2.9 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan mengenai preservasi dan konservasi yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari
hasil penelitian sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini.
Penelitian oleh Penelitian oleh Ni Putu Wahyu 2008 yang meneliti tentang Preservasi Naskah Lontar di Perpustakaan Universitas Indonesia. Tujuan penelitian
ini untuk mengidentifikasi kondisi fisik dari naskah dan memaparkan kegiatan preservasi naskah lontar di perpustakaan Universitas Indonesia. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan preservasi naskah lontar di Perpustakaan
Universitas Indonesia terhambat karena adanya beberapa kendala yaitu kurangnya sumber daya manusia di ruang naskah, anggaran, dan fasilitas serta masalah teknis,
seperti belum adanya kebijakan dan standar operasional prosedur kerja. Penelitian yang dilakukan saat ini oleh peneliti adalah Evaluasi Preservasi dan
Konservasi Koleksi Bahan pustaka di Museum Pusaka Karo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses kegiatan preservasi dan konservasi yang dilakukan
oleh Museum Pusaka Karo terhadap koleksi yang terdapat di museum tersebut sehingga dapat digunakan dan dinikmati oleh setiap pengunjung museum. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah preservasi dan konservasi dan objek yang diteliti adalah koleksi tercetak buku yang dimiliki oleh
Museum Pusaka Karo.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Latar penelitian
Berawal dari gagasan seorang misionaris Belanda bernama Joosten Leonardus Edigius yang lebih dikenal sebagai Pastor Leo Joosten Ginting bere-bere Sitepu.
Terpanggil untuk mengemban tugas melaksanakan upaya melestarikan nilai-nilai budaya Karo, mengingat tugas gereja yang luhur dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya semua bangsa dan suku di dunia ini, sebagaimana dirumuskan oleh Konsili Vatikan II dalam Sacrosanctum Concilium nomor 37 dan Konsili Gaudium et Spes
nomor 53-62. Para sahabat di Tanah Karo dikumpulkan untuk berbagi “kegelisahan”
dan untuk menghimpun barang-barang dan perkakas-perkakas sebagai Pusaka Karo yang akan dipamerkan berikut ratusan gambar “tempoe doeloe” yang sudah
ditemukan dari berbagai sumber dan media. Lebih jauh tentang museum ini, sebagaimana tertuang dalam akte
pendiriannya yang dibuat pada kantor notaris Fransiska Br. Bangun, SH. M.Kn dan didaftarkan pada kantor Pengadilan Negeri Kabanjahe, museum ini dikelola dalam
Lembaga Museum Pusaka Karo. Lembaga ini akan ditingkatkan menjadi Yayasan Pusaka Karo yang akan didaftarkan pada Kantor Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Museum Pusaka Karo yang merupakan bekas gedung Gereja Katolik lama di jalan Perwira No. 3 Berastagi, mulai dibangun pada tahun 2010 dan diresmikan
pada tanggal 9 Februari 2013 oleh Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Ahman Sya dan ibu Lisa Tirto yang menjadi penyandang dana sponsor
pendirian museum dan rumah adat Karo “Rumah Gugung Tirto Meciho”. Proses preservasi dan konservasi sudah dilakukan namun masih dalam tahapan
sederhana, yang ditunjukan oleh beberapa koleksi sudah rusak, tulisan dalam lembaran kertas tidak tampak jelas, banyak coretan, beberapa buku tidak memiliki
sampul lagi, berdebu dan tidak tersusun rapi di rak penyimpanan. Kondisi tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang kegiatan preservasi dan
konservasi pada koleksi tercetak buku di Museum Pusaka Karo.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian