BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian bab-bab dimuka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengaturan tentang tindak pidana kehutanan telah dirumuskan di dalam
ketentuan Pasal 50 ayat 2 jo Pasal 78 ayat 1, ayat 14 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Pasal 41 sampai dengan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sedang pengaturan tentang tindak pidana pencucian uang money laudering yakni Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2003 tentang perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. UUTPPU dapat dibedakan
dalam dua kriteria yaitu Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 3 dan 6 dan Tindak Pidana yang berkaitan dengan Pencucian Uang Pasal 8 dan 9.
2. Pertanggungjawaban pelaku kejahatan di dalam tindak pidana kehutanan sebagai kejahatan asal predicate crime melalui pendekatan rezim money
laundering tentunya terlebih dahulu dilakukan pendekatan secara refresif
sebagai bagian dari kebijakan kriminal criminal policy yang merupakan tindakan pemberatasan dan sekaligus penumpasan terhadap kejahatan
kehutanan yang menggunakan lembaga keuangan sebagai sarana untuk mengalihkan, menyembunyikan kejahatan kehutanan dengan maksud dana
tersebut seolah-olah legal dan digunakan untuk mendanai kejahatan-kejahatan
Roberts Kennedy : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Kehutanan Dalam Upaya Penanggulangan Money Laundering
: Studi Mengenai Kasus Adelin Lis Direksi Pt Keang Nam Development Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
selanjutnya atau kegiatan legal. Penentuan kejahatan pada tindak pidana awal pencucian uang predicate crimes on money laundering bagi proses
penegakan hukum pencucian uang di Indonesia mengalami kesulitan, hal ini terlihat bahwa sistem hukum pidana Indonesia menganut asas bahwa suatu
perbuatan dapat dinyatakan sebagai kejahatan harus melalui mekanisme hukum yakni ditandai dengan adanya putusan hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Artinya selama belum ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap maka suatu perbuatan yang dituduhkan kepada
tersangka berupa tindak pidana awal core crime. Hal ini dapat dilihat pada Putusan Pengadilan Negeri Medan dan Mahkamah Agung terhadap terdakwa
Adelin Lis Direksi PT. KNDI dengan tidak adanya putusan Pengadilan Negeri Medan dan Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa terdakwa
Adelin Lis Direksi PT. KNDI diduga atau patut diduga telah melakukan tindakan menyembunyikan harta kekayaan hasil kejahatan melalui kegiatan
money lundering yang tentunya dilandasi oleh sistem pembuktian dianut di
Indonesia dengan dasar dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya yakni pembalakan liar yang dimulai dari penyidikan dan tuntutan tindak
pidana predicate crimes, sehingga hal yang terpenting adalah “terbuktinya tindak pidana asal” bukan “sudah terdapat bukti permulaan yang cukup”.
3. Penegakan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana kehutanan dalam upaya menanggulangi money laundering pada hakekat UUTPPU memberi
peluang bagi aparat penegakan hukum di dalam sistem peradilan pidana
Roberts Kennedy : Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Kehutanan Dalam Upaya Penanggulangan Money Laundering
: Studi Mengenai Kasus Adelin Lis Direksi Pt Keang Nam Development Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
khususnya hakim dengan pendekatan mengejar harta kekayaan hasil kejahatan yang ditempatkan untuk menetapkan pelaku tindak pidana pencucian uang
sebagai follow up crime on illegal logging. Melalui pendekatan ini tentunya memudahkan penjeratan terhadap aktor intelektual yang melakukan tindakan
pembalakan liar terutama pemegang IUPHHK dan HPH dengan menekankan penyelidikan pada aliran uang yang dihasilkan dan juga memberikan sebuah
landasan berpijak untuk aparat penegak hukum dalam menjerat aktor-aktor intelektual yang mendanai kegiatan illegal logging. Penyelidikan pada aliran
uang yang dihasilkan tentunya memerlukan kerjasama dengan lembaga keuangan Penyedia Jasa Keuangan yang telah menerapkan prinsip know
your customer . Dengan demikian penyelidikan dan penyidikan terhadap aliran
dana hasil kejahatan pembalakan hutan akan lebih mudah dilakukan, oleh karena muara aliran uang sudah tentu akan berakhir pada aktor intelektual
penebangan hutan.
B. Saran