Meriam Emma Simanjuntak : Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Semantik Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru Hataraku,
Tsutomeru, Shigoto Suru No Tsukaikata No Bunseki, 2010.
: kotoba, shi = kata 罰
: doushi = kata yang bermakna gerak Doushi adalah kata kerja yang berfungsi menjadi predikat dalam suatu
kalimat, mengalami perubahan bentuk katsuyou dan bisa berdiri sendiri Sutedi,2003:42.
Nomura dan Koike berpendapat hampir sama dengan definisi Sutedi, mereka mengatakan bahwa verba doushi adalah satu kelas kata dalam bahasa
jepang, sama dengan adjektiva-i dan adjektiva-na menjadi menjadi salah satu jenis yougen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau
keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan katsuyou dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat Noumura dalam Sudjianto,2004:149.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa verba doushi adalah satu kelas kata yang
menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan, mengalami perubahan katsuyou, dapat berdiri sendiri dan bisa menjadi predikat dalam suatu kalimat.
2.2 Jenis-jenis Verba
Dalam buku Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang Dedi Sutedi,2003:47 verba dalam bahasa jepang digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan
pada bentuk konjugasinya.
a. Kelompok I
Meriam Emma Simanjuntak : Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Semantik Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru Hataraku,
Tsutomeru, Shigoto Suru No Tsukaikata No Bunseki, 2010.
Kelompok ini disebut dengan 晴鮗罰
godan-doushi Karena kelompok ini mengalami perubahan dalam lima deretan bunyi bahasa Jepang,
yaitu 巷
, 広
, 康
, 恒
, 抗
, ‘a-i-u-e-o’. Cirinya yaitu verba yang berakhiran gobi huruf
康 ,
考 ,
鵠 ,
晃 ,
更 ,
溝 ,
降 ,
拷 ,
衡 ‘u-tsu-ru-ku-gu-su-bu-mu-nu’.
Contoh:
1. 淞康
omo-u [berpikir]
2. 窗考
mo-tsu [membawa]
3. 焚鵠
to-ru [mengambil]
4. 蟷晃
ka-ku [menulis]
5. ┛更
oyo-gu [berenang]
6. 籤溝
saga-su [mencari]
7. 某降
yo-bu [memanggil]
8. 拷
yo-mu [membaca]
Meriam Emma Simanjuntak : Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Semantik Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru Hataraku,
Tsutomeru, Shigoto Suru No Tsukaikata No Bunseki, 2010.
9. 髞衡
shi-nu
b. Kelompok II Kelompok ini disebut dangan
ichidan-doushi, karena perubahannya hanya pada satu deretan bunyi saja. Ciri utama dari verba ini
adalah yang berakhiran suara 恒
- 鵠
‘e-ru’ disebut kami ichidan-doushi
atau yang berakhiran 広
- 鵠
‘i-ru’ disebut shimo ichidan-doushi.
Contoh: 1.
頓鵠 de-ru [keluar]
2. 攻鵠
oki-ru [bangun]
3. 昜鵠
kae-ru [pulang]
4. 椥肱鵠
tate-ru [mendirikan]
c. Kelompok III Verba kelompok Kelompok ini merupakan verba yang perubahannya tidak
beraturan, sehingga di sebut 哇賚弁吩
henkaku-doushi. Diantaranya terdiri dari dua verba, yaitu
Contoh: [mati]
1. 溝鵠
su-ru [melakukan]
Meriam Emma Simanjuntak : Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Semantik Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru Hataraku,
Tsutomeru, Shigoto Suru No Tsukaikata No Bunseki, 2010.
2. 襷鵠
ku-ru [datang]
d. 左哇
罰 Verba kelompok ini merupakan verba yang terbentuk dari kata benda+ verba
suru 碁
‘meishi’ 語
+ 碁
‘suru’ 語
, namun meishi yang dapat ditambahkan dengan verba suru disini terbatas pada kata-kata yang
bermakna gerak atau terdapat gerakan didalamnya. Contoh:
1. 広☞溝鵠
kaimono suru berbelanja
2. ┑艙溝鵠
chuumon suru memesan
3. 罰溝鵠
undou suru berolahraga
Seiichi makino dan Michio Tsutsui dalam buku A Dictionary Of Basic Japanese Grammar 1997:582-584 mengklasifikasikan verba secara semantik
menjadi lima jenis, yaitu: 1. Verba Stative yang menyatakan ‘diamtetap’
Verba ini menunjukkan keberadaan. Biasanya verba ini tidak muncul bersama dengan verba bantu -iru.
Contoh: 1.
広鵠 iru
[ada]
2. 腔攻鵠
dekiru [bisa]
Meriam Emma Simanjuntak : Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Semantik Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru Hataraku,
Tsutomeru, Shigoto Suru No Tsukaikata No Bunseki, 2010.
3. 広鵠
iru [membutuhkan]
2. Verba Continual yang menyatakan ‘selalu, terus-menerus’ Verba ini berkonjugasi dengan verba bantu -iru untuk menunjukkan aspek
pergerakan. Contoh:
1. 蟷晃
kaku [menulis] 蟷広肱広鵠
kaite iru [sedang menulis]
2. 㔟高鵠
taberu [makan] 㔟高肱広鵠
tabete iru [sedang makan]
3. 溝鵠
suru [melakukan]
浩肱広鵠 shite iru[sedang melakukan]
3. Verba Puntual yang menyatakan ‘tepat pada waktunya’
Verba ini berkonjugasi dengan verba bantu [iru] untuk menunjukan
tindakan atau perbuatan yang berulang-ulang atau suatu tingkatanposisi setelah melakukan suatu tindakan atau penempatan suatu benda.
Contoh:
1.
鵠 shiru [tahu]
耕肱広鵠 shitte iru [mengetahui]
2. 睛考
utsu [pukul] 睛耕肱広鵠
utte iru [memuku li] 4.
Verba Non-Volitional yang menyatakan ‘bukan kemauan’
Meriam Emma Simanjuntak : Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Semantik Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru Hataraku,
Tsutomeru, Shigoto Suru No Tsukaikata No Bunseki, 2010.
Verba ini biasanya tidak memiliki bentuk ingin, bentuk perintah, dan bentuk kesanggupan. Verba ini diklasifikasikan menjadi verba yang berkenaan dengan
emosi atau perasaan dan verba yang tidak berkenaan dengan emosi atau perasaan .
Contoh: 1.
鉤浩拷 tanoshimu [menikmati, berkenaan dengan perasan]
2. ⓥ梗恒鵠
kikoeru [terdengar, tidak berkenaan dengan perasaan]
5. Verba Movement yang menyatakan ‘pergerakan’
Verba ini menunjukan gerakan. Contoh:
1. 驩晃
aruku [berjalan]
2. 襷鵠
kuru [datang]
Dalam buku pengantar bahasa jepang linguistik Bahasa Jepang Shimizu, 2000:45 verba dalam bahasa jepang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Jidoushi 罰
刷 ’verba intasitif’
Verba ini merupakan verba yang tidak di sertai dengan objek penderita. Pengertian dilihat dari huruf kanjinya yang bermakna ‘kata yang bergerak
sendiri’, Contoh: a.
iku [pergi]
Meriam Emma Simanjuntak : Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Semantik Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru Hataraku,
Tsutomeru, Shigoto Suru No Tsukaikata No Bunseki, 2010.
b. 攻鵠
okiru [bangun]
c. neru
[tidur] d.
合鵠 shimeru [tertutup]
e. deru
[keluar]
f. ╂黒鵠
nagareru [mengalir]
2. Tadoushi 摂罰
刷 verba transitif
Verba yang memiliki objek penderita. Pengertian dilihat dulu dari huruf kanjinya yang bermakna namun ‘kata yang digerakkan yang lain’, jadi ada
gerakan dari subjek. Contoh:
a. 梗溝
okosu [membangunkan]
b. 弖拘溝
nekasu [menidurkan]
c. 濠鵠
shimeru [menutup]
d. 頓溝
dasu [mengeluarkan]
Meriam Emma Simanjuntak : Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Semantik Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru Hataraku,
Tsutomeru, Shigoto Suru No Tsukaikata No Bunseki, 2010.
e. nagasu
[mengalirkan]
3. Shodoushi 盻罰
Oleh karena merupakan kelompok doushi yang memasukkan pertimbangan pembicara, maka tidak dapat diubah kedalam bentuk pasif dan kausatif. Selain itu,
tidak memiliki bentuk perintah dan ungkapan kemauan ishi hyougen. Diantara verba-verba yang termasuk kelompok ini, kelompok doushi yang memiliki makna
potensial seperti ikeru dan kikeru disebut kanou doushi ‘verba
potensial’. Contoh:
a. 恒鵠
mieru [terlihat]
b. ⓥ梗恒鵠
kikoeru [terdengar]
c. 杭鵠
ikeru [dapat pergi]
2.3 Fungsi Verba