Pengertian Happiness Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness

2.1. Happiness

2.1.1. Pengertian Happiness

Seligman 2002 mendefinisikan happiness sebagai perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang. Diener dalam Synder 2007 menyamakan happiness dengan subjective well- being serta sebagai gabungan dari perasaan positif dan kepuasan hidup. Menurut Diener kebahagiaan adalah evaluasi seseorang terhadap kehidupan yang mereka alami. Lebih spesifiknya kebahagiaan meliputi pengalaman yang menyenangkan seseorang dan apresiasinya terhadap kehidupan. Carr 2004 mengatakan bahwa happiness dan subjective well-being keduanya merujuk pada perasaan positif, yaitu sebagai perasaan bahagia atau ketenangan maupun keadaan positif seperti ikut serta dalam kegiatan yang mengalir atau terlarut di dalamnya. Carlson 1984, dalam Manz, 2003 mengatakan bahwa happiness adalah perasaan yang alami sebagai bagian dari pembawaan fungsi psikologis yang sehat. 30 Menurut Al-Qarni 2004, Kebahagiaan adalah keriangan hati karena kebenaran yang dihayatinya, kebahagiaan adalah kelapangan dada karena prinsip yang menjadi pedoman hidup, dan kebahagiaan adalah ketenangan hati karena kebaikan disekelilingnya. Dari pengertian diatas mengenai happiness, maka definisi yang digunakan peneliti adalah definisi dari Seligman 2002 yang menyatakan bahwa happiness merupakan perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.

2.1.2. Aspek Happiness

2.1.2.1. Emosi Positif

Seligman 2002 membagi emosi positif menjadi tiga kategori menurut waktu, yaitu: a. Emosi Positif Terhadap Kepuasan akan Masa Lalu Menurut Seligman 2002, emosi tentang masa lalu dimulai dari ketenangan, kedamaian, kebanggaan dan kepuasan. Semua emosi tersebut sepenuhnya ditentukan oleh pikiran seseorang tentang masa lalunya. Banyak sekali bukti tentang pandangan 31 ini. Salah satu contoh Ketika seseorang dilanda depresi, jauh lebih mudah baginya untuk menyimpan kenangan menyedihkan daripada kenangan membahagiakan. Keterbatasan pemahaman dan penghayatan tentang peristiwa pada masa lalu jika menekankan peristiwa buruk maka dapat membuat seseorang sulit untuk mengalami ketenangan, kedamaian, kebanggaan dan kepuasan. Seligman 2002 mengatakan bahwa ada dua cara untuk membawa perasaan- perasaan tentang masa lalu ke arah kebahagiaan. Yaitu dengan bersyukur dan memaafkan. Ia mengatakan bahwa rasa syukur dapat menambah kepuasan hidup karena dapat menambah intensitas kesan dari kenangan yang baik tentang masa lalu. Sedangkan memaafkan dapat mengubah kepahitan menjadi kenangan yang positif, dan dengan demikian lebih memungkinkan untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih besar. b. Emosi Positif Terhadap Optimistis akan Masa Depan Emosi positif mengenai masa depan mencakup keyakinan, kepercayaan, percaya diri, harapan dan optimisme. Optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi saat menghadapi musibah, dapat meningkatkan kinerja, dan kesehatan fisik yang lebih baik di masa depan. Terdapat dua dimensi dalam konsep optimisme, yaitu Permanen dan Pervasif. Dimensi pertama menjelaskan tentang seberapa lama individu terpengaruh pada 32 setiap kejadian yang mereka alami. Dimensi permanen dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu tipe permanen pesimistis dan tipe temporer optimistis. Orang-orang dengan tipe permanen percaya bahwa penyebab kejadian-kejadian yang mereka alami bersifat permanen, terus berlanjut mempengaruhi hidup mereka. Sebaliknya, orang dengan tipe temporer, percaya bahwa penyebab kejadian buruk itu hanya bersifat sementara. Sedangkan pervasif menjelaskan tentang seberapa besar suatu kondisi mempengaruhi kehidupan individu. Dimensi pervasif dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu universal pesimistis dan spesifik optimistis. Individu dengan tipe universal akan terpengaruh disegala aspek ketika suatu kejadian menimpa satu area kehidupan, sedangkan individu dengan tipe spesifik, hanya akan terpengaruh pada satu bagian kehidupan, dan tidak mempengaruhi bagian lain. c. Emosi Positif Terhadap Kebahagiaan Pada Masa Sekarang Kebahagiaan masa sekarang terdiri atas berbagai keadaan yang sangat berbeda dengan kebahagiaan akan masa lalu dan masa depan. kebahagiaan sendiri mencakup dua hal yang berbeda : yaitu kenikmatan pleasure dan gratifikasi gratification. Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat, yang disebut dengan perasaan-perasaan dasar raw feels seperti: rasa senang, riang, ceria, dan nyaman Seligman,2002. Semua ini bersifat sementara dan hanya sedikit melibatkan pikiran, atau malah tidak sama sekali. Kenikmatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kenikmatan ragawi 33 bodily pleasures dan kenikmatan yang lebih tinggi higher pleasures. Kenikmatan ragawi datang dengan cepat, melalui indera, dan bersifat sementara. Sama halnya dengan kenikmatan ragawi, kenikmatan yang lebih tinggi juga memiliki perasaan- perasaan dasar yang positif, bersifat sementara, memudar dengan mudah dan dengan cepat menjadi terasa biasa. Namun tak hanya itu, kenikmatan yang lebih tinggi juga bersifat kognitif dan jauh lebih bervariasi daripada kenikmatan ragawi. Gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang sangat kita sukai, tetapi sama sekali tidak mesti disertai oleh perasaan dasar. Contoh gratifikasi adalah : membaca novel yang bagus, bermain bola basket. Gratifikasi bertahan lebih lama daripada kenikmatan dan melibatkan lebih banyak pemikiran serta interpretasi.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness

Menurut Seligman 2002 terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi happiness, yaitu: 1. Uang Penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaannya, lebih daripada uang itu sendiri. Orang yang menempatkan uang diatas tujuan lainnya kurang puas dengan penghasilan mereka dan dengan kehidupan mereka secara keseluruhan. 2. Perkawinan 34 Pusat riset Opini Nasional Amerika Serikat menyurvei 35.000 warga Amerika selama 30 tahun terakhir, 40 dari orang yang menikah mengatakan mereka sangat bahagia, sedangkan hanya 24 dari orang yang tidak menikah, bercerai, berpisah, dan ditinggal mati pasangannya yang mengatakan mereka bahagia. 3. Kehidupan Sosial Orang-orang yang bahagia paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan kebanyakan dari mereka bersosialisasi. Berdasarkan penilaian sendiri atau orang lain, mereka dapat nilai tertinggi dalam berinteraksi. Khavari 2006 mengatakan bahwa meskipun kebahagiaan personal tumbuh dari dalam diri, berbagi kesenangan dengan orang lain dapat membangun perasaan yang positif. Rasa kebersamaan juga dapat tumbuh dari hubungan penuh kasih dengan Tuhan serta dengan tokoh-tokoh agama. 4. Emosi Negatif Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dan emosi negatif. Ini berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, seseorang mungkin memiliki lebih sedikit emosi positif dibandingkan dengan rata-rata. Meskipun demikian, tidak berarti seseorang menjauh dari kehidupan yang senang dan tidak berarti pula seseorang terlindungi dari kesedihan. 5. Usia Sebuah penelitian otoritatif atas 60.000 orang dewasa dari empat puluh bangsa membagi kebahagiaan ke dalam tiga komponen : kepuasan hidup, afek 35 menyenangkan dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, afek menyenangkan sedikit melemah dan afek negatif tidak berubah. Yang berubah saat seseorang menua adalah intensitas emosinya. 6. Kesehatan Orang-orang yang masuk rumah sakit dengan hanya satu masalah kesehatan yang kronis, seperti penyakit jantung, mereka menunjukkan peningkatan kebahagiaan yang berarti pada tahun berikutnya. Namun mereka yang memiliki lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu. Jadi, masalah ringan dalam kesehatan tidak lantas menyebabkan ketidakbahagiaan, namun sebabnya adalah sakit yang parah. 7. Jenis Kelamin Jenis kelamin memiliki hubungan yang mengherankan dengan suasana hati. Tingkat emosi rata-rata laki-laki dan perempuan tidak banyak berbeda, yang membedakan adalah perempuan cenderung lebih bahagia dan sekaligus lebih sedih daripada laki-laki. 8. Agama Data survei secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius. Myers 1992 dalam Khavari 2006 menyatakan bahwa orang-orang yang 36 beragama lebih bahagia karena agama mengajarkan tujuan hidup, mengajak mereka menerima dan menghadapi aneka masalah dengan tenang, dan mempersatukan mereka dalam satu umat yang saling memberi dukungan.

2.2 Religiusitas

2.2.1. Pengertian Religiusitas

Sebelum membahas religiusitas, perlu adanya pembahasan mengenai agama sebagai dasar dari perilaku religiusitas ini. Di dunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama, yaitu : religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian; perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang di lakukan berulang-ulang. Istilah lain bagi agama yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan dan pembalasan. Moh.Syafaat, 1965 dalam Yusuf, 2004. Menurut Martineau dalam Jalaluddin, 2003 agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa, dan kehendak Illahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia. 37

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN HAPPINESS PADA REMAJA PEROKOK

3 21 16

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

0 2 9

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN Hubungan Antara Atribusi Dengan Perilaku Asertif Pada Remaja Panti Asuhan.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN Hubungan Antara Atribusi Dengan Perilaku Asertif Pada Remaja Panti Asuhan.

2 9 18

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA SANTRI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM Hubungan Religiusitas Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Santri Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarata.

0 0 15

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA SANTRI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM Hubungan Religiusitas Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Santri Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarata.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI ‘AISYIYAH KARANGANYAR SKRIPSI

1 2 139

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA PANTI ASUHAN DI PURWOKERTO

0 1 14