14
as
intimidasi lainnya Wilson, 2003. Sebagian tidak jelas hubungannya antara perilaku yang satu dengan perilaku yang lain, sehingga istilah perilaku agresif
sulit untuk didefinisikan secara ringkas Hidayat Ma’ruf, 2010. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa agresivitas adalah
perilaku yang ditujukan kepada seseorang secara sadar dengan tujuan tertentu sehingga dapat menyakiti orang lain. Dalam penelitian ini, agresivitas pada anak
jalanan yang dilakukan kepada temannya. Sehingga dengan perlakuannya itu, mereka yang agresif dapat memuaskan keinginannya untuk menyakiti teman-
temannya.
2.1.2 Jenis-Jenis Agresivit
Buss dalam Dayakisni 2009 mengelompokkan agresi manusia dalam delapan jenis, yaitu:
1. Agresi fisik aktif langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan individukelompok dengan cara berhadapan langsung dengan
individukelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung, seperti memukul, mendorong, menembak, dll.
2. Agresi fisik pasif langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan individukelompok dengan cara berhadapan dengan individukelompok lain
yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam.
3. Agresi fisik aktif tidak langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individukelompok dengan cara berhadapan langsung dengan
15
individukelompok lain yang menjadi targetnya, seperti merusak harta korban, membakar rumah, menyewa tukang pukul, dll.
4. Agresi fisik pasif tidak langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individukelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individukelompok
lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung, seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh.
5. Agresi verbal aktif langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individukelompok dengan cara berhadapan langsung dengan
individukelompok lain, seperti menghina, memaki, marah, mengumpat. 6. Agresi verbal pasif langsung yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh
individukelompok dengan cara berhadapan dengan individukelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti menolak bicara,
bungkam. 7. Agresi verbal aktif tidak langsung yaitu tindakan agresi fisik yang dilakukan
oleh individukelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individukelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar fitnah,
mengadu domba. 8. Agresi verbal pasif tidak langsung yaitu tindakan agresi fisik yang dilakukan
oleh individukelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individukelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal
secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.
16
Myers 2005 membagi agresi dalam dua jenis, yaitu: 1. Agresi rasa benci atau agresi emosi hostile aggression
Jenis agresi ini merupakan ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Perilaku agresif dalam jenis ini adalah tujuan dari agresi itu
sendiri, jadi agresi sebagai agresi itu sendiri. Contonhnya: remaja yang berkelahi massal karena ada temannya yang katanya dikeroyok.
2. Agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain instrumental aggression Jenis agresi instrumental pada umumnya tidak disertai emosi. Bahkan antara
pelaku dan koban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi jenis ini hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain.
Sementara itu, Medinus dan Johnson dalam Dayakisni 2009 mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Menyerang fisik, yang termasuk di dalamnya adalah memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas.
2. Menyerang suatu objek, menyerang benda mati atau binatang. 3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk di dalamnya adalah mengancam
secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap mengancam dan menuntut.
4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.
17
Buss dan Perry 1992 mengelompokkan agresivitas ke dalam empat bentuk agresi, yaitu: agresi fisik, agresi verbal, agresi dalam bentuk kemarahan anger
dan agresi dalam bentuk kebencian hostility. Keempat bentuk agresivitas ini mewakili komponen perilaku manusia, yaitu komponen motorik, afektif dan
kognitif. 1. Agresi
fisik Merupakan komponen perilaku motorik, seperti melukai dan menyakiti
orang lain secara fisik. Misalnya menyerang atau memukul. 2. Agresi
verbal Merupakan komponen motorik, seperti melukai dan menyakiti orang lain
melalui verbalis. Misalnya berdebat, menunjukkan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan, menyebarkan gosip dan kadang bersikap sarkastis.
3. Agresi marah
Merupakan emosi atau afektif, seperti munculnya kesiapan psikologis untuk bersikap agresif. Misalnya kesal, hilang kesabaran dan tidak mampu
mengontrol rasa marah. 4. Sikap
permusuhan Yang juga meliputi komponen kognitif, seperti benci dan curiga pada orang
lain, iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan.
Dari berbagai pendapat mengenai jenis agresivitas tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa agresivitas dapat dilakukan dengan cara langsung
18
maupun tidak langsung, secara fisik seperti; menendang, memukul, menginjak maupun non fisik contohnya; mencibir, memeletkan lidah, verbal aktif seperti;
berbicara kasar dan kotor, mengata-ngatai maupun verbal pasif mengumpat, berbisik-bisik dengan teman membicarakan temannya yang lain, yang memiliki
caranya sendiri. Sehingga dari berbagai macam jenis perilaku agresif tersebut, peneliti akan menggunakan jenis perilaku agresif menurut Buss dan Perry 1992
sebagai alat ukur dalam penyusunan skala sikap agresif anak jalanan.
2.1.3
Faktor-Faktor Pencetus Agresivitas
Menurut Berkowitz 1995 ada dua faktor yang mempengaruhi agresivitas, yaitu : 1. Faktor langsung terhadap agresivitas
- Faktor langsung terhadap agresivitas, hadiah langsung untuk agresi artinya sebagian orang yang berkecendurungan kekerasan terus menjadi agresif
selama bertahun-tahun karena mendapat imbalan dari perilaku seperti itu. Mereka menyerang orang lain cukup sering dan mendapati bahwa
kebanyakan perilaku agresif mereka ada hasilnya. Seperti; 1. Dukungan orang tua, 2. Hadiah dari teman-teman, 3. Pengaruh kelompok dan geng.
- Kondisi tak menyenangkan yang diciptakan orang tua, jika perasaan tak enak menyebabkan dorongan ke arah agresi, mungkin orang yang sering
mengalami kejadian tak menyenangkan pada masa kecil kemudian mempunyai dorongan untuk sangat agresif setelah remaja dan dewasa.
Misalnya; 1. Perilaku buruk dari orangtua, 2. Penolakan orang tua, 3. Perlakuan keras orang tua.
19
2. Faktor tak langsung terhadap agresivitas - Konflik
keluarga Banyak ilmuan sosial dan orang awam beranggapan bahwa banyak anak
nakal merupakan korban penyimpangan sosial dari kondisi keluarga abnormal. Karena mereka tidak hanya tumbuh dalam kemiskinan tetapi
juga hanya mempunyai satu orang tua, mereka belajar untuk tidak menerima norma dan nilai-nilai tradisional masyarakat, misalnya; 1.
Konflik antara ibu dan ayah, 2. Konflik dan perceraian.
Menurut Willis dalam Ikawati dan Akhmad Purnama 1998 faktor-faktor penyebab timbulnya agresivitas pada remaja adalah:
1. Kondisi pribadi, yaitu kelainan yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun psikis, lemahnya kontrol diri terhadap pengaruh lingkungan, kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan. 2. Lingkungan keluarga, yaitu keluarga yang kurang memberi kasih sayang dan
perhatian, sehingga mereka mencarinya dalam kelompok teman sebaya, keadaan ekonomi keluarga yang rendah, dan keluarga yang kurang harmonis.
3. Lingkungan masyarakat, yaitu lingkungan masyarakat kurang sehat, keterbelakangan pendidikan, kurangnya pengawasan terhadap remaja, dan
pengaruh norma-norma baru yang ada di luar. 4. Lingkungan sekolah, yaitu kurangnya perhatian guru, kurangnya fasilitas
pendidikan sebagai tempat penyaluran bakat dan minat, dan norma-nnorma pendidikan kurang diterapkan.
20
Koeswara dalam Ikawati dan Akhmad Purnama 1998 menyebutkan faktor-faktor pencetus agresivitas adalah sebagai berikut:
a. Frustasi b. Stres
c. Penghilangan identitas diri d. Pengaruh alkohol dan obat-obatan
e. Suhu udara
f. Serangan dari luar
g. Kromosom yang tidak normal h. Kelainan pada otaknya
Menurut Sears, dkk 1985, sumber-sumber perilaku agresif adalah sebagai berikut :
1. Perasaan agresif Keadaan internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Kita
semua pernah marah, dan sebenarnya setiap orang pada suatu saat pernah ingin melukai orang lain. Memang, banyak orang mengatakan bahwa mereka
sedikit marah atau cukup marah beberapa kali dalam sehari atau beberapa kali dalam seminggu. Salah satu sumber amarah yang paling umum adalah
serangan atau gangguan yang dilakukan oleh orang lain 2. Frustrasi
Sumber utama kedua adalah frustrasi. Frustrasi adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Salah satu prinsip dasar dalam psikologi
21
adalah bahwa frustrasi cenderung membangkitkan perasaan agresif. Misalnya, depresi ekonomi menyebabkan frustrasi, yang hampir mempengaruhi semua
orang. Orang tidak memperoleh pekerjaan atau tidak dapat membeli sesuatu yang diinginkan, dan lebih dibatasi dalam semua segi kehidupan. Akibatnya,
berbagai bentuk agresi menjadi lebih umum. 3. Peran
Atribusi Suatu kejadian akan menimbulkan amarah dan perilaku agresif bila
sang korban mengamati serangan atau frustrasi itu dimaksudkan sebagai tindakan yang menimbulkan bahaya. Hal ini mudah dipahami dalam teori
atribusi. Bila korban menghubungkan frustrasi dengan keadaan yang tidak dapat dihindarkan, tidak akan timbul amarah yang lebih besar. Tetapi, bila
tidak ada pembenaran faktor eksternal semacam itu dan bila dibuat pertalian internal, amarah yang timbul akan lebih besar. Misalnya, kemarahan akan
lebih banyak muncul pada seorang mahasiswa yang mendapatkan nilai tidak sesuai dengan harapan karena adanya anggapan bahwa dosen tidak menyukai
mahasiswa tersebut sehingga akan mengakibatkan perilaku agresif yang lebih besar dibandingkan jika mahasiswa menyadari bahwa nilai yang didapatkan
akibat kurangnya usaha ketika ujian berlangsung.
Menurut Koeswara 1988 agresivitas dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal pada individu. Gambaran faktor internal agresivitas ada pada setiap
individu sebagai ciri bawaan. Manusia menurut kodratnya bersifat kejam dan sadistis, hanya dengan jalan represi dan sublimasi sajalah maka sifat-sifat primitif
22
itu dapat dijinakkan dalam bentuk tingkah laku budaya. Sedangkan faktor eksternal, manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Maka munculah adanya pengaruh satu sama lain. Pengaruh tersebut menjadi penyebab timbulnya agresivitas pada individu. Beberapa faktor agresivitas
menurut Koeswara yang berkaitan dengan penelitian ini, akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Frustrasi Situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai
tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak untuk mencapai tujuan
2. Stres Stres adalah suatu keadaan tertekan, baik fisik maupun psikologis.
Berasal dari stimulus internal dan eksternal, yaitu : a. Stress internal intrapsikis
Perasaan tertekan yang muncul dalam diri individu karena adanya permasalahan yang tidak bisa dipecahkan sehingga menyebabkan
timbulnya agresi. b. Stress Eksternal sosiologis dan situasional
Muncul karena adanya perubahan sosial dan memburuknya perekonomian menyebabkan meningkatnya kriminalitas termasuk di
dalamnya kekerasan dan agresi.
23
Menurut Supratiknya 1995 penyebab agresif seringkali adalah pengalaman dalam keluarga yang bersifat destruktif, berupa penolakan, disiplin
yang keras namun tidak konsisten, frustrasi akibat orang tua tidak rukun, orang tua kurang memberikan bimbingan dan sebagainya. Menurutnya, gangguan
agresif disebut juga sebagai gangguan perilaku asosial dan mirip dengan kasus kepribadian psikopatik pada orang dewasa. Ciri-cirinya sulit diatur, suka
berkelahi, menunjukkan sikap bermusuhan, tidak patuh, agresif baik secara verbal maupun behavioral, senang membalas dendam, senang merusak, suka berdusta,
mencuri dan sering mengalami temper-tantrum atau mengamuk, cenderung agresif dalam bidang seks, cenderung terlibat dalam berbagai bentuk vandalisme atau
perilaku merusak, bahkan mungkin sampai ke pembunuhan. Baron 2005 mengemukakan bahwa manusia diprogram sedemikian rupa
untuk melakukan kekerasan oleh sifat alamiah mereka. Teori seperti ini menyatakan bahwa kekerasan manusia berasal dari kecenderungan bawaan yang
diturunkan untuk bersikap agresif satu sama lain. Pendukung lain adalah Sigmund Freud, yang berpendapat bahwa agresi terutama timbul dari keinginan
untuk mati death wishthanatos yang kuat yang dimiliki oleh semua orang. Sementara itu, Konrad Lorenz 1988 berpendapat bahwa agresi muncul terutama
dari insting berkelahi fighting instinct bawaan yang dimiliki oleh manusia dan spesies lainnya. Diasumsikan, insting ini berkembang selama terjadinya evolusi
karena hal tersebut menolong untuk memastikan bahwa hanya individu yang terkuat dan terhebatlah yang akan menurunkan gen mereka pada generasi
berikutnya.
24
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, faktor yang dapat mempengaruhi agresivitas dapat disimpulkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal berarti bahwa agresivitas muncul dari dalam diri individu, penurunan gen atau kecenderungan bawaan. Sedangkan faktor eksternal, faktor
dari luar dirinya. Berupa pengaruh lingkungan, baik keluarga maupun di luar dari lingkungan keluarga, teman sebaya dan lain sebagainya.
2.2 Pengendalian Diri Self-Control