35 2974,23 cm
-1
dan gugus benzena ditunjukkan oleh bilangan gelombang 1604,77 cm
-1
[46]. Setelah penambahan serbuk kulit kerang sebagai pengisi tidak terlihat
perubahan mencolok dari grafik FTIR tetapi terdapat suatu perbedaan khusus antara kedua kurva tersebut yaitu pada bilangan gelombang 3603,28 cm
-1
. Bilangan gelombang tersebut termasuk ke dalam rentang gugus Si-OH. Gugus ini didapat dari
gugus silika yang berasal dari serbuk kulit kerang darah. Namun, magnesium oksida MgO dan kalsium osksida CaO sebgai komponen yang lebih dominan tidak dapat
dideteksi melalui FT-IR karena pita serapan logam Mg dan Ca tidak terletak pada rentang analisa FT-IR 4000 cm
-1
– 400 cm
-1
. Hal ini disebabkan oleh ikatan logam menyerap gelombang dengan bilangan gelombang lebih rendah daripada 400 cm
-1
[48]. Namun dapat dilihat dari hasil karakterisasi FTIR, bahwa penambahan kulit kerang darah cenderung tidak menimbulkan interaksi kimia pada komposit epoksi-
PSSKKD.
4.2 PENGARUH UKURAN PARTIKEL DAN KOMPOSISI SERBUK
KULIT KERANG DARAH ANADORA GRANOSA TERHADAP SIFAT
KEKUATAN TARIK TENSILE STRENGTH KOMPOSIT EPOKSI-PS
SERBUK KULIT KERANG DARAH SKKD
Pengujian kekuatan tarik dilakukan untuk mengetahui untuk seberapa besar gaya yang diperlukan untuk menarik bahan hingga patah. Semakin besar nilai
kekuatan tarik suatu bahan maka bahan tersebut membutuhkan gaya yang lebih besar untuk menarik bahan. Gambar 4.3 menunjukkan pengaruh ukuran partikel dan
komposisi serbuk kulit kerang darah terhadap kekuatan tarik tensile strength komposit epoksi-PSSKKD.
Dari gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa dengan menambahkan pengisi serbuk kulit kerang darah, nilai kekuatan tarik komposit epoksi-PSSKKD lebih
tinggi dibandingkan dengan epoksi-PS murni dikarenakan komposit berpengisi serbuk kulit kerang darah mampu menerima gaya yang diberikan pada komposit.
Magnesium oksida MgO merupakan salah satu komposisi utama di dalam serbuk kulit kerang darah. Magnesium oksida murni juga sebelumnya telah
digunakan oleh Deya’a dkk sebagai pengisi untuk meningkatkan kekuatan mekanik
Universitas Sumatera Utara
36 dari komposit epoksi. Dari penelitian tersebut, dilaporkan bahwa Magnesium oskida
MgO termasuk material yang kaku dan penambahan material yang kaku mampu meningkatkan kekuatan mekanik dari komposit [19]. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil yang didapat dengan penambahan serbuk kulit kerang darah dapat meningkatkan kekuatan dari komposit secara mekanik.
Gambar 4.5 Pengaruh Ukuran Partikel Dan Komposisi Serbuk Kulit Kerang Darah Terhadap Kekuatan Tarik Tensile Strength Komposit Epoksi-PSSKKD
Dari Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa nilai kekuatan tarik komposit epoksi- PSSKKD meningkat seiring dengan bertambahnya komposisi hingga mencapai nilai
5,50 MPa, namun mengalami penurunan pada komposisi 40 dan 50 hingga mencapai nilai 2,46 MPa. Hal ini disebabkan karena pada komposisi pengisi yang
rendah, pengisi cenderung tidak mengalami aglomerasi sehingga dapat meningkatkan kekuatan tarik komposit, namun ketika komposisi pengisi telah melewati suatu titik
optimum, maka partikel pengisi akan mengalami aglomerasi sehingga menurunkan kekuatan tarik komposit [49]. Hal ini disebabkan karena aglomerasi dapat merusak
distribusi partikel. Dari Gambar 4.5 juga dapat dilihat bahwa nilai kekuatan tarik paling besar
terdapat pada komposit dengan pengisi berukuran 200 mesh yaitu sebesar 5,50 MPa pada pengisi 30 kemudian menurun hingga 2,46 MPa pada komposisi 50.
Ukuran partikel yang kecil mampu meningkatkan kekuatan mekanik dari komposit karena semakin kecil ukuran partikel maka partikel pengisi lebih mudah untuk
Universitas Sumatera Utara
37 menyebar sehingga interaksi antara partikel pengisi dan matriks semakin tinggi [50].
Namun, pada komposisi 40 dan 50 dengan ukuran partikel yang terlalu kecil yaitu 2,46 MPa pada 200 mesh dan komposisi 50, maka nilai kekuatan tarik akan
semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh ukuran partikel yang semakin kecil membuat sulit terdistribusi merata dan cenderung membentuk pengelompokan atau
aglomerasi [51].
4.3 PENGARUH UKURAN PARTIKEL DAN KOMPOSISI SERBUK