4.4 Metode Perhitungan Potensi Energi Listrik
Dari data pasang surut, dapat diketahui beda tinggi pasang surutnya dengan mencari data muka air tertinggi
highest high water level
HHWL dalam kurun waktu 1 tahun tahun 2013 dikurangkan dengan data muka air rendah
terendah
lowest low water level
LLWL dalam kurun waktu yang sama. Semakin besar selisih pasang dan surut semakin besar potensi yang terkandung di kawasan
tersebut. Oleh karena itu, kandungan potensi yang ada diperkirakan dari besarnya selisih ini. Hasil perhitungan beda tinggi pasang surut di Belawan Deli, Meulaboh,
Sungai Asahan, Sibolga, Gunung Sitoli dan Bagan Siapi-api dapat dilihat dalam Tabel 4.27 di bawah. Untuk lokasi ini didapati beda tinggi pasang surut tertinggi
berada di daerah Bagan Siapi-api Provinsi Riau sebesar 6,40 m.
Tabel 4.27. Beda tinggi pasang surut di lokasi studi menurut pencatatan dinas Hidro-Oseanografi TNI AL 2013 Bangun, 2014
No Stasiun Pasang Surut
HHWL m LLWL m
h m
1 Belawan Deli
2,70 0,30
2,40 2
Meulaboh 0,70
0,30 0,40
3 Sungai Asahan
4,00 0,10
3,90 4
Sibolga 1,30
0,30 1,00
5 Gunung Sitoli
1,30 0,20
1,10
6 Bagan Siapi-api
6,00 -0,40
6,40
Penentuan potensi dan data masukan pembangkit tenaga listrik pasang surut diambil berdasarkan perbedaan tinggi antara muka air tinggi rata-rata atau
mean high water level
MHWL dan muka air rendah rata-rata atau
mean low water level
MLWL. MHWL adalah rata-rata dari muka air tinggi selama 19 tahun dan MLWL adalah rata-rata dari muka air rendah selama 19 tahun. Karena
pembangkitan listrik tenaga pasang surut digunakan dalam waktu yang lama, maka dalam perancangan perlu diketahui perbedaan tinggi rata-rata pasang surut
dalam kurun waktu 19 tahun. Untuk penentuan MHWL dan MLWL ditentukan berdasarkan rata-rata tinggi air pasang dan surut selama 1 tahun tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
145 Di Indonesia, data pasang surut untuk jangka waktu 19 tahun belum ada
dan data pasang surut dari Dishidros TNI AL tidak menyertakan data nilai MHWL dan MLWL. Pertimbangan lainnya yaitu tinggi air pasang dan air surut
tiap tahun tidak mengalami perubahan signifikan. Tabel 4.28 menunjukkan bahwa kawasan Bagan Siapi-api mempunyai potensi besar dibandingkan dengan
wilayah lainnya. Bahkan, kawasan ini lebih tinggi dari Annapolis Royal Kanada yang rata-ratanya 6,5 m Tantrawati dan Ruzardi, 2007. Potensi keseluruhan
pasang surut Bagan Siapi-api ini ada pada urutan 3 rangking dunia Tabel 4.28:
Tabel 4.28. Peringkat pasang surut tertinggi Tantrawati dan Ruzardi, 2007
No Negara
Lokasi h Rata-rata m
Potensi MW Luas Kolam km²
1 Inggris
Mersey 8,40
700 60
1 Australia
Walcott Inlet 8,40
1.750 260
1 Australia
Secure Bay 8,40
570 130
2 Inggris
Severn 8,30
6.000 490
3 Indonesia Bagan Siapi-api
6,60 –
–
4 Argentina San Jose
6,00 7.000
780 5
Rusia Mezeh
5,66 15.000
2.640 6
USA Passamaquoddy
5,50 400
300 7
Rusia Tugur
5,38 6.790
1.080 8
Korea Garolim Bay
4,70 480
90 9
USA Cook Inlet
4,35 18.000
3.100
Dalam metode perhitungan perkiraan potensi tenaga listrik, digunakan 3 metode Dandekar dan Sherma, 1991 dalam Tantrawati dan Ruzardi, 2007.
Ketiga metode ini menggunakan asumsi yang pertama bahwa cara pengaliran air bersifat tetap
steady flow
. Hal ini bertentangan dengan kenyataan di lapangan bahwasanya pengaliran air laut ke kolam atau air kolam ke laut di suatu titik
tertentu besarnya tekanan dan kecepatan selalu berubah-ubah dengan waktu
unsteady flow
. Asumsi yang kedua yaitu perhitungan ketersediaan energi yang dianalisis hanya untuk produksi air pasang atau air surut saja. Asumsi yang ketiga
yaitu luasan kolam yang dipakai ditetapkan 1 ha 10.000 m².
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan perkiraan energi listrik yang dilakukan dengan pertimbangan bahwa untuk perkiraan potensi tenaga listrik pasang surut, besaran nilai yang
didapat hanya untuk mengetahui potensi ketersediaan energi secara kasar. Untuk kepentingan yang lebih mendalam, data ketersediaan energi ini dapat digunakan
sebagai acuan pemetaan besaran energi yang dikandung untuk wilayah tinjauan. Dari ketiga metode tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode 1 dinilai sebagai
metode yang paling mendekati keadaan yang sebenarnya di lapangan untuk perkiraan perhitungan pembangkit listrik karena sudah memperhitungkan waktu
dan jumlah pasang ataupun surut dalam kurun waktu 1 tahun. Dalam penelitian ini, analisis perkiraan potensi tenaga listrik pasang surut
di kawasan Sumatera menggunakan metode 1 dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah disebut di atas. Sebagai hasil, hitungan menggunakan data pasang surut
stasiun perkiraan energi secara kasar untuk tempat-tempat yang berpotensi di Sumatera dapat dilihat dalam Tabel 4.29 di bawah ini. Dari hasil Tabel 4.29,
dapat dilihat bahwa perkiraan energi menggunakan metode 1 untuk daerah yang mempunyai perkiraan potensi energi listrik paling tinggi di kawasan Sumatera
berada di daerah Bagan Siapi-api dengan perkiraan energi yang dihasilkan setiap tahunnya adalah sebesar 476.167 kWh Tantrawati dan Ruzardi, 2007.
Tabel 4.29. Perkiraan energi di kawasan Sumatera untuk kolam 1 ha Tantrawati dan Ruzardi, 2007
No Stasiun Pasang Surut
Energi 1 Tahun kWh
1 Sabang
17.530 2
Blang Lancang 51.267
3 Teluk Aru
67.208 4
Kuala Tanjung Asahan 82.628
5 Belawan Deli
67.208 6
Sungai Asahan 146.884
7 Sibolga
10.901 8
Gunung Sitoli 6.546
9 Padang Teluk Bayur
17.681 10
Siberut Muara Sungai Siberut 15.484
Universitas Sumatera Utara
147
11 Bagan Siapi-api
476.167
12 Dumai Dermaga Chevron
104.149 13
Bengkalis 75.191
14 Sungai Siak Pelabuhan
85.546 15
Sungai Pakning 110.113
16 Blandong
190.652 17
Pasir Panjang Karimun Besar 9.695
18 Sungai Indragiri Kuala Laju
94.326 19
Sungai Jambi Kuala Nur 71.955
20 Batuampar Pulau Batam
51.966 21
Singapura 107.137
22 Selat Kijang
38.819 23
Tarempa 20.090
24 Muntok
88.354 25
Sungai Musi Ambang Alur 78.304
26 Pulau Baai Bengkulu
17.658 27
Panjang 19.367
28 Bakauheni
6.696 29
Suralaya 6.882
4.5 Simulasi Tenaga Pasang Surut Bagan Siapi-api