Pengertian Remaja Batasan Remaja Tugas Perkembangan Remaja

orang menilai dirinya sendiri hanya terpengaruh oleh persepsi seremonial yang bersifat visual dan ada sebagian menganggapnya sekedar kesibukan saja. Pendapat orang-orang beragama pada umumnya bahwa akibat penting dari kesadaran beragama adalah dorongan untuk taat kepada ajaran agama yang dipeluknya dan berperilaku yang baik dengan sesama manusia, dan nilai emosi keagamaan itu harus dinilai dari keberhasilannya dalam membantu tercapainya tujuan-tujuan itu. 3 Faktor Intelektual Kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakannya sebagai alat untuk membedakan antara yang benar dan yang salah merupakan keberhasilan manusia yang bisa diharapkan pengaruhnya terhadap perkembangan sikap keberagamaan. Beberapa faktor seperti pengaruh lingkungan sosial seseorang dan emosi, keduanya meskipun tidak diverbalisasikan pada umumnya sebagai bagian yang mempengaruhi sikap keagamaan, akan tetapi keduanya akan lebih kuat dengan diiringi menggunakan intelektual atau secara rasional.

2.3. Remaja

2.3.1. Pengertian Remaja

Menurut Hurlock 1980 Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence, seperti yang 41 dipergunakan saat ini, mempunyai arti lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja, dalam defenisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika: 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual; 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa; 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada kedaan yang relatif lebih mandiri Muangman, 1980: 9 dalam Sarwono: 2005 Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang di tandai oleh perubahan besar yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.

2.3.2. Batasan Remaja

Hurlock 1980 membagi remaja menjadi dua periode yaitu: masa remaja awal dan masa remaja akhir, yaitu dari usia 13 sampai 18 tahun. 42 WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir usia 15-20 tahun. Dalam penelitian ini batasan yang digunakan adalah batasan dari Hurlock 1980 yaitu usia 13-18 tahun. Batasan ini digunakan mengingat bahwa usia maksimal tinggal di panti adalah 18 tahun.

2.3.3. Tugas Perkembangan Remaja

Pada usia remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu. Menurut Pikunas 1976 dalam Agustiani, 2006 mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja, yaitu: 1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya. 2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur otoritas. 3. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar menerima relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun kelompok. 4. Menemukan model untuk identifikasi. 5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampun dan sumber-sumber yang ada dirinya. 43 6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada. 7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.

2.3.4 Religiusitas pada Remaja

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN HAPPINESS PADA REMAJA PEROKOK

3 21 16

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

0 2 9

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN Hubungan Antara Atribusi Dengan Perilaku Asertif Pada Remaja Panti Asuhan.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN Hubungan Antara Atribusi Dengan Perilaku Asertif Pada Remaja Panti Asuhan.

2 9 18

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA SANTRI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM Hubungan Religiusitas Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Santri Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarata.

0 0 15

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA SANTRI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM Hubungan Religiusitas Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Santri Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarata.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI ‘AISYIYAH KARANGANYAR SKRIPSI

1 2 139

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA PANTI ASUHAN DI PURWOKERTO

0 1 14