Latar Belakang Studi Pemanfaatan Gelombang Pasang Surut Sebagai Energi Pembangkit Listrik Alternatif

21 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis energi adalah masalah yang sangat fundamental di Indonesia khususnya masalah energi listrik. Energi listrik merupakan energi yang sangat diperlukan bagi manusia modern. Sumber-sumber energi yang digunakan masih mengacu kepada eksploitasi sumber daya alam dengan cara konvensional yang diyakini akan habis pada suatu waktu tertentu. Sumber-sumber energi lain yang berasal dari alam yang dapat diperbarui renewable dan nyata keuntungannya serta bisa diprediksi seperti tenaga pasang surut air laut, tenaga panas matahari, tenaga panas bumi, tenaga angin dan medan magnet hidrodinamik tidak begitu berkembang sehingga kontribusi energinya masih sangat kecil. Pada tahun 1968, Prancis berhasil membangun pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga pasang surut dan memiliki beda tinggi tidal range mencapai 8,5 m. Dimana, tinggi air pada saat terjadi pasang tertinggi spring tide mencapai 13,5 m sedangkan tinggi air pada saat terjadi pasang terendah neap tide mencapai 3,5 m. Energi yang dibangkitkan dari pembangkit listrik ini cukup besar yaitu mencapai 240 MW. Pembangkit listrik ini berada di Kuala Rance yaitu antara Saint Maro dan Dinard, Brittany, Prancis Dandekar dan Sherma, 1991 dalam Tantrawati dan Ruzardi, 2007. Lalu diikuti pembangunan pembangkit listrik tenaga pasang surut Kislaya di Rusia berkapasitas 2 MW, Jiangxia di China berkapasitas 3,9 MW dan Annapolis Royal di Kanada berkapasitas 20 MW. Pembangkit listrik pasang surut memanfaatkan energi lautan menjadi energi listrik melalui turbin dan generator. Potensi energi potensial yang terkandung dalam perbedaan pasang dan surut air laut digunakan untuk menggerakkan turbin dan bila turbin ini dihubungkan dengan generator dapat menghasilkan listrik. Indonesia memiliki laut seluas ± 6 juta km² menurut versi Zona Ekonomi Eksklusif ZEE sehingga harus dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif. Beberapa wilayah pesisir di Indonesia yang memiliki wilayah pantai dan estuaria muara sungai yang cukup luas yaitu di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Irian Jaya Supriadi, 2001 dalam Surinati, 2007. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, potensi energi terbarukan dari fenomena pasang surut air laut di Indonesia mencapai 240.000 MW, namun belum ada instalasi yang terpasang. Padahal, krisis energi telah melanda dunia hingga akhir tahun 1990 karena kebutuhan akan bahan energi primer dunia 85 disuplai oleh bahan bakar fosil yakni minyak bumi 40, batu bara 25 dan gas bumi 20 Pramudji, 2002 dalam Surinati, 2007. Penelitian pemanfaatan tenaga pasang surut untuk pembangkit listrik telah dilakukan oleh beberapa negara sejak tahun 1920 hingga saat ini seperti Prancis, Rusia, Amerika Serikat dan Kanada. Sejauh ini penelitian yang dilakukan oleh Negara-negara tersebut menghasilkan pembangkit listrik tenaga pasang surut yang cukup besar. Oleh karena itu, tugas akhir ini meneliti pemanfaatan energi pasang surut di Indonesia khususnya di pulau Sumatera seperti Belawan Deli, Meulaboh, Sungai Asahan, Sibolga, Gunung Sitoli dan Bagan Siapi-api karena memiliki perbedaan pasang surut yang cukup signifikan. Selain itu, tugas akhir ini menganalisa kriteria kelayakan sebuah pembangkit listrik tenaga pasang surut agar usulan proyek tersebut dapat dilaksanakan dan kinerjanya sesuai dengan yang direncanakan.

1.2 Perumusan Masalah