Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu cara atau bentuk bisnis yang saat ini sedang berkembang pesat adalah dengan mendirikan ritel. Sejak dekade yang lalu, terdapat perubahan pada bisnis ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara umum adalah sebuah bisnis yang menjual barang dan jasa ke konsumen untuk penggunaan pribadi atau keluarga mereka. Selain itu, ritel merupakan jalur distribusi terakhir yang menghubungkan penjual dan pembeli. Usaha ritel harus memperhatikan marketing mix juga paduan program komunikasi yang baik untuk memasarkan produk-produknya seperti jenis barang dan jasa yang ditawarkan, harga, produk, periklanan dan program-program promosi desain toko, tenaga penjual dan kenyamanan termasuk lokasi tersebut. Semua usaha ini semata-mata untuk menarik konsumen, agar usaha ini lebih efektif, maka diperlukan strategi komunikasi pemasaran yang baik. Revolusi ritel dimulai pada tahun 90-an yang diawali pada saat revolusi industri di awal abad 19. Terdapat dua trend dalam proses ini yaitu, pertumbuhan yang memiliki produk dengan merek beragam tapi sejenis dan pertumbuhan barang-barang secara massal. Dua hal ini mengacu pada prinsip melayani sendiri untuk efesiesi operasional. 2 Adapun pengertian retailing menurut Levy dan Weitz, 1995 dalam Jin dan Kim, 2001 adalah bisnis yang menjual barang dan jasa ke konsumen untuk penggunaan pribadi atau keluarga mereka. Jalur ritel yang memudahkan konsumen memperoleh kebutuhan ini diminati karena jalur distribusi ini sangat dibutuhkan untuk menghubungkan konsumen dengan produsen untuk menyelesaikan kegiatan pemasaran Keegan, 1995 : 123 dalam Nurul Yanti Haspari, 2005. Dahulu pengecer menarik perhatian dengan menjual produk yang unik namun saat ini dengan meningkatkan pelayanan atau dengan memberikan fasilitas toko yang lebih baik Kotler dan Amstrong dalam Nurul Yanti Haspari, 2005. Semakin luasnya kegiatan ritel membawa banyak manfaat bagi konsumen, yaitu dapat berupa harga yang terjangkau, semakin beragamnya jenis produk yang ditawarkan sekaligus memudahkan pendistribusian Jin dan Kim, 2001. Ritel sebagai saluran distribusi terakhir yang menghubungkan produsen dengan konsumen, harus mampu membangun citra yang positif di mata konsumen. Citra toko yang terbentuk dalam pikiran konsumen akan menghasilkan perilaku positif terhadap toko tersebut. Untuk itu di perlukan strategi komunikasi pemasaran yang baik, misalnya melalui pelayanan, kenyamanan tempat, tata letak toko, tampilan fisik gedung, lokasi, karyawan toko, juga jenis-jenis produk yang dijual. Distribusi dan konsumsi semakin tidak bisa terpisahkan, terutama untuk mendapatkan respon konsumen terhadap toko tersebut. 3 Setiap pengecer harus dapat memikirkan manfaat yang akan didapatkan oleh konsumen seperti dalam bentuk harga yang lebih baik atau dengan meningkatkan variasi barang yang ditawarkan dengan memperpendek jalur distribusi, meningkatkan daya beli perusahaan atau dengan meningkatkan persaingan di berbagai industri Jin dan Kim, 2001, Dalam usaha ritel juga harus memperhatikan marketing mix untuk memasarkan produk-produknya seperti jenis barang dan jasa yang ditawarkan, harga, periklanan, dan program- program promosi, desain toko, tenaga penjual dan kenyamanan toko termasuk lokasi toko tersebut Levy dan Weitz, 1995 dalam Jin dan Kim, 2001. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka setiap perusahaan yang akan melakukan perluasan usaha, termasuk konsep ritel, diperlukan penelitian- penelitian tertentu agar dapat diterima masyarakat. Adapun perilaku konsumen dapat diartikan sebagai segala perilaku yang dilakukan oleh konsumen dalam membeli, menggunakan, mengevaluasi dan produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan keinginan mereka. Memahami kemudian mempelajari dan mengantisipasi perilaku konsumen merupakan kunci untuk merencanakan dan mengelola perubahan-perubahan yang terjadi karena dalam usaha bisnis apapun, terutama dalam dunia persaingan usaha yang semakin ketat, diperlukan inovasi usaha untuk mempertahankan loyalitas konsumennya. Walau bagaimanapun, dibutuhkan usaha dan perhatian yang cukup besar untuk memahami konsumen terutama terhadap perilaku dan motivasi konsumen dalam mengambil keputusan memilih produk dan jasa karena kedua hal tersebut di atas mungkin berbeda di tiap daerah. Adanya perubahan faktor 4 demografi juga dapat mempengaruhi perilaku konsumen karena informasi mengenai suatu produk yang ditawarkan akan menimbulkan respon atau pemahaman yang berbeda pada setiap karakter demografi dalam masyarakat. Perusahaan yang ingin mempertahankan konsumen lama sekaligus menarik konsumen baru, maka perlu dibentuk komunikasi yang terencana terlebih dahulu. Pada dasarnya, komunikasi merupakan suatu usaha menyampaikan pesan kepada target konsumen yang kemudian diharapkan adanya respon atau umpan balik sebagai hasil komunikasi yang efektif. Upaya komunikasi perusahaan digunakan untuk menjangkau target pasar sekaligus sebagai pokok utama pemasaran. Untuk menghadapi persaingan ritel yang sedang menjamur ini, maka perlu dibentuk strategi komunikasi yang bisa membedakan suatu ritel dengan ritel lainnya yang diharapkan mendapat positioning sekaligus menghasilkan kesan yang baik dan menimbulkan rasa prestis bagi konsumen. Dalam kebutuhan global, komunikasi merupakan perangkat unik yang digunakan pelaku pemasaran untuk membujuk konsumen agar melakukan sesuatu sesuai keinginan produsen, misalnya agar konsumen membeli produk yang ditawarkan atau menjadi pelanggan ditoko ritel tertentu. Komunikasi bisa berupa banyak bentuk, seperti verbal, yaitu tulisan dan lisan; visual atau non-verbal, misalnya ilustrasi dan gambar; atau kombinasi keduanya. Komunikasi juga dapat membangun emosi konsumen karena simbol-simbol tertentu seperti warna dan musik yang dapat menimbulkan kesan tertentu di benak konsumen yang bertujuan untuk mendorong atau menstimulasi 5 konsumen untuk melakukan pembelian atau setidaknya memperhatikan produk-produk yang dijual. Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan hampir setiap orang adalah berbalanja. Frekuensi berbelanja pada setiap orang berbeda-beda tergantung keinginan dan kebutuhannya. Tujuan utama berbelanja adalah untuk membeli kebutuhan-kebutuhan hidup dari yang paling pokok yaitu bahan makanan hingga kebutuhan yang tidak pokok. Namun pada saat ini banyak orang yang berbelanja tidak hanya melihat pada barang yang di butuhkan tapi juga melihat atribut toko yang ditawarkan yang merupakan bagian dari promosi toko tersebut, pada umumnya konsumen hanya ingin berbelanja segala kebutuhan hidup di satu toko ritel saja tanpa harus membelinya di toko lain sekaligus menghemat waktu berbelanja karena tidak perlu keluar masuk toko yang berbeda. Atribut toko merupakan faktor eksternal yang mendorong konsumen berbelanja di ritel. Beberapa kategori dalam atribut toko, antara lain lokasi, pelayanan, atribut fisik toko, harga, barang-barang fesyen, suasana toko maupun hambatan kenyamanan yang diperoleh konsumen ketika berbelanja. Semua kategori ini harus dengan tepat dikonsumsikan ke konsumen ketika berbelanja. Semua kategori ini harus dengan tepat dikomunikasikan ke konsumen agar menghasilkan kesan positif dimata konsumen. Sebagai contoh, pelayanan yang baik dan keramahan dari setiap karyawan akan membuat konsumen senang berbelanja dan diharapkan bisa menjadi pelanggan di toko ritel tersebut karena ada persepsi positif terhadap pelayanan yang di berikan. 6 Selain itu, misalnya harga yang ditawarkan juga memberikan makna yang berbeda bagi penjual dan pembeli. Menurut burnett dan Moriarty 1998 dalam Jin dan Kim, 2001, strategi harga mengkomunikasikan 3 hal, yaitu agar kompetitif, untuk membentuk persepsi konsumen dan menciptakan perbedaan dengan kompetitor sejanis. Pada harga yang kompetitif, produsen berusaha untuk memberikan kepuasan yang lebih bagi konsumen. Sedangkan makna yang tersirat terhadap harga yang mahal adalah terbentuknya persepsi konsumen bahwa produk yang dijual memiliki kualitas yang tinggi. Bahkan terkadang bila strategi komunikasi pemasaran salah diterapkan pada harga, maka yang terjadi adalah persepsi negatif pada produk tersebut. Dengan harga, maka setiap produk yang akan dapat di bedakan dengan produk lain yang sejenis karena dapat menunjukan pada segmentasi, target dan positioning manakah produk tersebut diajukan. Penjabaran-penjabaran di atas, terdapat suatu pemahaman mengenai keputusan pembelian konsumen di ritel. Atribut toko yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruh fisik serta keadaan psikologis konsumen untuk berbelanja. Faktor atribut toko sangat menarik diteliti karena atribut toko yang diamati oleh konsumen dapat membuat suatu kesan tersendiri terhadap toko tersebut. Dari definisi ini maka terdapat pengertian bahwa kesan toko diwakili oleh berbagai macam hal yang terdapat pada sebuah toko. 7 Dari analisis dan uraian diatas maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh atribut toko terhadap keputusan pembelian dengan judul: “PENGARUH ATRIBUT TOKO TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI TOKO RITEL ALFAMART CABANG BINTARO” Studi Kasus Pada Konsumen Minimarket Alfamart Cabang Bintaro Sektor 9 Kabupaten Tangerang.

B. Perumusan masalah penelitian