pada penilaian terhadap tingkat mortalitas penderita dengan sepsis berat ini, menggunakan cut off Point SI sebesar = 1,0 dimana semakin tinggi nilai SI yang
diperoleh dari cut off Point tersebut,maka dapat di prediksi bahwa akan semakin tinggi angka mortalitas pada penderita dengan sepsis berat tersebut. Hasil dari
penelitian tersebut telah membuktikan bahwa SI berperan dalam deteksi dini kejadian syok yang memerlukan intervensi segera dalam hal penanganan dan SI
dapat digunakan sebagai prediktor terhadap risiko stratifikasi pada penderita dengan sepsis berat. Sebagai dibandingkan dengan memvisualisasikan tanda dari vital sign
HR,SBP,DBP sendiri, SI menggabungkan variabel-variabel ini menjadi rasio tunggal membuatnya menjadi fisiologis yang komprehensif variabel. Saat kritis
penderita menunjukkan mekanisme kompensasi fisiologis, menjaga turunnya tekanan darah dari meskipun keadaannya dapat menurun volume sirkulasi darah,
stroke volume, dan cardiac-output. Dalam hal ini, SI akan berfungsi sebagai prediktor awal melalui pemantauan vital sign .
31,36,37
2.6. Kriteria Klinis.
Surviving Sepsis Campaign
14
Penderita yang masuk dalam penelitian ini memenuhi kriteria berupa : • Suhu tubuh kurang dari 36°C Hypotermia atau lebih besar dari 38°C.
• Denyut jantung lebih dari 90 kali per menit. • Frekwensi pernapasan lebih dari 20 kali per menit Tachypnea atau
tekanan parsial karbon dioksida arteri PCO
2
kurang dari 4,3kPa 32mmHg.
• Sel darah putih kurang dari 4000 sel mm ³ 4 x 10
3
sel L atau lebih besar dari 12.000 sel mm ³ 12 x 10
3
sel L,atau adanya neutrofil lebih dari 10 .
• Perubahan status mental atau tingkat kesadaran GCS 14. • Penurunan tekanan darah SBP 90 mmHg, MAP 70 mmHg.
• Plasma Procalcitonin 0,5 μgL sepsis dan 2-10 μgL sepsis berat. • Akut oliguria Urine Out Put 0,5 mLKg BBjam atau 0,5 mLKg BB
setelah 2 jam dilakukan resusitasi cairan. • Peningkatan creatinin 0,5 mgdL atau 44,2 μmolL.
• International Normalized Ratio INR 1,5. • Thrombositopenia Platelet Count 100 x 10
3
mm
3.
Universitas Sumatera Utara
• Hyperbilirubinemia Total Plasma Bilirubin 4 mgdl atau 70μmolL. • Hyperlactatemia 1 mmolL.
2.7. Pemeriksaan Penunjang Sepsis.
Dalam menentukan diagnosis sepsis, pemeriksaan fisik, serta perjalanan penyakit harus di evaluasi dengan cermat. Pemeriksaan darah rutin dan hitung jenis leukosit
umumnya bermanfaat walaupun tidak spesifik untuk sepsis. Adanya leukopenia maupun leukositosis , mengindikasikan prediksi yang mengarah kepada sepsis. Bila
hal-hal tersebut tidak ditemukan, maka kecil kemungkinan terjadinya sepsis. Akurasi prediksi ini penting untuk dibuktikan dengan re-evaluasi dalam 8-24 jam.
Pengukuran C-reactive protein memiliki akurasi dan spesifisitas yang rendah. Pemeriksaan yang lebih sensitif mencakup plasma procalcitonin dan biakan darah.
Pada penderita dengan resiko tinggi, kurang dari 72 jam, dan asimtomatik, biakan darah dan urin juga perlu dilakukan. Bila antibiotik sudah mulai diberikan, biakan
harus diinkubasikan selama 72 jam untuk menyediakan cukup waktu bagi organisme untuk berkembang biak sebelum biakan dinyatakan negatif dan terapi antibiotik
intravena dihentikan. Karena itu, dengan adanya kecurigaan klinik yang cukup kuat terhadap sepsis serta jumlah leukosit yang abnormal, penderita harus diterapi
lengkap dengan antibiotik walaupun dengan hasil biakan yang negatif .
14,33,41
2.8. Prognosis