BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Metode
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki, dan juga merupakan
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang direncanakan.
8
Sehubungan dengan upaya untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
9
Kata ‘metode’ berasal dari bahasa latin, methodus yang bermakna, cara atau jalan.
10
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa yunani yang bermakna jalan
11
. Kata ini terdiri dari dua suku kata; metha dan hodas yang berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.
12
Menurut Arif Burhan, “Metode menunjukkan pada proses, prinsip serta prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut
” .
13
Senada dengan Arif Burhan, M. Arifin mengatakan bahwa metode secara harfiyah adalah
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan Dari definisi di atas dapat difahami bahwa metode dapat
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet.Ke-1, Edisi ke Tiga, h. 740.
9
Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:PT.Gramedia, 1983,h 81.
10
Asman Ralby, Kamus Internasional, Jakarta: Bulan Bintang: 1956, h. 318.
11
Mulia Tsg, Dkk, Ensiklopedia Indonesia jilid II, Bandung: Van hoeve, h. 928.
12
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Cet. Ke-1, h. 50
13
Arif Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, Surabaya: Usaha nasional, 1992, h. 17.
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan
14
B. Bimbingan Agama
1. Definisi Bimbingan Agama
Bimbinngan agama terdiri dari dua kata yaitu Bimbingan dan Agama. bimbinngan memiliki arti menuntun atau menjadi petunjuk jalan,
15
merupakan hal yang urgen bagi manusia. Karena sebaik dan sepintar apapun manusia itu, tidak
akan terlepas dari bimbingan, untuk itu setiap manusia dipastikan membutuhkan pembimbing. Hal senada juga diungkapkan Sukardi bahwa;
“Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri,
mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain”.
16
Tidak sampai di situ, untuk menemukan makna bimbingan, Prayitno memaknai bimbingan sebagai pemberian bantuan yang dilakukan orang yang ahli
kepada seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang di bimbing dapat mengembangkan kemampuannya
14
Syahidin, Metode Pendidikan Qur’ani: Teori dan Aplikasi, Jakarta:Misaka Galiza, 1999, Cet. Ke-1, h. 39
15
Khairul Umam dan A.Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV.Pustaka setia, 1998, Cet-1, h. 9
16
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Surabaya: Usaha nasional, 1983, h. 65
sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada, dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
17
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil beberapa definisi bimbingan agama sebagai berikut: Pertama, bimbingan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan sehingga bantuan ini diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus, dan terarah kepada tujuan. Dengan demikian kegiatan bimbingan
bukanlah kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu, tidak sengaja atau kegiatan yang asal-asalan. Kedua, bimbingan merupakan proses
membantu individu. Dengan kata “membantu” berarti dalam kegiatan bimbingan tidak terdapat adanya unsur paksaan. Dalam kagiatan bimbingan pembimbing
tidak tidak memaksa individu untuk menuju ke suatu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing, melainkan pembimbing membantu mengarahkan anak bimbing ke
arah suatu tujuan yang ditetapkan bersama-sama, sehingga anak bimbing dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Ketiga, bahwa bantuan
diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya di dalam proses perkembangannya. Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan memberikan
bantuannya kepada setiap individu, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orangtua.
18
Dengan demikian dari beberapa definisi bimbingan agama di atas, maka penulis simpulkan bahwa bimbingan adalah proses membantu seorang individu
17
Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimibingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-1, hal. 28.
18
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, Cet. Ke-1, h. 6.
yang mengalami permasalahan yang berhubungan dengan psikis, dimana dilakukan secara terus-menerus dan memiliki tujuan untuk membantu individu
agar individu menemukan potensinya sehingga individu itu dapat hidup secara optimal dan mengatasi masalah-masalahnya secara mandiri serta mampu
beradaptasi dengan baik bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Adapun agama memiliki dua pengertian, yaitu secara subyektif pribadi
manusia dan secara obyektif: a Aspek Subyektif atau pribadi manusia. agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilia-nilai
keagamaan berupa getaran batin, yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut pada pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitar. Dari
aspek inilah manusia dapat tingkah lakunya itu merupakan perwujudan manifestasi dari “pola hidup” yang telah membudaya dalam batinnya. Dimana
nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan referensi dari sikap, dan orientasi hidup sehari-hari b Aspek Obyektif, agama dalam pengertian ini
mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai dengan kehendak ajaran tersebut
19
. Agama dalam pengertian ini belum masuk ke dalam batin manusia atau belum membudaya dalam tingkah
laku manusia, karena masih berupa dokrin ajaran yang obyektif yang berada di luar manusia. Oleh karena itu, secara formal, agama dilihat dari aspek obyektif
dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat ilahi dari Tuhan yang menuntun
19
H.M Arifin, Pedoman Bimbingan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT. Golden Trayon Press, 1994, Cet. Ke-5, h.1.
orang-orang berakal budi ke arah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia, dan memperoleh kebahagiaan di akhirat
20
. Dengan demikian, bimbingan agama adalah pemberian bantuan secara sistematis
kepada individu yang mengalami permasalahan menyangkut masa kini dan masa depan dimana bantuan ini dalam bentuk pembinaan mental spiritual dengan
pendekatan keagamaan melalui kekuatan iman dan taqwa pada Tuhan YME. Sehingga sasarannya adalah untuk membangkitkan daya rohaniahnya.
C. Metode Bimbingan Agama