adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah diolah secara statistik. Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara melengkapi data dari data yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Riau dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan DJPK.
4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
4.5.1. Defenisi Operasional
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, PAD, DAU, dan DAK, sedangkan variabel terikat yang merupakan perhatian utama adalah Kinerja
keuangan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan menggunakan data PDRB berdasarkan harga berlaku. Untuk menjelaskan variabel-
variabel, dapat dilihat dibawah ini : 1.
Kinerja Keuangan Z Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat capaian dari satu hasil kerja
di bidang keuangan daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode
anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut berupa pengukuran dalam rasio keuangan. Pemerintah Daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah
berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Hal ini juga disampaikan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006.
Universitas Sumatera Utara
Adapun rasio yang digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan Pemerintah Daerah adalah rasio pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data jumlah capaian
Produk Domestik Regional Bruto PDRB berdasarkan harga berlaku Abdul Halim, 2000.
2. Pendapatan Asli Daerah X
1
Pendapatan Daerah adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari: 1.
Pajak Daerah 2.
Retribusi Daerah 3.
Laba Badan Usaha Milik Daerah 4.
Pendapatan lain-lain yang sah. 3.
Dana Alokasi Umum X
2
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pembelanjaan. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah sangat bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat berupa bagi hasil pajak, bagi
hasil SDA, Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK. Dana Alokasi Umum yang merupakan penyangga utama pembiayaan APBD sebagian besar
terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang.
4. Dana Alokasi Khusus X
3
DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi prioritas
daerah. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan, pengadaan
peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang.
5. Belanja Modal Variabel Intervening
Belanja Modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 huruf c Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang perubahan Permendagri Nomor 132006 Tentang pengelolaan
Keuangan Daerah digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 dua belas
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Sedangkan menurut PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran
anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Selanjutnya pada pasal 53 ayat 2 Permendagri Nomor 59 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2007 ditentuka bahwa nilai asset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga belibangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan pembangunan asset sampai asset tersebut siap digunakan. Kemudian pada pasal 53 ayat 4 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah
menetapkan batas minimal kapitalisasi sebagai dasar pembebanan belanja modal selain memenuhi batas minimal juga pengeluaran anggaran untuk belanja barang tersebut
harus memberi manfaat lebih satu periode akuntansi bersifat tidak rutin. Ketentuan hal ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
khususnya PSAP no 7, yang mengatur tentang akuntansi asset tetap.
4.5.2. Metode Pengukuran Variabel