Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Persistensi Laba

(1)

PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP PERSISTENSI LABA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Randi Radityo Putra NIM: 1112082000030

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP PERSISTENSI LABA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Randi Radityo Putra NIM: 1112082000030

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP PERSISTENSI LABA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Randi Radityo Putra NIM: 1112082000030

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Yulianti, SE.,M.Si. NIP.19820318 201101 2 011

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 10 Mei 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1 Nama : Randi Radityo Putra Pangestu

2 NIM : 1112082000030

3 Jurusan : Akuntansi

4 Judul Skripsi : Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate

Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran

Perusahaan terhadap Persistensi Laba

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Mei 2016

1. Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA. NIP.19760924 200604 2 002

Penguji 1

2. Yulianti, SE.,M.Si.

NIP.19820318 201101 2 011


(5)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, 19 September 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1 Nama : Randi Radityo Putra Pangestu

2 NIM : 1112082000030

3 Jurusan : Akuntansi

4 Judul Skripsi : Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate

Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran

Perusahaan terhadap Persistensi Laba

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 September 2016

1. Hepi Prayudiawan, SE., MM, Ak., CA NIP.19720516 200901 1 006

Ketua

2. Yulianti, SE.,M.Si.

NIP.19820318 201101 2 011

Sekretaris

3. Yusro Rahmah, SE.,M.Si. NIP.19800506 200801 2 016

4. Yulianti, SE.,M.Si.

NIP.19820318 201101 2 011


(6)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Randi Radityo Putra Pangestu

NIM : 1112082000030

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, September 2016 Yang Menyatakan,


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Randi Radityo Putra Pangestu

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Januari 1994

3. Alamat : Jl. Benda Barat 8 B, Blok D 15 No.10

RT 04 RW 07 Pondok Benda, Pamulang,

Tangerang Selatan

4. Telepon : 085310050569

5. Email : randiradityo.pp@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SD Islam Al-Azhar 15 Pamulang Tahun 2000-2006

2. SMP Negeri 1 Pamulang Tahun 2006-2009

3. SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan Tahun 2009-2012

4. S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tahun 2012-2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Bendahara KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) SMA Negeri 2 Kota

Tangerang Selatan periode 2010-2011

2. Staff Divisi Keuangan ATK KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Tri Suwarto

2. Ibu : Pangestuti


(9)

THE INFLUENCE OF ACCRUAL, OPERATING CASH FLOW, CORPORATE GOVERNANCE, DEBT, AND FIRM SIZE ON EARNING

PERSISTENCE

ABSTRACT

The purpose of this research was found an evidences regarding the influence of accrual, operating cash flow, corporate governance, debt, and firm size on earning persistence.

This research based on purposive sampling method. The populations of this research used property and real estate companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) of 49 companies. Through the defined criteria and screening data, selected a sample of 23 companies with 3 years observation. Hypothesis in this research were tested by multiple regression analysis.

The results of this research indicated that accrual and operating cash flow gave influence on earning persistence. While board independent, audit comitte, debt, and firm size did not influence on earning persistence.

Keywords: earning persistence, accrual, operating cash flow, board independent, audit comitte, debt, firm size


(10)

PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP PERSISTENSI LABA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai pengaruh akrual, arus kas operasi, corporate governance, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan terhadap persistensi laba.

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sebagai metode pemilihan sampel. Populasi penelitian adalah perusahaan properti dan real estate sebanyak 49 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan kriteria dan screening data, terpilih sampel berjumlah 23 perusahaan dengan pengamatan selama 3 tahun. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa akrual dan arus kas operasi berpengaruh terhadap persistensi laba. Sedangkan dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap persistensi laba.

Kata Kunci: Persistensi laba, akrual, arus kas operasi, dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, ukuran perusahaan


(11)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua saya, Tri Suwarto dan Pangestuti yang telah memberikan semangat, motivasi dan pelajaran hidup yang sangat berharga serta doa dan dukungan yang tidak pernah putus kepada penulis.

2. Kakak saya yang telah menyemangati dan memberikan banyak dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Rahmawati, SE.,MM. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis

selama menimba ilmu di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Yulianti, SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan waktu dan nasihatnya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.

8. Semua guru, dosen, dan pendidik yang telah memberikan ilmu-ilmu serta nasihat-nasihat kepada penulis sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.


(12)

9. Sahabat-sahabat Akuntansi B 2012, Hery, Mayeda, Fadil, Ilman, Rifai, Galih, Farid, Revan, Fajar, Yudhi, Rita, Latul, Vivi, Farida, Fitri, Annisa, Dina, Dita, Seren, Kia, Dara, Jian, Dwi, Nindy, Intan, terimakasih atas kekompakan dan solidaritasnya selama ini.

10. Keluarga besar Akuntansi 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih karena telah menjadi sahabat-sahabat yang menyenangkan selama ini.

11. Sahabat-sahabat KKN BATIK 2015, Labib, Farhan, Ardi, Safri, Fauzi, Deden, Endang, Putri, Lolita, Aisa, Ayu, Emi, Aliyah, Stephi, Diah, Luthfia terimakasih untuk kebersamaan dan pengalaman hidup yang berharga.

12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuannya selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, September 2016


(13)

DAFTAR ISI COVER

COVER DALAM ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

ABSTRACT... ix

ABSTRAK ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil ... 12

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 12

2. Persistensi Laba ... 13

3. Akrual ... 15


(14)

5. Corporate Governance ... 20

a. Dewan Komisaris Independen ... 22

b. Komite Audit ... 23

6. Tingkat Hutang... 25

7. Ukuran Perusahaan ... 26

B. Penelitian Sebelumnya ... 28

C. Kerangka Pemikiran ... 35

D. Perumusan Hipotesis ... 36

1. Pengaruh besaran akrual terhadap persistensi laba ... 36

2. Pengaruh arus kas operasi terhadap persistensi laba ... 37

3. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap persistensi laba ... 38

4. Pengaruh komite audit terhadap persistensi laba ... 40

5. Pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba ... 41

6. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 44

B. Metode Penentuan Sampel ... 44

C. Metode Pengumpulan Data ... 45

D. Metode Analisis Data ... 46

1. Statistik Deskriptif ... 46

2. Uji Asumsi Klasik ... 46

a. Uji Normalitas Data ... 46

b. Uji Multikolinearitas ... 48

c. Uji Heteroskedastisitas ... 49


(15)

3. Koefisien Determinasi (R2) ... 51

4. Analisis Regresi Berganda ... 52

5. Uji Hipotesis ... 53

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 53

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 53

E. Operasional Variabel Penelitian ... 54

1. Variabel Independen (X). ... 54

2. Variabel Dependen (Y). ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 60

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 60

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ... 63

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 63

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 67

3. Hasil Koefisien Determinasi ... 75

4. Uji Hipotesis ... 76

a. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 76

b. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya ... 28

Tabel 3. 1 Tabel Operasional Variabel ... 59

Tabel 4. 1 Data Sampel Penelitian ... 60

Tabel 4. 2 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) 96 sampel... 61

Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) 72 Sampel ... 62

Tabel 4. 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 64

Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) ... 70

Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 71

Tabel 4. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Glejser ... 73

Tabel 4. 8 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test ... 74

Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi ... 75

Tabel 4. 10 Hasil Uji Signifikansi Simultan : Uji Statistik F ... 77


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar 4. 1 Grafik Histogram ... 68

Gambar 4. 2 Grafik Normal Probability Plot ... 69


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perusahaan Properti dan Real Estate yang Menjadi Sampel ... 98

Lampiran 2 Data Perusahaan ... 99

Lampiran 3 Hasil Perhitungan ... 103


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban perusahaan

kepada pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan seperti

investor, kreditur, Pemerintah, dan masyarakat secara umum. Menurut

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia, tujuan laporan keuangan

adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja

serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan memuat berbagai informasi penting yang menjadi

dasar bagi pengguna untuk menilai perusahaan. Namun, dari seluruh

informasi yang disajikan, para investor cenderung hanya terfokus pada

informasi tingkat laba yang dihasilkan suatu perusahaan, hal tersebut juga

diungkapkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sloan (1996), yang

menjelaskan bahwa investor bersifat naif, yaitu investor hanya berpatokan

pada laba agregat saja.

Selain itu baik kreditor maupun investor, laba digunakan untuk

mengevaluasi manajemen, memperkirakan earnings power dan memprediksi

laba yang akan datang (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Kekuatan laba

(earnings power) terlihat pada tingkat laba perusahaan yang diharapkan akan


(20)

penilaian perusahaan. Konsep kekuatan laba melihat stabilitas dan daya tahan

laba beserta komponennya (Subramanyam dan Wild, 2011).

Schipper dan Vincent (2003) menjelaskan bahwa kualitas laba digunakan

oleh investor dan kreditur sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi,

khususnya yang berkaitan dengan pengambilan keputusan pembuatan kontrak

(contracting decision), keputusan investasi (investment decision) dan

digunakan sebagai salah satu indikator kualitas laba yang dihasilkan para

pembuat standar (standard setters). Keputusan melakukan kontrak yang

didasarkan pada kualitas laba yang rendah menyebabkan terjadinya transfer

kesejahteraan yang tidak diinginkan oleh semua pihak.

Kualitas laba mengacu pada relevansi laba dalam mengukur tingkat

kinerja perusahaan. Penentu kualitas laba mencakup lingkungan usaha

perusahaan dan prinsip akuntansi yang dipilih oleh perusahaan

(Subramanyam dan Wild, 2010). Persistensi laba sering digunakan sebagai

pertimbangan kualitas laba karena persistensi laba merupakan komponen dari

karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value (Jonas dan Blanchet,

2000).

Masalah agensi (perbedaan kepentingan) antara pihak investor dan

kreditor menjadi penyebab timbulnya keraguan pihak investor dan lenders

mengenai kemampuan laba untuk bertahan dimasa depan (persistensi laba)

sebagai ukuran pembuatan keputusan, monitoring, penghargaan kinerja, dan

pembuatan kontrak (Junawatiningsih dan Harto, 2014). Menurut Fanani


(21)

terhadap persistensi laba. Jika laba tahun berjalan suatu perusahaan dapat

menjadi indikator yang baik untuk laba perusahaan di masa yang akan datang,

maka laba perusahaan tersebut merupakan laba yang persisten. Laba yang

semakin persisten menunjukkan laba semakin informatif, sebaliknya jika laba

kurang persisten, maka laba menjadi kurang informatif (Tucker dan Zarowin,

2006). Standar akuntansi memberikan kelonggaran dalam metode akuntansi

memberikan celah kepada pihak manajemen untuk berperilaku curang dalam

menyediakan informasi akuntansi yang tidak handal dan relevan bagi para

pemangku kepentingan (Boediono, 2005).

Salah satu contoh kasus terkait adanya penyimpangan akuntansi oleh

pihak manajemen terjadi pada tahun 2015 yang melanda salah satu

perusahaan besar dunia. Toshiba Corporation didera skandal akuntansi senilai

US$1,2 miliar. Temuan tersebut menyebabkan pengunduran diri pemimpin

perusahaan Hisao Tanaka dan dua eksekutif lainnya yaitu wakil presiden

Norio Sasaki dan mantan presiden Atsutoshi Nishida yang berperan sebagai

penasihat.

Pengunduran diri terjadi setelah laporan pihak ketiga menunjukkan

eksekutif puncak perusahaan menetapkan target keuntungan realistis yang

secara sistematis menyebabkan akuntansi cacat. Toshiba juga mengumumkan

Masashi Muromachi akan menjadi presiden sementara, dan akan

mengumumkan tim manajemen baru pada pertengahan Agustus dan akan


(22)

Perusahaan Toshiba terjerembab dalam skandal akuntansi terbesar di

negara itu sejak 2011. Laporan itu juga menyebutkan bahwa Tanaka dan

Sasaki, yang total masa kepemimpinan keduanya mencapai enam tahun,

berusaha untuk menunda pembukuan kerugian dan karyawan tidak mampu

untuk melawan perintah manajemen (Basari, 2015).

Contoh lain dapat dilihat dari sektor perbankan di Indonesia. PT Bank

Lippo Tbk, terindikasi melakukan pelaporan keuangan ganda tahun 2002 dan

PT Bank Century yang terindikasi memanipulasi berbagai transaksi fiktif

tahun 2008, yang mengakibatkan laba/rugi PT Bank Century Tbk mengalami

penurunan sangat drastis. Terjadinya berbagai kasus penyajian laporan

keuangan yang tidak semestinya ini mengakibatkan laba yang dilaporkan

perusahaan menjadi tidak persisten (Nurochman dan Solikhah, 2015).

Naik turunnya laba suatu perusahaan dengan tingkat perubahan

signifikan bahkan curam menyebabkan persistensi laba mulai dipertanyakan

(Fachrurrozie dan Kasiono, 2016). Ditambah lagi laba dalam laporan

keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik calon investor,

sehingga laba tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh manajemen

untuk mempengaruhi keputusan investor (Fanani, 2010).

Kasus penyajian laporan keuangan yang tidak sesuai dengan yang

sebenarnya, menunjukkan terjadinya kegagalan dalam menyampaikan

informasi laporan keuangan. Informasi laba yang merupakan bagian dari

laporan keuangan tidak dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan


(23)

untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya.

Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja

manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan (Khafid, 2012).

Dapat dijabarkan, jika investor menaksir laba terlalu tinggi maka akan

mengakibatkan kompensasi yang berlebihan kepada manajer. Jika laba yang

ditaksir terlalu tinggi dapat menutupi kemampuan melunasi hutang yang

sesungguhnya serta dapat memberikan informasi yang menyesatkan bagi para

kreditor untuk melanjutkan pemberian pinjaman dana atau melakukan

penyitaan (Hayati, 2014).

Proses penyusunan laporan keuangan melibatkan pihak pengelola dalam

pengelolaan perusahaan, diantaranya adalah pihak manajemen, dewan

komisaris, dan pemegang saham. Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh

mereka dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan terutama laba akan

menentukan kualitas laba (Khafid, 2012). Agar proses penyusunan laporan

keuangan menghasilkan informasi yang sesuai, maka diperlukan sistem

pengendalian untuk mencegah adanya perekayasaan laporan. Pengendalian

tersebut dewasa ini dikenal luas sebagai corporate governance (tata kelola

perusahaan) sebagai solusi mengatasi masalah keagenan. Corporate

governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan,

berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor

bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka

investasikan, corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk


(24)

Contoh kasus pada sektor properti di Indonesia yang dengan sengaja

melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan good corporate governance

yaitu terungkapnya kasus “mafia pailit”. Istilah “mafia pailit” terkait dengan kesengajaan perusahaan properti memailitkan dirinya, kemudian memperoleh

kembali perusahaan tersebut berikut proyeknya dengan harga murah lewat

perusahaan rekanan atau partner. Indonesia Property Watch (IPW) mencatat,

hingga akhir Februari 2014, konsumen properti telah mengadukan 43 kasus

kepada IPW. Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda menyatakan, kasus

terbanyak melibatkan "mafia pailit" atau oknum yang sengaja memailitkan

perusahaan pengembang.

Contoh kasus "mafia pailit" adalah kasus Apartemen Central at

Kemanggisan atau yang sebelumnya disebut dengan Rusunami Kemanggisan

Residence pada tahun 2014. Kasus tersebut berawal dari putusan pailit atas

pengembang Rusunami Kemanggisan Residence, PT Mitra Safir Sejahtera

(PT. MSS), pada Februari 2012 lalu. PT MSS tidak membayarkan kembali

unit rusun yang telah dibeli secara lunas. Bahkan, ketika masalah ini belum

terselesaikan, pengembang baru bernama PT Berlian Makmur Properti (PT.

BMP) menjual unit yang telah dibeli calon penghuni. Selain itu, Apartemen

tersebut belum mengantongi izin perubahan peruntukan dari rusunami

menjadi apartemen (Diela, 2014).

Selain kasus tersebut, terungkapnya kasus kecurangan oleh perusahaan

publik di luar negeri seperti kasus Enron Corporation, Woldcom, Xerox,


(25)

Indofarma, merupakan contoh lain kasus tata kelola perusahaan. Untuk

mengatasi masalah-masalah tersebut, mekanisme internal dan eksternal

corporate governance harus diterapkan dengan baik pada

perusahaan-perusahaan publik khususnya di Indonesia (Junawatiningsih dan Harto,

2014).

Dengan melihat beberapa kasus tersebut, sangat relevan bila ditarik suatu

pertanyaan tentang efektivitas penerapan corporate governance terkait

persistensi laba. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci

dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian

hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang

saham dan stakeholders lainnya (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Hal tersebut

juga didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh Mc Kinsey dan Co.

(2002) dalam Windah dan Andono (2013) mengatakan bahwa para investor

cenderung menghindari perusahaan-perusahaan dengan predikat buruk dalam

corporate governance.

Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai persistensi laba sebagai

variabel dependen telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian yang

dilakukan oleh Khafid (2012), Arfan dkk. (2014), Kusuma dan Sadjiarto

(2014), dan Nurochman dan Solikhah (2015). Penelitian ini menggunakan

enam variabel independen, yaitu besaran akrual, arus kas operasi, dewan

komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan.

Variabel komponen akrual sebelumnya diteliti oleh Fanani (2010),


(26)

sementara hasil yang dihasilkan oleh Fachrurrozie dan Kasiono (2016) ialah

akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Namun hasil yang

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putri (2015) yang

berkesimpulan akrual tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.

Kemudian variabel arus kas sebelumnya diteliti oleh Dewi dan Putri (2015),

dengan hasil arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba.

Hasil tersebut juga didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Arfan dkk.

(2014). Namun hasil berbeda didapat dari penelitian yang dilakukan oleh

Chowijaya dkk. (2014), yang menyatakan bahwa aliran kas operasi tidak

berpengaruh terhadap persistensi laba.

Variabel dewan komisaris independen dan komite audit diteliti

sebelumnya oleh Khafid (2012) dan Kusuma dan Sadjiarto (2014) dengan

hasil yaitu komposisi dewan komisaris independen berpengaruh positif

terhadap persistensi laba dan komite audit berpengaruh positif terhadap

persistensi laba. Hasil yang sama diperoleh oleh Nurochman dan Solikhah

(2015), namun hasil berbeda pada variabel dewan komisaris independen,

yaitu tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba.

Variabel tingkat hutang sebelumnya diteliti oleh Kusuma dan Sadjiarto

(2014) dan Nurochman dan Solikhah (2015) dengan hasil tingkat hutang tidak

berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Namun hasil yang berbeda

diperoleh dari penelitian Junawatiningsih dan Harto (2014) dan Arfan, dkk.

(2014) yang berkesimpulan tingkat hutang berpengaruh positif terhadap


(27)

oleh Junawatiningsih dan Harto (2014), kemudian Dewi dan Putri (2015)

yang memperoleh hasil ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

persistensi laba. Namun penelitian oleh Nurochman dan Solikhah (2015)

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap

persistensi laba.

Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil dari penelitian

sebelumnya yang masih menunjukkan hasil yang berbeda sehingga menarik

untuk dilakukan penelitian yang serupa, penelitian ini merupakan gabungan

dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putri (2015) dengan Kusuma

dan Sadjiarto (2014) dengan perbedaan yaitu penelitian ini tidak

menggunakan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, volatilitas penjualan,

dan penelitian ini menggunakan jenis sampel perusahaan sektor properti dan

real estate. Penelitian dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang

mempengaruhi persistensi laba, dengan mengambil judul “Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka peneliti

merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah besaran akrual berpengaruh terhadap persistensi laba?

2. Apakah arus kas operasi berpengaruh terhadap persistensi laba?

3. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap persistensi


(28)

4. Apakah komite auditberpengaruh terhadap persistensi laba?

5. Apakah tingkat hutang berpengaruh terhadap persistensi laba?

6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap persistensi laba?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:

a. Menganalisis pengaruh besaran akrual terhadap persistensi laba

b. Menganalisis pengaruh arus kas operasiterhadap persistensi laba

c. Menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap

persistensi laba

d. Menganalisis pengaruh komite audit terhadap persistensi laba

e. Menganalisis pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba

f. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik

bersifat praktis maupun teoritis, yaitu:

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan pertimbangan tambahan untuk

membantu para manajer dalam mengelola arus kas dan kebijakan

akrual perusahaan agar menghasilkan laba yang berkualitas.

b. Bagi Pengguna Eksternal Laporan Keuangan

Penelitian ini dapat memberi pertimbangan dalam mengambil


(29)

mengambil keputusan investasi. Bagi kreditur, hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan

keputusan pemberian kredit.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau referensi dalam penelitian

selanjutnya dan diharapkan akan memberikan kontribusi ilmu


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil 1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori Keagenan dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun

1976. Teori ini menjelaskan adanya pemisahan antara kepemilikan

(ownership) dan pengendalian (control) dalam suatu perusahaan.

Hubungan agensi ini didefinisikan sebagai kontrak antara satu atau lebih

orang, dimana principal mengikat orang lain (agent) untuk melakukan

pelayanan sesuai kepentingan principal yang melibatkan pendelegasian

beberapa otoritas untuk membuat keputusan bagi agent.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan adalah

sebuah kontrak antara agent dengan principal. Jika kedua kelompok

(agent dan principal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya

memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk

meyakini bahwa agent tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk

kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

Menurut Jensen dan Meckling (1976), biaya keagenan (agency cost)

terdiri dari:

a) Monitoring expenditures by the principle.

Biaya monitoring dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor

perilaku agen, termasuk juga usaha untuk mengendalikan (control)


(31)

b) Bonding expenditures by the agent. The bonding cost

Dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan

menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau

untuk menjamin bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia

tidak mangambil banyak tindakan.

c) Residual loss

Merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal maupun agen

setelah adanya agency relationship.

Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan pihak

manajemen perusahaan ini merupakan kenyataan yang tidak dapat

dihindari dari sebuah hubungan keagenan. Menurut Eisenhardt (1989)

menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia

yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self

interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi

masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu

menghindari risiko (risk averse). Menurut Ikhsan (2012), agency

problem terjadi karena adanya kesenjangan informasi antara agent

dengan principal. Agent sebagai pihak internal perusahaan mempunyai

lebih banyak informasi mengenai keadaan perusahaan yang

sesungguhnya dibandingkan principal.

2. Persistensi Laba

Penman dan Zhang (2002) mendefinisikan persistensi laba sebagai


(32)

(expected future earnings) yang disebabkan oleh inovasi laba tahun

berjalan (current earnings). Tingkat persistensi laba ditunjukkan oleh

besarnya revisi laba tersebut. Laba yang berkualitas dapat menunjukkan

kesinambungan laba, sehingga laba yang persisten cenderung tidak

berfluktuatif disetiap periode (Suwandika dan Astika, 2013).

Penman (2003) membedakan laba ke dalam dua kelompok yaitu

sustainable earning (earning persistence atau core earning) dan unusual

earning atau transitory earning. Persistensi laba merupakan laba yang

mempunyai kemampuan sebagai indikator laba periode mendatang

(future earning) yang dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang

(repetitive) dalam jangka panjang (sustainable). Sedangkan unusual

earning atau transitory earning merupakan laba yang tidak dapat

dihasilkan secara berulang-ulang (non-repeating), sehingga tidak dapat

digunakan sebagai indikator laba periode mendatang.

Chandrarin (2003) dalam Wijayanti (2006) mengungkapkan bahwa

laba yang persisten adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau

tidak mengandung gangguan (noise), dan dapat mencerminkan kinerja

keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Persistensi laba terkait juga

dengan kinerja harga saham perusahaan di pasar modal yang diwujudkan

dalam imbalan hasil. Persistensi laba yang tinggi dapat ditunjukkan

melalui hubungan kuat yang tercipta antara laba perusahaan dengan


(33)

dengan investor dapat mencerminkan persistensi laba perusahaan

(Kusuma dan Sadjiarto, 2014).

Persistensi laba memfokuskan pada koefisien dari regresi laba

sekarang terhadap laba mendatang. Hubungan tersebut dapat dilihat dari

koefisien slope regresi antara laba sekarang dengan laba mendatang.

Semakin tinggi (mendekati angka 1) koefisiennya menunjukkan

persistensi laba yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai koefisiennya

mendekati nol, persistensi labanya rendah atau laba transitorinya tinggi.

Jika nilai koefisiennya bernilai negatif, pengertiannya terbalik, yaitu nilai

koefisien yang lebih tinggi menunjukkan kurang persisten, dan nilai

koefisien yang lebih rendah menunjukkan lebih persisten (Fanani, 2010).

3. Akrual

Dalam akuntansi dikenal istilah basis akrual (accrual basis) dan

basis kas (cash basis). Menurut PSAK No.1 mengharuskan laporan

keuangan disusun berdasarkan dasar akrual kecuali laporan arus kas.

Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak kesatuan

usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan biaya diakui

pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang

melekat pada barang yang diserahkan tersebut (Dechow dan Dichev,

2002).

Menurut Subramanyam dan Wild (2010), akuntansi akrual bertujuan

untuk memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan


(34)

masa depan secepat mungkin dengan tingkat kepastian yang layak.

Akuntansi akrual dapat mengurangi masalah ketepatan waktu dan

pengaitan yang terdapat pada akuntansi kas. Masalah ketepatan waktu

(timing) mengacu pada arus kas yang tidak selalu terjadi bersamaan

dengan aktivitas yang menghasilkan kas tersebut. Masalah penandingan

atau pengaitan (matching) mengacu pada arus kas masuk dan keluar yang

disebabkan oleh aktivitas usaha tetapi tidak dapat dikaitkan dengan

waktu terjadinya.

Laba akrual didasarkan pada dua prinsip akuntansi, yakni pengakuan

pendapatan dan prinsip penandingan. Prinsip pengakuan pendapatan

meminta perusahaan untuk mengakui pendapatan ketika telah

melaksanakan semua atau satu bagian subtansial dari jasa-jasa yang harus

diberikan dan penerimaan kas dari transaksi tersebut adalah pasti. Prinsip

penandingan meminta perusahaan untuk mengakui semua biaya yang

terkait dengan pendapatan dalam periode yang sama dimana pendapatan

diakui (Dahler dan Febrianto, 2006).

Menurut Subramanyam dan Wild (2010), keunggulan akrual dalam

menyajikan informasi yang relevan dibandingkan dengan arus kas dapat

dijelasakan sebagai berikut:

1. Kinerja keuangan (Financial Performance). Pengakuan pendapatan

dan pengaitan biaya pada akuntansi berbasis akrual menghasilkan

angka laba yang lebih unggul dibandingkan arus kas untuk


(35)

pendapatan yang dihasilkan dalam suatu periode telah diakui, dan

beban yang dicatat pada satu periode hanya beban yang terkait

dengan pendapatan tersebut.

2. Kondisi keuangan (Financial Condition). Akuntansi akrual

menghasilkan neraca yang lebih merefleksikan secara akurat sumber

daya yang tersedia bagi perusahaan untuk menghasilkan arus kas di

masa depan.

3. Memprediksi arus kas masa depan (future cash flows). Laba akrual

lebih unggul dalam memprediksi arus kas masa depan dibandingkan

memprediksi arus kas sekarang. Dengan pengakuan pendapatan, laba

akrual mencerminkan konsekuensi arus kas masa depan. Sebagai

contoh, penjualan kredit hari ini meramalkan kas yang akan diterima

dari pelanggan di masa depan. Akuntansi akrual mengaitkan arus kas

masuk dan keluar dengan lebih baik sepanjang waktu melalui proses

pengaitan. Artinya laba lebih stabil dan merupakan alat prediksi arus

kas yang lebih dapat diandalkan.

Akrual yang menjadi dasar pengukuran transaksi akuntansi dapat

dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: non discretionary accrual (akrual tidak

bebas), dan discretionary accrual (akrual bebas) (Suranggane, 2007).

1) Non discretionary accrual adalah dasar akrual yang tidak bebas dan

untuk memberikan indikasi pengukuran yang memenuhi konsep

matching cost with revenue dalam laporan keuangan karena transaksi


(36)

2) Discretionary accrual adalah akrual bebas dapat berupa suatu cara

untuk mengurangi atau meningkatkan pelaporan laba yang sulit

dideteksi karena sifatnya yang kontekstual dan subjektif.

4. Arus Kas

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 yang

menyatakan perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan

menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai

laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan

perusahaan untuk mengunakan arus kas tersebut.

Menurut Kieso, et al. (2015), informasi dalam laporan arus kas

sebuah perusahaan dapat membantu para investor, kreditor, dan pihak

lainnya guna menilai hal-hal berikut:

1) Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas di masa

depan. Dengan menganalisa hubungan antara beberapa komponen

yang mempengaruhi arus kas seperti penjualan dengan arus kas yang

diperoleh dari aktivitas operasi.

2) Kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen dan memenuhi

kewajibannya. Apabila perusahaan tidak mempunyai kas yang

cukup, maka gaji karyawan tidak dapat dibayar begitu juga dengan


(37)

3) Penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari

kegiatan operasi. Ini dibutuhkan karena net income mengandung

accrual basis, para investor ingin mengetahui penerimaan dan

pengeluaran kas riil perusahaan, karena itu net income dapat kita

bandingkan dengan net cash flow dari aktivitas operasi.

4) Transaksi-transaksi pendanaan dan investasi kas dan non-kas selama

suatu periode tertentu. Dengan menganalisis kegiatan investasi dan

pendanaan perusahaan, pembaca laporan keuangan dapat mengerti

kenapa aset dan hutang mengalami penurunan dan kenaikan.

Menurut Subramanyam dan Wild (2011), laporan arus kas

melaporkan arus kas melalui tiga jenis transaksi yaitu:

1) Aktivitas operasi, merupakan aktivitas perusahaan yang terkait

dengan laba. Selain pendapatan dan beban, aktivitas operasi juga

meliputi arus kas masuk dan keluar bersih yang berasal dari aktivitas

operasi terkait, seperti pemberian kredit pada pelanggan, investasi

dalam persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok.

2) Aktivitas investasi, merupakan cara untuk memperoleh dan

menghapuskan aset non-kas. Meliputi pembelian dan penjualan aset

tetap dan investasi pada efek. Aset ini juga meliputi pemberian dan

penagihan pinjaman.

3) Aktivitas pendanaan, merupakan cara untuk mendistribusikan,

menarik, dan mendapatkan dana untuk mendukung aktivitas usaha.


(38)

dan pinjaman lainnya, kontribusi dan penarikan oleh pemilik serta

dividen.

Terdapat dua metode pelaporan arus kas dari aktivitas operasi, yaitu

metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung melaporkan total

arus kas masuk dan keluar dari aktivitas operasi. Sementara metode tidak

langsung, menyesuaikan laba bersih dengan pos penghasilan (beban)

non-kas dan dengan akrual, untuk menghasilan arus kas aktivitas operasi.

5. Corporate Governance

Menurut The Organization for Economic Corporation and

Development (OECD, 2004) mengartikan Corporate Governance adalah

sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan

kegiatan-kegiatan perusahaan. Corporate governance berfungsi untuk mengatur

pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berperan terhadap

kehidupan perusahaan termasuk para pemegang saham, dewan pengurus,

para manajer dan semua anggota, stakeholder non-pemegang saham.

Menurut pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia

yang diterbitkan oleh KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance)

pada tahun 2006, memaparkan azas-azas GCG sebagai berikut:

1) Transparansi (Transparency)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan

harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara

yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.


(39)

hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan

perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan

oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2) Akuntabilitas (Accountability)

Harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan

dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur

dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang

diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3) Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan

sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka

panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4) Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus

dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi


(40)

5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Dalam penelitian ini, pengukuran tata kelola perusahaan (Corporate

Governance) yang digunakan adalah ukuran jumlah dewan komisaris

independen dan komite audit.

a. Dewan Komisaris Independen

Menurut UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran

dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Menurut Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi

dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik, komisaris

independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar

emiten atau perusahaan publik.

Lebih lanjut terdapat persyaratan wajib sebagai komisaris

independen yaitu bukan merupakan orang yang bekerja atau

mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,

memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan emiten atau

perusahaan publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir,

tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada


(41)

anggota dewan komisaris, anggota direksi, atau pemegang saham

utama perusahaan tersebut, serta tidak mempunyai hubungan usaha

baik langsung maupun tidak langsung.

Setiap perusahaan tercatat wajib memiliki dewan komisaris

paling kurang terdiri dari 2 (dua) orang anggota dewan komisaris

dengan salah satu diantaranya adalah komisaris independen. Dalam

hal dewan komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota dewan

komisaris, jumlah komisaris independen wajib paling kurang 30%

(tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris.

Jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar

mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Salah satu dari komisaris

independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau

keuangan (KNKG, 2006).

b. Komite Audit

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan

Kerja Komite Audit, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh

dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu

melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Emiten atau

perusahaan publik wajib memiliki piagam Komite Audit (audit

committee charter) paling kurang memuat:


(42)

2) komposisi, struktur, dan persyaratan keanggotaan;

3) tata cara dan prosedur kerja;

4) kebijakan penyelenggaraan rapat;

5) sistem pelaporan kegiatan;

6) ketentuan mengenai penanganan pengaduan atau pelaporan

sehubungan dugaan pelanggaran terkait pelaporan keuangan;

7) masa tugas komite audit.

Berdasarkan peraturan tersebut, juga dijelaskan bahwa emiten

atau perusahaan publik wajib memiliki komite audit yang berjumlah

sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal

dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau

perusahaan publik. Komite audit diketuai oleh komisaris independen

serta diwajibkan salah seorang dari anggota komite audit tersebut

memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan/atau keuangan.

Beberapa tugas komite audit diantaranya melakukan penelaahan

atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan emiten atau

perusahaan publik kepada publik dan/atau pihak otoritas antara lain

laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan

informasi keuangan emiten atau perusahaan publik, melakukan

penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, memberikan

pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara


(43)

wajib membuat laporan tahunan pelaksanaan kegiatan komite audit

yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan publik.

6. Tingkat Hutang

Salah satu informasi pada laporan keuangan yang dapat

mempengaruhi persepsi investor adalah tingkat hutang. Investor

cenderung akan lebih berhati-hati dan lebih waspada ketika berinvestasi

pada perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi (Kusuma dan

Sadjiarto, 2014). Tingkat hutang merupakan besaran hutang yang

dimiliki oleh perusahaan (Nurochman dan Solikhah, 2015). Penggunaan

hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi: 1) pemberi

kredit menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan,

2) dengan menggunakan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan

keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik

perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan 3) dengan menggunakan

hutang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan

pengendalian perusahaan (Nelvirita dan Delvira, 2013).

Menurut Tarjo (2008) kebijakan hutang merupakan salah satu

alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal,

akan tetapi keberadaan hutang justru bisa menjadi cerminan bahwa

kinerja saham perusahaan kurang bagus. Tingkat hutang yang tinggi

menunjukkan peningkatan risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan


(44)

mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi dan akhirnya akan

berdampak pada tingkat pengembalian pada investor (Hayati, 2014).

Besarnya tingkat hutang akan berelevansi pada arus masuk dari

sumber daya eksternal yang mengandung manfaat ekonomi di masa yang

akan datang. Namun di sisi lain, perusahaan memiliki kewajiban untuk

melunasi hutang pada saat jatuh tempo. Tingkat hutang akan menjadi

besar apabila lebih banyak hutang jangka panjang yang dimiliki

perusahaan. Maka dari itu seberapa besar tingkat hutang yang diinginkan,

sangat tergantung pada stabilitas perusahaan (Fachrurrozie dan Kasiono,

2016). Semakin besarnya tingkat hutang mendorong perusahaan untuk

selalu menjaga keberlangsungan labanya dengan tujuan untuk

mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan kreditor (Arfan

dkk., 2014).

7. Ukuran Perusahaan

Pada umumnya ukuran perusahaan dapat terbagi dalam perusahaan

besar (large firm) dan perusahaan kecil (small firm). Ukuran perusahaan

merupakan suatu penetapan besar kecilnya perusahaan. Semakin tinggi

total aset yang dimiliki perusahaan, mengindikasikan bahwa perusahaan

tersebut tergolong perusahaan besar. Dan sebaliknya, semakin rendah

total aset mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tergolong

perusahaan kecil (Rifai, dkk., 2015).

Besarnya aktiva yang dimiliki, maka semakin banyak modal yang


(45)

banyak perputaran uang, serta semakin besar kapitalisasi pasar maka

semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat (Sudarmadji

dan Sularto, 2007). Perusahaan yang berukuran besar lebih mendapatkan

perhatian dari masyarakat, sehingga laporan keuangan mereka akan

dilaporkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (Anggit dan Shodiq,

2014). Dan investor lebih memiliki kepercayaan pada perusahaan besar,

karena perusahaan besar dianggap mampu untuk terus meningkatkan

kinerja perusahaannya dengan berupaya meningkatkan kualitas labanya

(Nurochman dan Solikhah, 2015).

Perusahaan-perusahaan besar cenderung lebih mudah untuk

memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan mengakses

kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aktiva yang bernilai

lebih besar dibandingkan perusahaan kecil (Susanto, 2011). Selain itu,

Nuryaman (2009) menyatakan bahwa perusahaan berukuran besar

memiliki basis pemegang kepentingan lebih luas sehingga berbagai

kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap

kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil, semakin

besar perusahaan maka perusahaan akan menghadapi tuntutan yang lebih


(46)

B. Penelitian Sebelumnya

Berikut ini adalah tabel penelitian sebelumnya beserta dengan hasil penelitan.

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya

Dengan Akrual (X1), Arus Kas Operasi(X2), Dewan Komisaris Independen (X3), Komite Audit (X4),

Tingkat Hutang (X5), Ukuran Perusahaan (X6), dan Persistensi Laba (Y)

No Judul/Peneliti (tahun)

Metodologi Penelitian

Variabel Penelitian Sebelumnya

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain

1 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan (Corporate

Governance) dan Struktur Kepemilikan terhadap Persistensi Laba Khafid (2012) Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2005-2010 dengan metode purposive

sampling, sampel berjumlah

sebanyak 242 perusahaan yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda

√ √ √ Kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional

Komposisi dewan komisaris

independen, komite audit, dan

kepemilikan manajerial,

berpengaruh positif terhadap persistensi laba.

Kepemilikan institusional tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.

Seluruh variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh


(47)

No Judul/Peneliti (tahun)

Metodologi Penelitian

Variabel Penelitian Sebelumnya

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain

2 Analisa Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Tingkat Hutang, Book Tax Gap, dan Tata Kelola Perusahaan terhadap Persistensi Laba Kusuma, dan Sadjiarto (2014) Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2010-2013 dengan metode purposive

sampling, sampel berjumlah

sebanyak 114 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda

√ √ √ √ √ Volatilitas

penjualan, dan book tax gap (large negative book-tax differences (LNBTD) dan large positive book-tax differences (LPBTD))

Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, dan book tax gap berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Komposisi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba, sementara tingkat hutang tidak berpengaruh negatif

terhadap persistensi laba.

Variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba

3 Analisis Pengaruh Mekanisme Internal dan Eksternal Corporate Governance terhadap Persistensi Laba Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2012-2013 dengan metode purposive

sampling, sampel berjumlah

√ √ √ √ Konsentrasi

kepemilikan, kepemilikan institusional, audit tenure, dan

spesialisasi industri auditor

Konsentrasi kepemilikan, komite audit, leverage, spesialisasi industri auditor, size berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba, dan audit tenure tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba


(48)

No Judul/Peneliti (tahun)

Metodologi Penelitian

Variabel Penelitian Sebelumnya

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain

Junawatiningsih, dan Harto (2014)

sebanyak 98 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda 4 Pengaruh

Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Besaran Akrual, dan Financial Leverage terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Arfan dkk. (2014)

Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2009-2012 dengan metode purposive

sampling, sampel berjumlah

sebanyak 76 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda

√ √ √ √ Volatilitas

penjualan

Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, besaran akrual, dan financial leverage secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap persistensi laba.

Volatilitas arus kas, dan volatilitas penjualan berpengaruh positif terhadap persistensi laba.

Besaran akrual berpengaruh

positif terhadap persistensi laba, dan financial leverage berpengaruh positif terhadap persistensi laba


(49)

No Judul/Peneliti (tahun)

Metodologi Penelitian

Variabel Penelitian Sebelumnya

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain

5 Pengaruh Good Corporate Governance, Tingkat Hutang dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba Nurochman, dan Solikhah (2015)

Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2008-2013 dengan metode purposive

sampling, sampel berjumlah

sebanyak 26 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda

√ √ √ √ √ Kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional

Komite audit berpengaruh positif terhadap persitensi laba. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba.

Kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba

6 Pengaruh

Book-Tax Difference, Arus Kas Operasi, Arus Kas Akrual, Dan Ukuran Perusahaan pada Persistensi Laba Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2009-2011 dengan metode purposive

sampling, sampel berjumlah

√ √ √ √ Perbedaan

temporer dan perbedaan permanen

Perbedaan temporer dan permanen berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Arus kas operasi

dan ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap persistensi laba

Akrual tidak berpengaruh terhadap persistensi laba


(50)

No Judul/Peneliti (tahun)

Metodologi Penelitian

Variabel Penelitian Sebelumnya

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain

Dewi dan Putri (2015)

sebanyak 41 perusahaan perhotelan dan pariwisata yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda 7 The Relationship

between Accruals Quality, Earnings Persistence and Accruals Anomaly in the Canadian Context Boubakri (2012) Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2002-2005 dengan metode purposive

sampling, sampel berjumlah

sebanyak 803 firm-year observations yang terdaftar di Toronto Stock Exchange, Kanada. Menggunakan metode analisis regresi berganda

√ √ √ Menjabarkan

komponen akrual berdasarkan tingkat ke- andalannya (perubahan aset keuangan/ ΔFIN, modal kerja/ ΔWC,

dan aset tidak

lancar/ ΔNCO)

Non-current operating accruals memiliki reliabilitas rendah dan

finansial akrual memiliki

reliabilitas tinggi, reliabilitas yang rendah menunjukkan persistensi laba yang rendah.

Investor Kanada menilai

persistensi komponen akrual

(ΔNCO and ΔFIN) memiliki

persistensi lebih rendah

dibandingkan ΔWC

Perubahan modal kerja, aset keuangan dan aset operasi tidak lancar memiliki pengaruh yang negatif terhadap persistensi laba


(51)

No Judul/Peneliti (tahun)

Metodologi Penelitian

Variabel Penelitian Sebelumnya

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain

8 Examining the Earnings

Persistence and Its Components in Explaining the Future Profitability Moienadin, dan Tabatabaenasab (2014) Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2006-2011 dengan metode purposive

sampling, sampel berjumlah

sebanyak 114 perusahaan di Bursa Efek Tehran, Iran. Menggunakan metode analisis regresi berganda

√ √ Akrual dibagi

menjadi non discretionary accrual dan discretionary accrual. Free cash flow

Laba tahun berjalan berasosiasi dengan laba masa depan.

Akrual (current operating accruals and non-current operating accruals) mampu menjelaskan laba masa depan.

Current operating dan non-current operating accruals memiliki kemampuan dalam memprediksi laba masa depan.

Arus kas bebas (free cash flow) berpengaruh positif terhadap laba masa depan

9 Earnings

Persistence Over The acroeconomic Cycle: Evidence From Korea

Shin dan Park (2015)

Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan kuartal 2002 Q4-2013 Q3 dengan metode purposive sampling, sampel berjumlah

sebanyak 21.232

√ √ √ Business cycle

dengan fase (expansion, transition, recession, transition). Variabel akrual dibagi menjadi

Akrual lebih persisten

dibandingkan dengan arus kas pada fase expansion.

Arus kas lebih persisten

dibandingkan dengan akrual pada fase recession

Non-discretionary accrual lebih persisten dibandingkan dengan arus kas


(52)

No Judul/Peneliti (tahun)

Metodologi Penelitian

Variabel Penelitian Sebelumnya

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain

kuartal pengamatan Menggunakan metode analisis regresi berganda

Non

discretionary accrual dan discretionary accrual

dan discretionary accrual pada fase expansion dan recession


(53)

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian “Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan

terhadap Persistensi Laba” dapat digambarkan seperti:

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Teori Pendukung : Teori Keagenan

Akrual

Arus Kas Operasi

Dewan Komisaris Independen

Jumlah Komite Audit

Persistensi Laba

Ukuran Perusahaan Tingkat Hutang

Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba

Fenomena-Fenomena Persistensi

Analisis Data: 1. Statistik Deskriptif 2. Uji Asumsi Klasik 3. Koefisien Determinasi 4. Uji Hipotesis

Hasil dan Pembahasan


(54)

D. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh besaran akrual terhadap persistensi laba

Angka akuntansi akrual dapat menyebabkan distorsi akuntansi,

seperti adanya metode akuntansi yang memiliki banyak alternatif serta

praktik manajemen laba yang dapat mengurangi sifat “dapat dibandingkan” dan “konsistensi”. Distorsi akuntansi juga disebabkan

oleh aturan akuntansi yang berubah-ubah serta adanya kesalahan estimasi

(Subramanyam dan Wild, 2010).

Menurut Schick (2007), jika akrual tinggi maka ketepatan prediksi

terhadap laba masa depan menjadi rendah, dan jika unsur akrual dalam

laba rendah maka laba yang dilaporkan saat ini lebih tepat digunakan

untuk memprediksi laba masa depan. Laba yang disusun atas dasar akrual

mengandung unsur kepentingan manajer dalam pelaporan tersebut sehingga informasi arus kas operasi diperlukan sebagai salah satu pertimbangan dalam memprediksi kinerja perusahaan di masa depan (Nuraina, 2011).

Hayn (1995) dalam Fanani (2010) menjelaskan bahwa gangguan

dalam laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa transitori (transitory

events) atau penerapan konsep akrual dalam akuntansi. Semakin besar

akrual, maka semakin rendah persistensi laba. Walaupun terjadinya

peristiwa transitory, namun dengan adanya tindakan yang dilakukan oleh

manajer untuk mengatur angka-angka dalam laporan keuangan, maka


(55)

Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh besaran akrual terhadap

persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Fanani (2010)

yang menghasilkan kesimpulan bahwa besaran akrual berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap persistensi laba, serta besar kecilnya

komponen akrual yang terjadi di perusahaan akan menyebabkan

gangguan (noise) yang dapat mengurangi persistensi laba. Penelitian

Arfan, dkk. (2014) berkesimpulan bahwa akrual berpengaruh positif

terhadap persistensi laba, hal tersebut dikuatkan penelitian lain, yaitu

oleh Moienadin dan Tabatabaenasab (2014) yang berkesimpulan bahwa

current operating accruals dan non-current operating accruals memiliki

kemampuan dalam memprediksi laba masa depan. Berdasarkan

pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik

suatu hipotesis sebagai berikut:

Ha.1 : Besaran akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba

2. Pengaruh arus kas operasi terhadap persistensi laba

Nuraina (2011) memaparkan komponen arus kas dari aktivitas operasi sebagai ukuran kinerja cenderung tidak menyimpang dibandingkan jumlah yang dinyatakan pada laba. Arus kas operasi sering digunakan sebagai cek atas kualitas laba dengan pandangan bahwa semakin tinggi rasio arus kas operasi terhadap laba maka akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut. Nilai di dalam arus kas pada suatu


(56)

Wijayanti (2006) mengatakan beberapa analis keuangan lebih suka

mengkaitkan aliran kas operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena

aliran kas dianggap lebih persisten dibanding komponen akrual. Arfan,

dkk (2014) menyatakan arus kas yang berfluktuasi tajam dapat

menyebabkan laba perusahaan menjadi tidak stabil atau terganggu

sehingga kemampuan perusahaan untuk mempertahankan

keberlangsungan labanya juga menjadi rendah.

Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh arus kas operasi terhadap

persistensi laba oleh Dewi dan Putri (2015) menemukan kesimpulan

bahwa aliran kas memiliki pengaruh positif terhadap persistensi laba. Hal

yang sama juga dihasilkan oleh Nuraina (2011), mengisyaratkan bahwa

semakin tinggi aliran kas operasi suatu perusahaan akan meningkatkan

persistensi laba perusahaan tersebut. Berdasarkan pengungkapan dan

kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis

sebagai berikut:

Ha.2 : Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi

laba

3. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap persistensi laba

Berdasarkan aturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

33/POJK.04/2014, komisaris independen harus dimiliki oleh emiten atau

perusahaan publik minimal 30% dari jumlah seluruh anggota dewan

komisaris. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan,


(57)

dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu

laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005).

Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007)

menyatakan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai

penengah dalam perselisihan yang terjadi di antara para manajer internal

dan mengawasi kebijakan menajemen serta memberikan nasihat kepada

menajemen. Jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar

mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan (KNKG, 2006).

Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh dewan komisaris

independen terhadap persistensi laba diantaranya penelitian Khafid

(2012) dan Kusuma dan Sadjiarto (2014) yang berkesimpulan bahwa

komposisi dewan komisaris independen dalam perusahaan terbukti secara

signifikan berpengaruh terhadap persistensi laba. Sedangkan kesimpulan

yang berbeda diperoleh dari penelitian Nurochman dan Solikhah (2015)

yang berkesimpulan komposisi dewan komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap persistensi laba. Berdasarkan pengungkapan dan

kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis

sebagai berikut:

Ha.3 : Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap


(58)

4. Pengaruh komite audit terhadap persistensi laba

Dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya, dewan

komisaris dapat membentuk komite yaitu komite audit (Khafid, 2012).

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015,

setiap emiten atau perusahaan publik harus memiliki minimal 3 orang

komite audit. Komite audit yang anggotanya terdiri dari pihak eksternal

perusahaan diyakini memiliki independensi dalam pengawasan dan

pengendalian proses laporan keuangan. Selain itu, salah satu anggota

komite audit diharuskan memiliki latar belakang pengetahuan akuntansi

dan atau keuangan, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam

pelaporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan

yang telah ditetapkan (Junawatiningsih dan Harto, 2014).

Mc Mullen (1996) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006)

menyatakan bahwa investor, analis, dan regulator menganggap komite

audit memberikan kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan. Karena

masalah dalam proses pelaporan keuangan lebih mungkin ditemukan dan

diselesaikan apabila terdapat komite audit yang lebih besar (Naimi et al.,

2010).

Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh komite audit terhadap

persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Khafid

(2012), dalam penelitiannya tersebut ditarik kesimpulan bahwa komite

audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil yang sama juga


(59)

(2014) serta penelitian Nurochman dan Solikhah (2015). Berdasarkan

pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik

suatu hipotesis sebagai berikut:

Ha.4 : Komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba

5. Pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba

Investor cenderung akan lebih berhati-hati dan lebih waspada ketika

berinvestasi pada perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi.

Investor cenderung akan memiliki pandangan yang lebih baik terhadap

perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi bila ada perusahaan

tersebut persisten atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan

berkelanjutan (Kusuma dan Sadjiarto, 2014). Menurut Supadmi dan Putri

(2016), tingkat hutang didefinisikan sebagai rasio total hutang dibagi

total aktiva untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, kebijakan

utang merupakan salah satu alternatif untuk pendanaan perusahaan selain

menjual saham di pasar modal (modal ekuitas).

Besarnya tingkat hutang perusahaan akan menyebabkan perusahaan

meningkatkan persistensi laba dengan tujuan untuk mempertahankan

kinerja yang baik di mata kreditor dan auditor. Dengan kinerja yang baik

tersebut maka diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap

perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana dan perusahaan akan

memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran (Junawatiningsih dan


(60)

Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh tingkat hutang terhadap

persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Fanani (2010)

dan Junawatiningsih dan Harto (2014) dengan hasil tingkat hutang

berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Sementara hasil yang

disimpulkan oleh Fachrurrozie dan Kasiono (2016) yang memberikan

hasil bahwa tingkat hutang berpengaruh negatif terhadap persistensi laba.

Sedangkan hasil penelitian Suwandika dan Astika (2013), Nurochman

dan Solikhah (2015) serta Kusuma dan Sadjiarto (2014) berkesimpulan

tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap persistensi laba. Berdasarkan

pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik

suatu hipotesis sebagai berikut:

Ha.5 : Tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi laba

6. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba

Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan

adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Menurut Indriani (2005)

dalam Daniati dan Suhairi (2006), perusahaan yang memiliki total aktiva

besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap

kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan positif dan

dianggap memilki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif

lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil

dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total


(61)

Semakin tinggi total aset perusahaan mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut tergolong perusahaan besar. Dan sebaliknya,

semakin rendah total aset mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut

tergolong perusahaan kecil (Rifai dkk., 2015). Semakin besarnya suatu

perusahaan, maka diharapkan pertumbuhan laba yang tinggi.

Pertumbuhan laba yang tinggi juga akan mempengaruhi persistensi laba

dan kesinambungan perusahaan dalam menarik calon investor yang akan

dicurigai sebagai praktik modifikasi laba (Dewi dan Putri, 2015).

Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh ukuran perusahaan

terhadap persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh

Junawatiningsih dan Harto (2014) yang memberikan hasil bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil tersebut

juga didapat oleh Dewi dan Putri (2015). Namun hasil yang berbeda

didapat dari penelitian Nurochman dan Solikhah (2015), yang

berkesimpulan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

persistensi laba. Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian

terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut:

Ha.6 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara

variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen. Penelitian ini menguji

pengaruh dari variabel independen yang terdiri dari besaran akrual, arus kas

operasi, komposisi dewan komisaris independen, jumlah komite audit, tingkat

hutang, dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen. Variabel

dependen dalam penelitian ini ialah persistensi laba.

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor properti dan

real estate yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data laporan

keuangan tahunan periode 2012-2015.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor properti

dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Penentuan

sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling method dari

seluruh perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

Purposive sampling method merupakan pengambilan sampel dengan

kritera tertentu. Penelitian ini menentukan sampel dengan kriteria sebagai


(63)

1. Perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015

2. Perusahaan yang terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2012

3. Perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk

periode 2012-2015 yang berakhir pada tanggal 31 Desember, dan

memiliki data laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan data yang

diperlukan dalam penelitian

4. Perusahaan yang memiliki laba positif secara berturut-turut pada tahun

2012-2015

5. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang

Rupiah

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi. Dalam metode dokumentasi ini, peneliti mempelajari

dan mengambil data berupa dokumen-dokumen dari beberapa sumber seperti

internet, buku, jurnal, dan sumber lainnya baik dalam format kertas hasil

cetakan maupun dalam format elektronik yang berkaitan dengan judul

penelitian ini. Pengumpulan data ini juga bertujuan untuk memperoleh data

mengenai laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan kebutuhan

penelitian ini yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan jasa sub

sektor properti dan real estate dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui

website www.idx.co.id dan dari perusahaan sampel melalui website resmi


(64)

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data penelitian ini menggunakan perhitungan statistik

dengan penerapan SPSS (Statistical Product and Service Solution) for

windows 22. Setelah data yang dibutuhkan penelitian ini telah diperoleh,

selanjutnya dilakukan analisis data penelitian, terdiri dari metode analisis

statistik deskriptif, uji asumsi klasik, koefisien determinasi dan uji hipotesis.

Penjelasan mengenai metode analisis data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,

varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness

(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai

residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka

uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi


(1)

(2)

(3)

Lampiran 4 Hasil Output SPSS 1. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation PTBIplus1 69 ,00413 ,22485 ,0831819 ,04692367 PTACC 69 -,16907 ,22048 ,0103765 ,07543418 PTCF 69 -,14524 ,23751 ,0651016 ,06718800 BDIND 69 ,33000 ,57000 ,3768116 ,06704899 AUDCOM 69 2,00000 5,00000 3,0000000 ,34299717

TH 69 ,17750 ,64941 ,4240454 ,12722018

UP 69 26,55680 30,97059 29,1163181 1,12286591 Valid N

(listwise) 69 2. Uji Normalitas

Grafik Histogram


(4)

Kolmogorov Smirnov (K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std.

Deviation ,02925230 Most Extreme

Differences

Absolute ,058

Positive ,051

Negative -,058

Test Statistic ,058

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance. 3. Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

PTACC ,281 3,554

PTCF ,277 3,609

BDIND ,677 1,476

AUDCOM ,902 1,109

TH ,729 1,371

UP ,720 1,390


(5)

4. Uji Heteroskedastisitas

Grafik Scatterplot

Uji Glejser

5. Uji Auto Korelasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea ,00239

Cases < Test Value 34 Cases >= Test Value 35

Total Cases 69

Number of Runs 32

Z -,847

Asymp. Sig. (2-tailed)

,397 a. Median


(6)

6. Hasil Koefisien Determinasi

7. Hasil Uji Signifikan Individual : Uji t

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,123 ,102 1,212 ,230

PTACC ,833 ,093 1,339 8,972 ,000

PTCF ,933 ,105 1,335 8,878 ,000

BDIND ,114 ,067 ,163 1,692 ,096

AUDCOM -,009 ,011 -,067 -,806 ,423

TH -,018 ,034 -,049 -,530 ,598

UP -,004 ,004 -,096 -1,030 ,307

a. Dependent Variable: PTBIpuls1

8. Hasil Uji Signifikansi Simultan: Uji Statistik F Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,782a ,611 ,574 ,03063506

a. Predictors: (Constant), UP, PTCF, AUDCOM, TH, BDIND, PTACC

b. Dependent Variable: PTBIplus1

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression ,092 6 ,015 16,256 ,000b

Residual ,058 62 ,001

Total ,150 68

a. Dependent Variable: PTBIplus1

b. Predictors: (Constant), UP, PTCF, AUDCOM, TH, BDIND, PTACC


Dokumen yang terkait

Pengaruh laba tahun berjalan, akrual, dan arus kas terhadap persistensi laba dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal sebagai veriabel moderating

3 16 99

AKPM27. ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA, AKRUAL, DAN ARUS KAS

0 0 31

PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS, DAN BESARAN PERUSAHAAN TERHADAP PERSISTENSI LABA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 2 26

PENGARUH ALIRAN KAS OPERASI, BOOK TAX DIFFERENCES, DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP PERSISTENSI LABA

0 1 16

PENGARUH VOLATILITAS ARUS KAS, VOLATILITAS PENJUALAN, TINGKAT HUTANG, BOOK TAX DIFFERENCE, SIKLUS OPERASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERSISTENSI LABA - Perbanas Institutional Repository

2 1 14

PENGARUH VOLATILITAS ARUS KAS, VOLATILITAS PENJUALAN, TINGKAT HUTANG, BOOK TAX DIFFERENCE, SIKLUS OPERASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERSISTENSI LABA - Perbanas Institutional Repository

1 2 17

PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCE, ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS AKRUAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA PERSISTENSI LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

0 1 17

Skripsi PENGARUH PERBEDAAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA, AKRUAL, DAN ARUS KAS

0 2 12

Skripsi Analisis Pengaruh Perbedaan Laba Fiskal, Arus Kas Operasi, Leverage, Mekanisme Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility terhadap Persistensi Laba

0 0 15

Analisis Pengaruh Perbedaan Laba Fiskal, Arus Kas Operasi, Leverage, Mekanisme Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility terhadap Persistensi Laba - Unika Repository

1 2 33