dan tughyân
نﺎﯿﻐﻃ
penulis lebih sependapat dengan uraian yang disebutkan oleh Imam Abu Ali dan nantinya penulis mencoba saling mengaitkan ayat-ayat
tersebut satu sama lain.
I.2. Kata tâghût Menurut Istilah
Bahwasanya definisi
tâghût
تﻮﻏﺎﻃ
ialah sebuah
sifat yang
menggambarkan penyembahan kepada selain kepada Allah dalam berbagai bentuk karena katanya berbentuk sifat untuk jenis tunggal ataupun jamak sebagaimana
diterangkan Abu Ali di atas yang pada akhirnya tidak menutup kemungkinan bahwa bentuk tâghût itu sendiri menjadi beragam seperti lebih percaya
mendewakan, manusia kepada manusia dukun atau paranormal, benda dalam hal ini uang, hawa nafsu kekuasaan, jabatan.
5
B. Ragam Bentuk Kata Tâghût Dalam Al-Quran Menurut Para Mufassir
Dalam beberapa literatur, penulis banyak menjumpai pengertian tâghût, yang secara umum kata tâghût diartikan sebagai sesuatu yang disembah selain
Allah.
6
Sedangkan Dlohhak, Qotadah, Mujahid, Syi’biy mengartikan tâghût dengan syaithan dan Imam Ibn Sirin mengartikan dengan tukang sihir, dan Imam
Jabir, Ibn Jabir, Rofi, serta Ibn Jarih mengartikan dengan dukun.
7
5
Imam Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsir an-Nahru al-Madd, Dar al-Hail, Th. 1995, h.373.
6
Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-Azim, Beirut: Dar al-Fikr, tth., h. 115-116
7
Ibnu Hayyan, al-Bahru al- Muhith, juz : 2, h. 617
1.3 Sayyid Quthb
Dalam pandangan Sayyid Quthb, Kata tâghût
تﻮﻏﺎﻃ
adalah variasi bentuk kata dari “thughyân”
نﺎﯿﻐﻃ
yang berarti segala sesuatu yang melampaui kesadaran, melanggar kebenaran, dan melampaui batas yang telah ditetapkan
Allah bagi hamba-hamba-Nya. Tidak berpedoman kepada akidah Allah, tidak berpedoman pada syariat yang ditetapkan Allah. Lebih jauh menurut beliau
termasuk dalam kategori tâghût
تﻮﻏﺎﻃ
adalah juga setiap manhaj tatanan,system yang tidak berpijak pada peraturan Allah. Begitu juga setiap
pandangan, perundang-undangan, peraturan, kesopanan, atau tradisi yang tidak berpijak pada peraturan dan syariat Allah.
8
1.4 M. Quraish Shihab
Menurut Quraish Shihab tâghût
تﻮﻏﺎﻃ
terambil dari akar kata yang berarti melampaui batas biasanya digunakan untuk yang melampaui batas dalam
keburukan. Setan, Dajjal,Penyihir. Yang menetapkan hukum bertentangan dengan ketentuan ilahi, tirani, semuanya digelari dengan tâghût
تﻮﻏﺎﻃ
. Kata thagha dalamberbagai bentuknya ditemukan dalam al-Qur’an sebanyak 39 kali.
9
Kata ini pada mulanya digunakan dalam arti meluapnya air sehingga mencapai tingkat
kritis atau membahayakan. Pengertian ini digunakan pula oleh al-Qur’an, antara lain pada surat al-Haqqah 69 ayat 11 :
8
Sayyid Quthb,tafsir fi Zhilalil Qur’an terj,Gema Insani Press,Jakarta.2000,cet 1, h. 220-221
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an AlKarim, Pustaka Hidayah, Bandung, 1997, Bandung,1997, h.104
”sesungguhnya, ketika air telah mencapai tingkat membahayakan, Kami mengangkut nenek moyang kamu keatas bahtera”.
Kata thagha
ﻰﻐﻃ
dalam berbagai bentuknya kemudian digunakan dalam arti yang lebih umum, yakni segala sikap yang melampaui batas, seperti
kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran, kesewenang-wenangan terhadap manusia dan tentunya juga tetap berlaku untuk makna asli yang disebut di atas yakni
melimpahnya air, menurut bint As-Syathi, kata thagha dalam al-Qur’an selain digunakan dalam pengertian asalnya juga berarti perbuatan melampaui batas,
seperti kedurhakaan kepada Tuhan, sebagaimana tercantum dalam surat al- Baqarah ayat 15, al- Maidah ayat 67, al-An’am ayat 115, dan lain-lain sedang
kata thagha dalam berbagai bentuknya dalam konteks pembicaraan tentang Fir’aun kesemuanya dalam arti kesewenang-wenangan danperlakuan kejam
terhadap manusia tanpa menafikan hal ihwal kedurhakaannnya kepada Tuhan, yang dapat dipahami dari ayat lain
10
Dengan demikian kata thagha
ﻰﻐﻃ
menerangkan sikap kesewenang- wenangan atau kejam terhadap sesama manusia seperti yang diungkapkan oleh
sekian banyak ulama tafsir.
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, h. 105.
Dalam surat al-Baqarah ayat 52, menurut Quraish Shihab, menerangkan bahwa yang dimaksud tâghût
تﻮﻏﺎﻃ
adalah berhala al-Lat dan al-Uzza yang disembah, oleh kaum musyrikin Mekkah dan juga setan serta segala macam
berhala. Demikian al-Biqai menafsirkannya.Sedangkan menurut al-Maraghi, bahwa tâghût yaitu melanggar hak, keadilan, dan kebaikan untuk melakukan
kebatilan, kezaliman dan kejahatan.
11
Sedangkan dalam surat an-Nisa ayat 60, yang dimaksud dengan tâghût
تﻮﻏﺎﻃ
adalah dua tokoh yahudi, yaitu Huyay ibn Akhtab dan Ka’ab ibn al- Asyaraf, yang memimpin rombongan orang yahudi menuju ke Mekkah untuk
menjalin kerja sama dengan penduduk Mekkah memerangi Nabi Muhammad saw, Mereka disambut baik oleh tokoh-tokoh kaum musyrik Mekkah ketika itu, yakni
Abu Sufyan. Tokoh-tokoh Mekkah meragukan keikhlasan orang yahudi sambil berkata, ”kalian,wahai orang Yahudi,adalah pemilik kitab suci, Muhammad juga
demikian juga demikian,maka kami meragukan kalian, bila ingin kami melawan Muhammad bersama kalian, aku sujudlah terlebih dahulu kepada kedua berhala
kami dan percayalah kepadanya”. Orang-orang yahudi itu mengikuti permintaan kaum musyrik Mekkah
kemudian mereka memilih masing-masing tiga-puluh orang dari kelompok Yahudi dan Musyrik Mekkah dan bersama-sama menuju Ka’bah untuk mengikuti
janji setia memerangi Nabi Muhammad saw, Setelah Abu Sufyan bertanya kepada Ka’ab, ”engkau mmembaca dan mengetahui Kitab suci, kami tidak demikian.
11
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol 2. Lentera Hati, Jakarta, 2000.h. 450.
Siapakah yang lebih tepat jalannya dan lebih benar jalannya daripada Muhammad dan sahabat-sahabatnya”.
12
Sedangkan menurut suatu riwayat yang lain yaitu Ka’ab ibn al-Asyaraf, dimana salah seorang munafik yang berselisih dengan seorang Yahudi enggan
merujuk kepada Nabi Muhammad saw. Untuk menyelesaikan perselisihannya, walau lawannya yang Yahudi itu telah menerima. Sang munafik justru
mengusulkan agar yang menjadi hakim adalah Ka’ab ibn al-Asyarf.Ada lagi yang
memahami kata tâghût dalam arti hukum-hukum yang berlaku pada masa
jahiliyyah, yang telah dibatalkan dengan kehadiran islam.
13
1.5 Hamka
Sedangkan menurut Prof Dr.Hamka, secara ringkas beliau menyimpulkan tentang tâghût adalah pelanggar, sesuai dengan tafsirannya pada surat al-Baqarah
256 yaitu ”akan tetapi orang-orang yang tidak mau percaya, pemimpin mereka adalah pelanggar-pelanggar batas” yaitu segala pimpinan yang bukan berdasar
atas iman kepada Tuhan, baik raja, atau pemimpin, dukun, syaithan, berhala, atau orang-orang yang diberhalakan, didewa-dewakan, semuanya itu termasuk
dalam kalimat tâghût.
14
.Demikian juga manusia yang menjual jiwanya kepada tâghût yakni setengah menyembah kubur. Setengahnya menyembah orang-orang
menggantungkan nasib kepadanya.
15
Kata tâghût
تﻮﻏﺎﻃ
dalam al-Quran seringkali di sebutkan dalam bentuk isim dan jika dilihat dari segi akar bahasa maka akan lebih banyak lagi,
12
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah, h. 451.
13
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah, h. 465
14
Prof.Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar,Jakarta :Pustaka Panjimas, 1982, h.26.
15
Prof.Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, h.29.
baik kita jumpai dalam bentuk fi’il madi maupun isim masdar. Dalam kitab Mu’jam al-Mufahrâs, kata tâghût yang penulis jumpai dalam al-Quran terdapat 12
kali disebutkan. Dalam posisi atau bentuk isim masdar yaitu tughyân, disebutkan 16 kali
dalam bentuk fi’il ditemukan 39 kali. Secara umum kata tersebut terdistribusikan sebagai berikut:
a. Bentuk tâghût
تﻮﻏﺎﻃ
surat al-Baqarah 2 ayat 256 dan 257, surat al- Nisa 4 ayat 51,60, 76,surat al-Maidah 5 ayat 60, surat al-Nahl 16 ayat
36, surat al-Zumar 39ayat 17.
16
b. Sedangkan dalam bentuk “tughyân”
نﺎﯿﻐﻃ
ada dalam surat al-Baqarah 2 ayat 15, al-Maidah 5 64,68,72, Surat al-An’am 6 ayat 110, surat al-
A’raf 7 ayat 186,surat Yunus 10 ayat 11,surat al-Isra, 17 ayat 60. al- Kahfi 18 ayat 80, surat al-Mu’minun 23 ayat 75.
c. Dalam bentuk ‘taghwu”
ﻮﻐﻃ
isim masdar, tertera dalam surat al-Syams 91 ayat 11
ﻰﻐﻃ
fiil madhi, surat al-Haqqah 969 ayat 11, surat Thaaha 20 ayat 24, 43, surat al-Najm 53 ayat 17 dan surat al-Naziat 79 ayat
17 dan 37,surat al-Fazr ayat 11. d. Dalam bentuk “Tathgâw-yatgha-athgha’
ﻮﻐﻄﺗ -ﻮﻐﻄﯾ- ا
ﻰﻐﻃ
fi’il mudhari,surat Thaha 20 ayat 24,45 dan 81, surat al-Rahman 55 ayat 8,,
16
Al-Haj Khan Bahdur Altaf Ahmad Kheirie, R.A.S Index Cum Concordance For The Holy Qur;an New Delhi : Kitab Bavhan, th. 1993. h. 953
surat Hud 11 ayat 112, surat Qaaf 50 ayat 27, surat al-Nazm 53 ayat 52, surat al-‘Alaq ayat 6.
e. Dalam bentuk Taghin
غﺎﻃ
, isi Fail yaitu : surat Shaffat 24 ayat 30, surat Shad 38 ayat 56, surat 56,surat al-Dzariyat 51 ayat 53, surat al-
Thur 52 ayat 32, surat al-Qalam 68 ayat 31,al-Haqqah 69 ayat 5, surat al-Naba 78 ayat 22.
17
17
Al- raghib Asfhanniy, Al-Mu’zam Mufradat Alfâz Al-Qur’an, Jilid 2, Beirut : Dar al- Fikr, tt., h. 136-138
18
BAB III KONSEP TÂGHÛT MENURUT PARA MUFASSIR
A. Ibnu Katsir dan Sayyid Quthb
Pandangan beberapa para mufassir dalam menafsirkan konsep tâghût secara global mempunyai kemiripan pandangan akan tetapi dalam ciri khasnya
mempunyai perbedaan yang mendasar dari mulai menafsirkan gaya bahasa, struktural profesi, dengan mufradatnya, sampai kebudayaan sosial waktu itu.
Sebagaimana dalam pandangan Ibnu Katsir menyikapi surat al-Qur’an dibawah ini: