Perkembangan Variabel pada Jalur Suku Bunga

4.2 Perkembangan Variabel pada Jalur Suku Bunga

Pada mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia yang dilaksanakan pada jalur suku bunga, terdapat beberapa variabel di dalamnya. Perkembangan dari setiap variabel dapat dapat dijelaskan berikut ini. 4.2.1 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Dalam pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia, Operasi Pasar Terbuka OPT merupakan piranti yang utama untuk tetap dilaksanakan. OPT terdiri dari OPT reguler yang dilakukan melalui pelaksanaan lelang SBI termasuk FASBI, serta OPT nonreguler yang akan dilakukan melalui Fine Tune Operation FTO. Dari sisi operasional kebijakan moneter, lelang Sertifikat Bank Indonesia SBI 1 bulan pada periode tahun 2004 berhasil menyerap likuiditas. www.bi.go.id Perkembangan suku bunga SBI dapat ditampilkan pada grafik berikut ini. Grafik 4.1 Perkembangan Suku Bunga SBI 6 7 8 9 10 11 12 13 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RSBI Sumber : Pengolahan data Universitas Sumatera Utara Berdasarkan perjalanan suku bunga SBI dari tahun 2004 hingga tahun 2011, cukup mengalami pergerakan yang cukup berarti. Dari tahun 2004 dari kuartal I hingga tahun 2005 kuartal II masih tetap berada kisaran 7-8 persen, angka suku bunga yang cukup stabil. Namun, bila dilanjutkan pada kuartalan berikutnya, terlihat bahwa suku bunga SBI cukup menaik pada tahun 2005 kuartal III hingga tahun 2006 kuartal III, yang berada pada kisaran 10-12 persen. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi makro yang menunjukkan bahwa adanya kenaikan tekanan harga barang- barang administered prices BBM, TDL. Dalam hal ini, sebagai tugas Bank Indonesia dalam menstabilkan nilai rupiah, maka menetapkan suku bunga SBI yang cukup tinggi, dengan maksud melakukan kebijakan ketat moneter. Dengan demikian, akan menimbulkan pihak intermediasi yaitu bank akan menaikkan suku bunga deposito, yang pada akhirnya akan menaikkan minat masyarakat untuk menabung uangnya, sehingga jumlah uang beredar dapat terserap. Pergerakan selanjutnya menunjukkan bahwa pada tahun 2006 kuartal IV kembali menurun dari sebelumnya hingga kuartal selanjuttnya. Dan pada periode selanjutnya yaitu tahun 2009 hingga tahun 2011, suku bunga SBI beradaa pada angka yang stabil yaitu pada kisaran 6 persen. 4.2.2 Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank Tolak ukur sasaran operasional kebjakan moneter terlihat pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight PUAB ON. Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito dan akhirnya akan diikuti suku bunga kredit perbankan. Universitas Sumatera Utara Berikut perkembangan suku bunga PUAB yang ditampilkan pada grafik. Grafik 4.2 Perkembangan Suku Bunga PUAB 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RPUAB Sumber : Pengolahan data Dalam pergerakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank PUAB, cukup mengalami pergerakan yang tidak jauh berbeda dari kuartal yang satu dengan kuartal yang lain. Suku bunga PUAB tidak sepenuhnya mengacu kepada suku bunga instrumen. Ini terlihat dari perkembangan suku bunga PUAB tidak selalu sama dengan suku bunga SBI, namun perbedaannya tidak tinggi. Ditinjau dari kelompok pelakunya, selama tahun 2004 bank pemerintah menjadi pemasok utama bagi likidutas PUAB baik pada sesi pagi maupun sesi sore. Besarnya peranan bank pemerintah tersebut selaras dengan kondisi bank pemerintah yang memiliki likuiditas cukup besar terutama dari nasabah korporasi dan BUMN. Universitas Sumatera Utara 4.2.3 Suku Bunga Deposito Perkembangan suku bunga deposito dapat ditampilkan pada grafik berikut ini. Grafik 4.3 Perkembangan Suku Bunga Deposito 5 6 7 8 9 10 11 12 13 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RDEPOSITO Sumber : Pengolahan data Pergerakan suku bunga deposito dari tahun 2004 kuartal I hingga pada tahun 2011 menunjukkan hubungan cenderung searah dengan perkembangan suku bunga instrumen moneter. Suku bunga deposito yang cukup tinggi mencapai double digit berada pada tahun 2005 kuartal I hingga tahun 2006 kuartal III. Kenaikan suku bunga deposito tersebut, kondisinya ditemukan bersamaan dengan suku bunga SBI. Hal ini karena, pada bank umum, suku bunga deposito mengikuti suku bunga SBI. Kenaikan suku bunga ini pun kasusnya sama dengan kenaikan suku bunga SBI, yaitu disebabkan bank umum akan mengikuti suku bunga SBI, sehingga dengan tingkat suku bunga yang tinggi akan menyerap jumlah uang yang beredar di masyarakat. Kebijakan ini sering disebut dengan Universitas Sumatera Utara kebijakan moeter ketat. Selanjutnya suku bunga deposito kembali pada single digit , dan suku bunga deposito yang cukup stagnan pada tahun 2010 kuartal I hingga tahun 2011 berada pada kisaran yang sama yaitu pada 6 persen. 4.2.4 Suku Bunga Kredit Suku bunga kredit pada tahun 2004 hingga 2011 tetap berada pada double digit. Didapati bahwa kesenjangan antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito cukup besar. Suku bunga deposito tidak begitu berpengaruh kepada suku bunga kredit, seperti suku bunga SBI terhadap suku bunga PUAB. Perkembangan suku bunga kredit dapat dapat ditampilkan pada grafik berikut ini. Grafik 4.4 Perkembangan Suku Bunga Kredit 12 13 14 15 16 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RKREDIT Sumber : Pengolahan data Kesenjangan suku bunga deposito dengan suku bunga kredit secara makro mengindikasikan masih cukup tingginya persepsi risiko perbankan terhadap dunia usaha. Secara mikro perbankan, kesenjangan terkait dengan kondisi keuangan Universitas Sumatera Utara internal dari tiap bank yang dipengaruhi oleh struktur asset yang semakin didominasi kredit, komposisi likuiditas dan sumber pendanaan yang semakin berjangka pendek, serta upaya memperkuat keuntungan. www.bi.go.id 4.2.5 Investasi Perkembangan investasi dari tahun 2004 hingga tahun 2011 dapat ditampilkan pada gambar berikut ini. Grafik 4.5 Perkembangan Investasi 80,000 90,000 100,000 110,000 120,000 130,000 140,000 150,000 160,000 170,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 INVESTASI Sumber : Pengolahan data Perkembangan investasi dari tahun 2004 hingga tahun 2011 menunjukkan pergerakan yang semakin meningkat dari satu kuartal ke kuartal berikutnya. Namun kenaikan yang ditunjukkan pada pergerakan investasi tidak terlalu besar dari tahun ke tahun. Keberadaan likuiditas global pasca-quantitative easing pada masa krisis tahun 2008, berlanjutnya program pembelian aset oleh beberapa bank sentral, serta kebijakan baru penurunan suku bunga tetap menjadi sumber aliran dana ke Universitas Sumatera Utara negara berkembang. Selain itu, kebijakan suku bunga rendah di negara maju menyebabkan investor menempatkan dana pada negara yang memberikan imbal hasil lebih tinggi. Negara-negera emerging markets Asia yang tumbuh lebih tinggi menjadi tujuan utama penempatan dana global tersebut, termasuk Indonesia. Indikator imbal hasil investasi di aset rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri UIP – Uncovered Interest Parity relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional Asia. Bahkan dengan memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah masih menarik. Peningkatan investasi terjadi di sektor industri pengolahan, sektor komunikasi dan sektor pertambangan. Peningkatan kegiatan investasi ini tidak terlepas dari dukungan sisi pembiayaan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan investasi yang didukung oleh pembiayaan dalam negeri adalah dari perbankan maupun pasar modal. www.bi.go.id 4.2.6 Output Gap Perkembangan output gap di Indonesia dapat ditampilkan pada grafik berikut ini. Universitas Sumatera Utara Grafik 4.6 Perkembangan Output Gap 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 OUTPUTGAP Sumber : Pengolahan data Tekanan output gap didorong oleh output aktual yang semakin mendekati output potensial. Dari tahun 2004 hingga tahun 2011 menunjukkan output gap yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan setiap output gap sangat mempengaruhi pada tekanan inflasi. Perkembangan interaksi antara permintaan agregat dan penawaran agregat sejalan dengan perkembangan output gap. Peningkatan permintaan seperti pada konsumsi rumah tangga dan ekspor yang cukup kuat, diperkirakan tidak menimbulkan tekanan terhadap inflasi karena dapat direspon oleh sisi penawaran, yaitu yang berasal dari sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

4.3 Perkembangan Variabel pada Jalur Nilai Tukar