6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada. 7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.
2.3.4 Religiusitas pada Remaja
Religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak
dewasa ini. Dengan begitu, ia tidak melakukan hal–hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Sarwono, 2005
Santrock 2003 mengatakan bahwa remaja yang berada pada tahap formal operasional, memiliki cara berfikir yang berbeda mengenai konsep religius daripada
anak-anak yang berada pada tahap konkrit operasional. Karena remaja yang berada pada tahap formal operasional lebih reflektif daripada anak-anak. Remaja tidak lagi
melihat perwujudan identitas keagamaan dalam tingkah laku individu namun lebih memperhatikan bukti keberadaan keyakinan dan pendirian dalam diri seseorang.
Fowler 1976 dalam Santrock, 2003 mengatakan bahwa individuating- reflexive faith
adalah tahap yang dikemukakan fowler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang penting dalam perkembangan identitas keagamaan.
Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius mereka. Selama masa remaja akhir, individu
menghadapi keputusan-keputusan pribadi serta mengevaluasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pikiran mereka seputar agama.
44
2.3.5. Kebahagiaan dalam masa remaja
Menurut Hurlock 1980 remaja yang penyesuaian dirinya buruk, cenderung paling tidak berbahagia sepanjang awal masa remaja. Ketidakbahagiaan remaja lebih-
lebih karena masalah-masalah pribadi daripada masalah-masalah lingkungan. Ia mempunyai tingkat aspirasi tinggi, yang tidak realistic bagi dirinya sendiri, dan bila
prestasinya tidak memenuhi harapan, akan timbul rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bersikap menolak diri sendiri.
Bilamana remaja cukup berhasil mengatasi masalah yang dihadapi dan kepercayaan pada kemampuannya mengatasi masalah-masalah tanpa bantuan orang
dewasa semakin meningkat, maka periode tidak bahagia lambat laun berkurang. Pada saat mereka duduk di kelas terakhir sekolah menengah atas dan pandangan serta
perbuaannya lebih seperti orang dewasa, maka berangsur-angsur rasa bahagia timbul menggantikan rasa tidak bahagia.
Kebahagiaan yang lebih besar merupakan ciri dari akhir masa remaja, sebagian disebabkan karena remaja yang lebih tua diberi status yang lebih banyak
dalam usaha mempertahankan tingkat perkembangannya dibandingkan ketika pada awal masa remaja. Misalnya: remaja lebih diberi kebebasan, oleh karenanya tidak
banyak mengalami kekecewaan. Ia juga menjadi lebih realistic akan kemampuannya dan memiliki tujuan yang sesuai dan bisa dicapai, ia terus menerus berusaha dan
mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuannya, serta menambah kepercayaan diri 45
berdasarkan pada pengetahuan mengenai keberhasilan di masa-masa lalu yang melawan perasaan-perasaan tidak mampu yang mengganggu.
2.4. Panti Asuhan