meningkat dari setiap periode menjadi sebesar 9,80 pada peride sepuluh mendatang, variasi Eksporneto menurun dari periode pertama, namun ada sedikit
pergerakan yaitu pada periode sepuluh menjadi sebesar 6,80, dan variasi Output Gap
menunjukkan variasi pergerakan yang kecil yaitu sebesar 3,29 pada periode sepuluh.
Hasil Varians Decomposition menunjukkan bahwa variasi yang cukup kuat untuk menjelaskan inflasi sama pada jalur suku bunga, yaitu variasi rSBI suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia, yang ditunjukkan pada periode sepuluh adalah sebesar 37,07. Kemudian variasi yang cukup meningkat menjelaskan variasi
inflasi adalah variasi IRD dan CAPIN, yaitu pada periode sepuluh adalah masing- msing sebesar 10,31 dan 11,07.
4.6 Analisis Pembahasan
Analisis perbandingan peranan jalur suku bunga dan nilai tukar pada mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia telah dijelaskan secara
mendalam dalam analisis Impluse Response Function IRF dan Varians Decomposition
. Peranan jalur suku bunga dan nilai tukar ditransmisikan dalam kebijakan
moneter melalui instrumen moneter. Instrumen moneter yang dipergunakan adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia. Berdasarkan hasil Varians
Decompositon diperoleh bahwa pada jalur suku bunga, variasi sasaran akhir yaitu
inflasi yang dijelaskan suku bunga SBI pada periode cukup kuat yaitu 43,88 dan pada periode kedua meningkat menjadi 53,07 hingga pada periode
kesepuluh juga menunjukkan variasi yang cukup kuat yaitu 42,82 .
Universitas Sumatera Utara
Dalam perbankan suku bunga SBI kemudian diikuti oleh suku bunga PUAB, suku bunga deposito, suku bunga kredit. Artinya, jika suku bunga SBI
meningkat, maka pihak perbankan akan menaikkan suku bunga PUAB, suku bunga deposito, dan suku bunga kredit. Dalam hal suku bunga kredit memiliki
suku bunga yang cukup tinggi dibandingkan dengan suku bunga deposito. Hal ini terjadi karena pihak perbankan bukan hanya memperhatikan suku bunga acuan
dari Bank Indonesia, tetapi juga secara mikro perbankan, terkait dengan kondisi keuangan internal dari tiap bank yang dipengaruhi oleh struktur asset yang
semakin didominasi kredit, komposisi likuiditas dan sumber pendanaa yang semakin berjangka pendek, serta upaya memperkuat keuntungan.
Bila diperhatikan transmisi pada sektor riil, bahwa investasi cukup dipengaruhi oleh suku bunga kredit. Ini terlihat dari uji kausalitas, yang
menyatakan terjadi hubungan kausalitas dua arah. Bila suku bunga kredit menurun akan mempengaruhi investasi, begitu sebaliknya. Artinya, bila suku bunga kredit
menurun, maka para investor akan tertarik untuk meminjamkan uang untuk melakukan investasi. Dan hasil dari keuntungan investasi dapat menutupi bunga
kredit. Kenaikan suku bunga akan menurunkan pengeluaran investasi, yang akan mempengaruhi outputgap dan pada akhirnya pada sasaran akhir, yaitu inflasi.
Sedangkan pada jalur nilai tukar, variasi inflasi dijelaskan suku bunga SBI pada periode pertama adalah 45,51 dan pada periode kedua adalah 52,94
hingga pada periode kesepuluh juga menunjukkan variasi yang cukup kuat, namun sedikit menurun menjadi 37,07.
Universitas Sumatera Utara
Apabila Bank Indonesia menjalankan kebijakan monetet kontraktif, maka suku bunga dalam negeri akan meningkat. Sedangkan suku bunga luar negeri
yaitu LIBOR tetap, maka interest rate differentials semakin menunjukkan angka yang tinggi. Hal ini akam mendorong capital inflows. Akibatnya, nilai tukar
rupiah akan terapresiasi yang selanjutnya menyebabkan kegiatan ekspor akan menurun sebaliknya kegiatan impor akan meningkat. Akibatnya, permintaan
agregat menurun dan selanjutnya berpengaruh pada inflasi Boediono, 1998. Dari hasil penelitian menyatakann bahwa dari sektor riil, kenaikan suku
bunga dalam negeri tidak serta merta menaikkan capital inflows, dalam hal ini adalah penanaman modal asing secara langsung. Justru yang ditemui adalah
peningkatan penanaman modal asing portofolio. Penyebab bahwa penanaman modal asing secara langsung ditemui tidak begitu tinggi karena belum
membaiknya persepsi investor terhadap dunia usaha. Persepsi resiko yang lebih besar bila investasi dilakukan pada sektor riil. Pada akhirnya, akan mempengaruhi
sasaran akhir dari kebijakan moneter yaitu inflasi. Dari hasil analisis IRF dapat dibedakan time lag atau kecepatan peranan
jalur suku bunga dan nilai tukar pada mekanisme transmisi kebijakan moneter.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Penentuan Time Lag pada Jalur Suku Bunga dan Nilai Tukar dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Jalur Suku Bunga Jalur Nilai Tukar
Keterangan : Merupakan instrumen dan sasaran akhir kebijakan
moneter Merupakan proses mencapai sasaran akhir
Merupakan angka dari time lag tenggat waktu
rSBI rSBI
rPUAB
rDeposito
rKredit
Investasi
Outputgap Outputgap
Eksporneto Nilai Tukar
CAPIN IRD
1
1
2
1
1
3 3
1 1
2 1
2
Inflasi Inflasi
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil dari pengujian IRF ditampilkan time lag dari jalur suku bunga dan jalur nilai tukar dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. Jalur
suku bunga membutuhkan time lag kecepatan respon variabel sejak terjadi perubahan shock instrumen kebijakan moneter untuk mencapai sasaran akhir
yaitu inflasi adalah sebesar 9 kuartal, sedang pada jalur nilai tukar membutuhkan time lag
respon variabel sejak terjadi perubahan instrumen kebijakan moenter untuk mencapai sasaran akhir adalah sebesar 10 kuartal. Dengan demikian, dalam
hal ini kecepatan respon variabel sejak shock untuk mencapai sasaran akhir adalah peranan jalur suku bunga lebih efektif dibandingkan dengan jalur nilai tukar.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN