2,4–dinitrofenol Rumus bangun 2,4-dinitrofenol dapat dilihat pada gambar berikut: Antipiretika

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009. Vitamin C terdapat banyak disemua sayur-mayur, khususnya kol, paprika, peterseli dan asperges, pada buah–buahan terutama dari jenis citrus jeruk nipis dan jeruk lain, arbei, dan buah kembang ros. Juga agak banyak di kentang bila di rebus dengan kulitnya, dan hanya sedikit dalam susu sapi dan daging, kecuali hati. Dalam tubuh terdapat di banyak jaringan, termasuk darah dan leukosit. Vitamin C mudah dioksidasi dan diinaktifkan bila makanan dimasak terlalu lama Tjay Kirana, 2002. Fungsi vitamin C adalah kompleks dan yang terpenting adalah pembentukkan kolagen, yakni protein bahan penunjang utama dalam tulang rawan dan jaringan ikat. Bila sintesa kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang berakibat perdarahan. Khasiat ini berdasarkan antara lain stimulasi vitamon C terhadap perubahan prolin menjadi hidroksiprolin Tjay Kirana, 2002. Vitamin C dengan dosis lebih dari 1 ghari dapat menyebabkan diare. Hal ini terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa usus yang menyebabkan peningkatan peristaltik. Dosis besar tersebut juga menyebabkan bahaya terbentuknya batu ginjal, karena sebagian vitamin C dimetabolisme dan diekskresi sebagai oksalat Hedi dan Wardhini, 1995. Vitamin C 2-3 x 1g menghambat peradangan dan menginaktifkan radikal bebas. Vitamin C dalam dosis tinggi berkhasiat menurunkan gejala dan mempersingkat lamanya infeksi, berdasarkan stimulasi perbanyakan serta aktifitas limfo-T dan magrofag pada dosis di atas 2,5 g sehari Tjay Kirana, 2002. 2.3 2,4–dinitrofenol Rumus bangun 2,4-dinitrofenol dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut: Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009. Gambar 2.3. Rumus bangun 2,4-dinitrofenol Rumus Molekul : C 6 H 4 N 2 O 5 Berat Molekul : 184,11 Nama Kimia : α-dinitrofenol, aldifen. Pemerian : Merupakan kristal agak kuning sampai kuning. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dingin, sukar larut dalam air panas, larut dalam larutan alkali, alkohol, benzena, kloroform dan eter Titik leleh : 112 O C - 114 O C Martha, 1983. Secara farmakologi 2,4-dinitrofenol bekerja meningkatkan laju metabolisme dan suhu tubuh. Peningkatan metabolisme yang tinggi berhubungan erat dengan produksi panas sehingga panas yang terjadi melebihi kapasitas panas, yang tidak diimbangi oleh pengeluaran panas yang dapat menyebabkan hipertermia Bowman dan Rand, 1980. 2,4-dinitrofenol diekskresi melalui ginjal. Keracunan akut dapat terjadi dengan cepat dan fatal. Tanda-tanda keracunan akut meliputi lesu, kehausan, gelisah, muntah, sukar bernafas, dan cyanosis. Kematian yang terjadi disebabkan oleh hipertermia oleh 2,4-dinitrofenol karena adanya kerusakan pada jantung, hati, dan ginjal. 2,4-dinitrofenol pernah digunakan secara medis sebagai perangsang metabolisme untuk membantu mengurangi berat badan. Namun karena toksisitasnya maka sekarang obat ini tidak digunakan lagi. Penggunannya yang Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009. lain adalah sebagai insektisida, herbisida, indikator dan sebagai pereaksi untuk menguji ion kalium dan ion amonium Martha, 1983.

2.4 Antipiretika

Antipiretika adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam. Pada keadaan normal, obat antipiretika tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap efek ini. Antipiretika bekerja mempengaruhi pusat pengaturan panas sehingga pembentukkan panas yang tinggi akan dihambat dengan cara memperbesar pengeluaran panas yaitu dengan menambah aliran darah ke perifer dan memperbanyak pengeluaran keringat. Penggunaan analgetika-antipiretika merupakan terapi simtomatis yaitu hanya bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang mengganggu dan menurunkan suhu tubuh yang tinggi demam menjadi normal, tetapi tidak dapat menghilangkan penyebab demamnya Bowman and Rand, 1980. Obat-obat antipiretika biasanya digolongkan dalam obat analgetika- antipiretika. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia namun memiliki persamaan dalam efek terapi dan efek sampingnya yaitu berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin Wilmana, 1995.

2.5 Suhu Tubuh Body Temperature