Perkembangan Variabel pada Jalur Nilai Tukar

Grafik 4.6 Perkembangan Output Gap 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 OUTPUTGAP Sumber : Pengolahan data Tekanan output gap didorong oleh output aktual yang semakin mendekati output potensial. Dari tahun 2004 hingga tahun 2011 menunjukkan output gap yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan setiap output gap sangat mempengaruhi pada tekanan inflasi. Perkembangan interaksi antara permintaan agregat dan penawaran agregat sejalan dengan perkembangan output gap. Peningkatan permintaan seperti pada konsumsi rumah tangga dan ekspor yang cukup kuat, diperkirakan tidak menimbulkan tekanan terhadap inflasi karena dapat direspon oleh sisi penawaran, yaitu yang berasal dari sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

4.3 Perkembangan Variabel pada Jalur Nilai Tukar

4.3.1 Interest Rate Differentials IRD Interest Rate Differentials adalah selisih suku bunga dalam negeri dengan suku bunga luar negeri yaitu suku bunga LIBOR. Berdasarkan data yang Universitas Sumatera Utara diperoleh, bahwa perbedaan suku bunga dalam negeri dengan suku bunga luar negeri sangat besar. Hal ini dapat menimbulkan minat luar negeri untuk menanamkan modalnya ke Indonesia. Perkembangan interest rate differentials dapat ditampilkan pada grafik berikut ini. Grafik 4.7 Perkembangan Interest Rate Differentials 2 4 6 8 10 12 14 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RDEPOSITO LIBOR Sumber : Pengolahan data Selisih suku bunga dalam negeri dengan suku bunga luar negeri cukup besar pada kuartal ketiga tahun 2005 hingga kuartal tiga pada tahun 2006. Selisih ini menunjukkan karena suku bunga dalam negeri cukup tinggi. Meningkatnya suku bunga dalam negeri ini dikarenakan untuk menyerap jumlah uang yang beredar di masyarakat, karena pada saat itu kondisi perekonomian terjadi kenaikan harga barang- barang administered prices yaitu BBM dan TDL. Tingginya interest rate differentials ini akan berakibat pada makin besar masuk modal dari luat negeri ke luar negeri. Universitas Sumatera Utara Pergerakan selisih suku bunga yang cukup tinggi juga terjadi pada kuartal tiga tahun 2008 hingga kuartal empat tahun 2009. Hal ini juga diakibatkan karena suku bunga luar negeri yaitu suku bunga LIBOR berada pada kisaran yang sangat rendah yaitu dari 0,25 persen hingga 1,43 persen saja. Rendahnya suku bunga LIBOR ini diakibatkan karena dampak dari gejolak krisis global, yang pada akhirnya negara-negara maju melakukan penurunan suku bunga. 4.3.2 Capital Inflows Capital inflows merupakan arus modal yang masuk dari luar negeri ke dalam negeri. Dalam hal ini adalah penanaman modal asing atau disebut foreign domestic investment FDI. Perkembangan capital inflows di Indonesia dapat ditampilkan pada grafik berikut ini. Grafik 4.8 Perkembangan Capital Inflows 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 CAPIN Kondisi perkembangan capital inflows di Indonesia cukup mengalami pergerakan yang fluktuatif dari kuartal satu ke kuartal lainnya. Dimulai dari tahun 2004 penanaman modal asing PMA ke Indonesia mengalami peningkatan dari Universitas Sumatera Utara tahun sebelumnya. Pergerakan modal masuk cukup baik hingga tahun 2004. Penurunan modal masuk yang cukup drastis adalah pada kuartal empat tahun 2009. Kuatnya daya tahan dan membaiknya prospek ekonomi Indonesia meningkatkan kepercayaan investor sehingga mendorong semakin meningkatnya peran FDI Foreign Domestic Investment. Pada tahun 2011, peran FDI dalam struktur aliran masuk modal jauh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dengan peningkatan yang sangat pesat pada sektor pertambangan dan industri. Peningkatan peran FDI tersebut mampu mendukung tetap kuatnya kinerja NPI Neraca Pembayaran Indonesia di tengah menurunnya aliran modal dalam bentuk portofolio terkait meningkatnya ketidakpastian global sejak semester kedua. 4.3.3 Nilai Tukar Perkembangan nilai tukar cukup mengalami fluktuatif dari kuartal satu ke kuartal yang lain. Perkembangannya dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik 4.9 Perkembangan Nilai Tukar 8,500 9,000 9,500 10,000 10,500 11,000 11,500 12,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 NT Universitas Sumatera Utara Dari grafik di atas menunjukkan bahwa nilai tukar memasuki tahun 2004 bergerak relatif stabil dengan kecenderungan menguat. Kondisi penawaran dan permintaan valuta asing relatif dapat terjaga seimbang, meskipun masih dihadapkan dengan beberapa kelemahan struktural. Nilai tukar rupiah sangat melemah terjadi pada kuartal empat tahun 2008 hingga kuartal dua tahun 2009. Nilai tukar berada pada kisaran 1 U adalah sebesar Rp 11.325,- hingga Rp 10.207,-. Nilai tukar rupiah melemah pada kuartal empat tahun 2008 hingga kuartal dua tahun 2009 terjadi karena adanya dominasi peran investasi portofolio dalam neraca modal dan keuangan mendorong naiknya volatilitas nilai tukar rupiah. Peran investasi portofolio yang semakin besar dalam neraca pembayaran menyebabkan pembentukan harga rupiah menjadi rentan karena lebih dipengaruhi oleh perubahan persepsi risiko investor di pasar keuangan global dibandingkan dengan pengaruh faktor-faktor fundamental. Hal itu diperumit dengan fenomena aliran dana dari neraca transaksi berjalan yang tidak sepenuhnya menjadi pasokan di pasar valuta asing domestik. www.bi.go.id Bila dilanjutkan kembali pada awal tahun 2011, nilai tukar rupiah secara rata-rata menguat, sejalan dengan pergerakan mata uang negara-negara regional. Dari sisi domestik, penguatan nilai tukar tersebut terutama didukung oleh kuatnya kondisi fundamental ekonomi Indonesia, indikator risiko yang relatif stabil, serta imbal hasil aset rupiah yang tinggi sehingga mendorong minat investor asing untuk melakukan investasi di pasar keuangan domestik. Sementara dari sisi eksternal, kinerja nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh fluktuasi aliran modal asing yang diwarnai oleh dinamika dan kebijakan ekonomi global. Pada semester I Universitas Sumatera Utara 2011, pelonggaran moneter negara-negara maju berdampak pada semakin melimpahnya likuiditas global, dan dengan semakin melebarnya perbedaan suku bunga antara negara maju dengan negara berkembang, mendorong masuknya aliran modal ke kawasan Asia termasuk Indonesia. Kondisi ini mendorong nilai tukar rupiah melanjutkan tren penguatannya yang telah terjadi pada tahun 2010. Namun pada kuartal III pada tahun 2011, meningkatnya faktor ketidakpastian yang muncul akibat krisis utang di Eropa dan permasalahan pemulihan ekonomi AS memicu sentimen negatif dan menyebabkan keluarnya aliran modal asing dari Indonesia. Sejak periode tersebut nilai tukar rupiah cenderung melemah disertai dengan volatilitas yang meningkat . www.bi.go.id 4.3.4 Eksporneto Perkembangan eksporneto dapat ditampilkan pada grafik berikut ini. Grafik 4.10 Perkembangan Eksporneto 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 EKSPORNETO Sumber : Pengolahan data Perkembangan dari eksporneto cukup mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkkan bahwa terjadi peningkatan ekspor yang lebih tinggi Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan impor. Peningkatan ekspor di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, diversifikasi pasar tujuan ekspor ke negara-negara emerging markets Asia seperti China dan India yang pertumbuhan ekonominya masih relatif tinggi didukung oleh permintaan domestiknya yang tetap kuat. Kedua, karakteristik komoditas ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut yang didominasi komoditas seperti energi dan komoditas pangan terutama digunakan untuk konsumsi domestiknya sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh penurunan volume perdagangan dunia. Sementara itu, ketahanan ekonomi Indonesia dari sisi domestik didukung oleh beberapa faktor. Pertama, kuatnya konsumsi yang didukung oleh meningkatnya daya beli seiring dengan meningkatnya perdapatan per kapita terutama segmen penduduk dengan penghasilan menengah ke atas. Kedua, meningkatnya jumlah usia produktif dan tenaga kerja di sektor formal. Ketiga, bertambahnya sumber pertumbuhan ekonomi di daerah sehingga pertumbuhan ekonomi semakin merata. Keempat, tingginya konsumsi domestik direspons oleh peningkatan investasi untuk memperbesar kapasitas ekonomi nasional. www.bi.go.id

4.4 Perkembangan Sasaran Akhir Kebijakan Moneter