadikan terkendalanya mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga. Peranan efektivitas transmisi pada tahun 2009 pengaruh suku bunga BI Rate yang ditransmisikan pada suku bunga SBI ke suku bunga PUAB ON cukup mengalami peningkatan . Hal tersebut terkait dengan aspek positif dari penguatan kerangka operasional termasuk penyempitan koridor suku bunga khususnya sejak awal tahun 2008. Pengaruh dari suku bunga PUAB ke suku bunga simpanan dan kredit serta pengaruh dari suku bunga simpanan terhadap suku bunga kredit tidak sebesar pengaruh BI Rate yang ditransmisikan pada suku bunga SBI terhadap suku bunga PUAB ON. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai kondisi mikro yang masih dihadapi pelaku pasar di tengah persepsi terhadap kondisi makroekonomi yang belum sepenuhnya pulih pascakrisis keuangan global. Pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter pada tahun 2009 lebih rendah dibandingkan dengan sasaran inflasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Rendahnya inflasi ini didukung oleh inflasi kelompok volatile food. Dari sisi domestik, rendahnya inflasi kelompok ini didukung oleh penurunan BBM, tarif Universitas Sumatera Utara angkutan dan kecukupan pasokan bahan pangan, terutama beras. Dari sisi eksternal, menurunnya harga pangan global dan nilai tukar rupiah yang menguat semakin menurunkan tekanan terhadap inflasi volatile food. Secara fundamental, rendahnya inflasi 2009 terutama didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah sejak awal kuartal II 2009, disamping permintaan domestik yang melambat dan ekspektasi inflasi yang membaik. Tren penguatan rupiah tidak terlepas dari pulihnya kepercayaan investor asing terhadap konsistensi kebijakan makroekonomi dan relatif kuatnya kondisi fundamental ekonomi Indonesia, sehingga mendorong aliran modal masuk cukup besar. Menguatnya rupiah dan terjaganya pasokan, khususnya bahan pangan selanjutnya telah mendorong membaiknya ekspektasi inflasi. Dari sisi kesenjangan output, melambatnya kegiatan ekonomi domestik menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2009 berada di bawah tingkat potensialnya. www.bi.go.id Perkembangan inflasi 2011 lebih rendah dari sasaran inflasi 5±1 yoy. Hal tersebut dipengaruhi oleh stabilnya inflas inti, rendahnya inflasi bahan pangan dan minimnya inflasi administered prices. Inflasi inti yang stabil didukung oleh kebijakan moneter dan nilai tukar dalam mengendalikan permintaan, tekanan inflasi dari barang impor, serta terjaganya ekspektasi inflasi. Rendahnya inflasi bahan pangan didukung oleh kebijakan Pemerintah dalam menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi serta stabilisasi harga pangan. Sementara itu, kebijakan fiskal terkait subsidi energi berdampak pada minimnya inflasi administered prices . Universitas Sumatera Utara

4.5 Analisis Hasil Penelitian