Pengecualian Bentuk Kegiatan Yayasan Yang Didirikan Korps Diplomatik Asing

dan tujuan kedatangannya di Indonesia bermanfaat serta. tidak akan menimbulkan gangguan terhadap ketertiban dan keamanan nasional. Setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian. Seperti : Izin Singgah, diberikan kepada orang asing yang memerlukan singgah di wilayah Indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara lain. Izin Kunjungan, diberikan kepada orang asing berkunjung ke wilayah Indonesia untuk waktu yang singkat dalam rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial budaya atau usaha. Izin Tinggal Terbatas, diberikan kepada orang asing untuk tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas. Izin Tinggal Tetap diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di wilayah Indonesia.. 100 Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, Informasi dan edukasi dewasa ini telah memacu semakin intensifnya interaksi antar bangsa di dunia. Meningkatnya intensitas interaksi tersebut telah mempengaruhi potensi kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya kita dengan pihak luar, baik dilakukan oleh Pemerintah pusat dan daerah Organisasi Non Pemerintah Organisasi Non Pemerintah dalam negeri dan Non Government Organitation luar negeri, swasta perusahaan-perusahan Multinasional dan perorangan sebagai aktor baru dalam hubungan luar negeri. Kenyataan ini menuntut tersedianya suatu perangkat ketentuan untuk mengatur interaksi tersebut selain ditujukan

E. Pengecualian Bentuk Kegiatan Yayasan Yang Didirikan Korps Diplomatik Asing

100 Pasal 24 Undang-Undang No 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian Universitas Sumatera Utara untuk melindungi kepentingan Negara dan warga Negara, serta pada gilirannya memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia 101 Interaksi antar Negara ditunjukan dengan adanya penempatan pejabat diplomatik di Negara-Negara yang telah memiliki hubungan diplomatik sebagai perwakilan Negara bersangkutan. Pejabat-pejabat ini sendiri diberi kekebalan dan keistimewaan Adanya pemberian kekebalan dan keistimewaan bagi para pejabat diplomatik pada hakikatnya merupakan sejarah dunia diplomasi yang sudah lama sekali dimana pemberian semacam itu dianggap sebagai kebiasaan hukum internasional. Sesuai dengan aturan-aturan kebiasaan dalam hukum internasional itu, para diplomat yang mewakili negaranya masing-masing memilki kekebalan yang kuat dari yurisdiksi Negara pengirim. Kekebalan-kekebalan ini sering diberikan secara jelas dalam hukum dan peraturan perundang-undangan Negara penerima dan kadang-kadang diberikan lebih banyak dari yang sudah ditentukan dalam hukum internasional. 102 Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat 3 teori mengenai landasan hukum pemberian kekebalan dan keistimewaan diplomatik di luar negeri yaitu sebagai berikut 103 1. Teori Ekstrateritorial : Menurut teori ini seorang pejabat diplomatik diaggap seolah-olah tidak meninggalkan negaranya, ia berada di luar wilayah Negara penerima, walaupun kenyataanya ia sudah jelas berada di luar negeri sedang melaksanakan tugas- tugasnya di Negara dimana ia ditempatkan. Demikian halnya dengan gedung 101 Syahmin Ak, Hukum Diplomatik Dalam Kerangka Studi Analisis Jakarta: Rajawali Pers, 2008 hal 13 102 Ibid , hal 116 103 Ibid, hal 117 Universitas Sumatera Utara perwakilan. Oleh karena itu seseorang diplomat itu dianggap tepat berada dinegaranya sendiri, ketentuan-ketentuan Negara penerima tidak berlaku baginya. Memang benar ketentuan-ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan suatu Negara tidak berlaku terhadap warga Negara asing yang tinggal dinegaranya masing-masing 2. Teori Representative Teori kedua ini mengajarkan kepada kita bahwa pejabat diplomatik maupun perwakilan diplomatik, mewakili Negara pengirim dan kepala Negaranya. Dalam kapasitas itulah pejabat dan perwakilan diplomatik asing menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan-kekebalan di Negara penerima. Memberikan hak-hak istimewa dan kekebalan kepada pejabat-pejabat diplomatik asing juga berarti bahwa Negara penerima menghormati Negara pengirim, keberasan, kedaulatan serta kepala Negaranya. Toeri ini berasal dari kerajaan masa lalu dimana Negara penerima memberikan semua hak, kebebasan dan perlindungan kepada utusan- utusan raja sebagai penghormatan terhadap raja itu sendiri. 3. Teori kebutuhan fungsional fungsional necessity theory Teori ini mengajarkan mengenai hak-hak istimewa dan kekebalan-kekebalan diplomatik dan misi diplomatik hanya didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan fungsional agar para pejabat diplomatik tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan lancar. Dengan memberikan tekanan para kepentingan fungsi, terbuka jalan bagi pembatasan hak-hak istimewa dan kekebalan-kekebalan sehingga dapat diciptakan keseimbangan antara kebutuhan Negara pengirim dan hak-hak Negara penerima Universitas Sumatera Utara Maka dari itu jelaslah bahwa landasan yuridis pemberian semua kemudahan, hak- hak istimewa dan kekebalan yang diberikan kepada para agen diplomatik asing di suatu Negara dalam hal ini indonesia adalah untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan- kegiatan para pejabat diplomatik termasuk dalam mendirikan Yayasan di Negara Indonesia dan bukan atas pertimbangan-pertimbangan lain. Yang dimaksud dengan kekebalan diplomatik dalam bahasa asingnya mencakup dua pengertian yaitu inviolability dan immunity. Inviolability dimaksudkan sebagai kekebalan terhadap alat-alat kekuasaan dari Negara penerima dan kekebalan terhadap segala gangguan yang merugikan. Jadi disini terkandung pengertian memiliki hak untuk mendapat perlindungan dari alat-alat kekuasaan Negara penerima. Sedangkan immunity diartikan sebagai kekebalan terhadap jurisdiksi dari hukum-hukum Negara penerima, baik hukum pidana maupun hukum perdata 104 a. Kekebalan diri pribadi Diplomatik immunity dapat dikatakan merupakan suatu hak yang tidak boleh diganggu gugat, seorang agen diplomatik dalam melaksanakan tugas sebagai wakil kekuasaan Negara asing. Sudah tidak diragukan lagi bahwa semua agen diplomatik harus memperoleh jaminan kemananan dan kesejahteraannya pada masa dinas aktif atas prinsip timbal balik. Kekebalan dan keistimewaan diplomatik yang diberikan kepda perwakilan diplomatik sesuai dengan Konvensi Wina 1961 dapat dikelompokkan sebagai berikut : b. Kekebalan yurisdiksional c. Kekebalan dari kewajiban untuk menjadi saksi d. Kekebalan kantor perwakilan dan tempat kediaman 104 Edy Suryono, Hukum Diplomatik Kekebalan dan Keistimewaannya Bandung: Angkasa, 1991 hal 84 Universitas Sumatera Utara e. Kekebalan korespondensi f. Kekebalan dan keistimewaan diplomatik di Negara ketiga g. Penanggalan kekebalan diplomatik h. Pembebasan terhadap pajak dan bea cukaibea masuk 105 Pembebasan terhadap pajak ini merupakan salah satu kemudahan yang diberikan bagi korp diplomatik asing dalam mendirikan Yayasan di Negara dimana ia ditempatkan sehingga korp diplomatik tersebut dapat dengan mudah untuk menyalurkan modal Yayasan yang didirikannya tanpa harus memikirkan pajak, bea cukai dan bea cukai terhadap modal yang masuk ke dalam Yayasan tersebut Kekebalan dan keistimewaan perwakilan diplomatik antara lain diberikan kepada: 1. Para pejabat perwakilan diplomatik meliputi ambasador, minister, minister consellor, consellor, secretary dan attace, serta pejabat-pejabat konselerasi dan lain-lain 2. Pembantu-pembantu pribadi kepala perwakilan, pembantu rumah tangga, pengasuh anak, sekretaris pribadi dan sebagainya 3. Anggota keluarga kepala perwakilan, anggota terdekat yang serumah atau tinggal bersama dengan kepala perwakilan, kurir diplomatik dan lain sebagainya 106 Dan bagi anggota keluarga kepala perwakilan, anggota terdekat yang serumah atau tinggal bersama dengan kepala perwakilan serta kurir diplomatik memiliki hak yang sama dalam mendirikan Yayasan dan hak yang sama dari kemudahan-kemudahan yang ada dalam pendirian dan permodalan Yayasan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 14 Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 105 Syahmin Ak, Op-cit , hal 119 106 Ibid, hal 120 Universitas Sumatera Utara “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 3 dan pasal 13 ayat 1 tidak berlaku bagi pejabat diplomatik beserta keluarganya yang ditempatkan di Indonesia” 107 Para pejabat diplomatik memperoleh kekebalan semenjak saat diberitahukan secara resmi tentang kedatangannya dan penempatannya pada perwakilan diplomatik yang bersangkutan, kepada departemen luar negeri. Dan kekebalan tersebut berakhir pada waktu mereka meninggalkan Indonesia berhubung dengan penarikan dan pemindahannya ke pos atau jabatanya yang baru. Pemberian kekebalan sebagaimana telah dijelaskan, yakni demi untuk menjamin kebebasan para pejabat diplomatik melakukan tugas mewakili Negara pengirimnya adalah sebagai pelaksanaan prinsip saling menghormati antara Negara-negara yang berdaulat dan merdeka. Oleh karena itu, para pejabat diplomatik tidak dapat berbuat sekehendak hatinya terutama dalam hal yang dapat mengganggu ketentraman dan keamanan dalam negeri dari Negara Indonesia 108 Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 69 ayat 1 Undang-Undang Yayasan menyatakan “Yayasan asing yang tidak berbadan hukum Indonesia dapat melakukan kegiatannya di wilayah Negara Republik Indonesia, jika kegiatan Yayasan tersebut tidak merugikan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia” 109 Apabila suatu Yayasan yang didirikan oleh korps diplomatik dianggap melakukan kegiatan yang merugikan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia maka korp dan ketentuan ini juga berlaku bagi korps diplomatik yang bertugas di Indonesia karena kedaulatan bangsa dan Negara adalah di anggap yang terutama. 107 Pasal 14 Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Yayasan 108 Edy Suryono, Op cit, hal 86 109 Pasal 69 Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Universitas Sumatera Utara diplomatik tersebut dapat di kenakan Persona non grata. Persona non grata bermakna bahwa Negara penerima meminta kepada Negara pengirim korps diplomatiknya yang berada di Negara penerima untuk segara dipanggil pulang dengan segera dari Negara penerima Deklarasi persona non grata meminta ia dipanggil pulang yang dikenakan kepada seorang duta besar termasuk anggota staf misi diplomatik lainnya, khusus terhadap mereka yang sudah tiba atau berada di Negara penerima, melibatkan pada 3 kegiatan yang dinilai bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Konvensi Wina 1961 tentang hubungan diplomatik yaitu : 1. Kegiatan yang dilakukan oleh para diplomatik asing yang dianggap mencampuri urusan dalam negeri penerima. bersifat posotifsubjektif dan bukan saja dapat merugikan kepentingan nasional tetapi juga melanggar kedauklatan suatu Negara penerima 2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu sudah jelas melanggar hukum dan peraturan perundang-undangan lain dinegeri penerima 3. Kegiatan-kegiatan yang dapat dikatagorikan sebagai kegiatan spionase yang dapat dianggap mengganggu baik stabilitas maupun keamanan nasional Negara penerima 110 Sebagai tambahan untuk para korps diplomatik yang ingin mendirikan Yayasannya di Indonesia khusus di daerah maka para korps diplomatik tersebut mendapatkan beberapa persyaratan dan fasilitas lainnya. Fasilitas dan persyaratan lainnya adalah sebagai berikut: 110 Syahmin Ak, Op cit, hal 67 Universitas Sumatera Utara 1. Izin pemasukan dan pengeluaran barang dan kendaraan bermotor milik misi diplomatik dan konsuler asing di daerah telah memperoleh persetujuan rekomendasi DEPLU 2. Fasilitas pembebasan pajak dan pemungutan pajak dan pungutan daerah serta perizinan bangunan, tanah dan prasarana untuk keperluan misi diplomatik dan konsuler di daerah telah mendapat rekomendasi DEPLU 111 111 Ibid hal 254 Universitas Sumatera Utara

BAB IV STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN ASING DAN PERMODALAN YAYASAN