Tempat dan Waktu Penelitian Identifikasi Golongan Alkaloid Identifikasi Golongan Flavonoid Identifikasi Golongan Saponin

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Farmakologi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi UHAMKA. Penelitian ini dilakukan selama ± 4 bulan April 2010 – Juli 2010. 4.2 Alat dan Bahan Penelitian 4.2.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1 Neraca analitik Wiggen Hauser; 2 Spuit injeksi suplantar dan peroral 1 ml 3 ml Terumo; 3 Stopwatch Olympic; 4 Alat-alat gelas Pyrex Iwaki Glass; 5 Vacum Rotari Evaporator Memmert Eyele; 6 Pletismometer; 7 Kandang mencit tikus; 8 Sonde; 9 Timbangan hewan, 10 Blender National; 11 Oven Memmert; 12 Kapas; 13 lumpang dan stamfer; 14 tissu gulung; 15 label; 16 botol vial; 17 spatel.

4.2.2 Bahan Penelitian

Simplisia yang digunakan adalah daun sirih Piperis Folium dari tanaman sirih Piper betle, L. yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat BALITRO. 23

4.2.3 Bahan Kimia Bahan Analgetik

Aquades, Asam asetat 0,5, Asam mefenamat dari PT. Brataco sebagai zat pembanding, Natrium Karboksimetilselulosa Na CMC dari PT. Brataco. Bahan Antiinflamasi Aquades, Karagenan dari Puslit Oseanografi, Na diklofenak dari PT. Kimia Farma, Natrium Karboksimetilselulosa Na CMC dari PT. Brataco.

4.2.4 Bahan Pereaksi

Bahan pelarut untuk ekstraksi adalah etanol 70. Bahan untuk penapisan fitokimia adalah ammonia 10, 25, etil asetat, HCl 1, 1:10, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, aquadest, lempeng magnesium, HCl pekat, butanol, larutan besi III klorida FeCl 3 1, pereaksi Stiasny, NaOH 1 N, eter, asam asetat anhidrat, H 2 SO 4 pekat, pereaksi Libermann-Burchard, petroleum eter.

4.2.5 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian uji efek analgetik ini adalah mencit putih jantan Mus Musculus galur Deutche Denken Yoken DDY umur 2 – 3 bulan, bobot 20 – 25 gram sedangkan hewan yang digunakan untuk uji antiinflamasi ini adalah tikus putih betina galur Sprague Dawley SD dengan berat badan 200 – 250 gram dan berumur 2 – 3 bulan yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor IPB. 4.3 Prosedur Penelitian 4.3.1 Determinasi Tanaman Bahan yang digunakan adalah daun sirih Piper betle L. yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Sebelum dilakukan penelitian terhadap tumbuhan, terlebih dahulu dideterminasi untuk mengidentifikasi jenis dan memastikan kebenaran simplisia. Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Puslit Biologi Bidang Botani LIPI Cibinong.

4.3.2 Penyiapan Bahan yang Digunakan

a. Pengumpulan dan penyediaan simplisia b. Daun sirih yang akan digunakan dicuci dengan air hingga bersih, ditiriskan agar dapat bebas dari sisa cucian, dikeringkan dengan diangin-anginkan, setelah kering dan bebas air kemudian digiling hingga menjadi serbuk, serbuk yang diperoleh disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat.

4.3.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. 400 gram serbuk kering dari daun sirih Piper betle L. dimaserasi dengan pelarut etanol 70 dan dilakukan pengadukan secara terus menerus. Proses tersebut dilakukan selama 1,5-2,5 jam dimana pelarut tetap diganti dan disaring. Proses tersebut diulangi terus menerus sampai diperoleh filtrat yang mendekati jernih kemudian semua filtrat digabung, dan diuapkan atau dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak kental. Dihitung hasil kadar ekstrak dengan rumus : Bobot ekstrak yang didapat kadar ekstrak = x 100 Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi

4.3.4 Pembuatan Sediaan

1. Pembuatan sediaan ekstrak etanol daun sirih Ekstrak ditimbang sesuai dengan dosis yang direncanakan lalu dilarutkan dengan larutan Na CMC 1 yang telah dibuat sebelumnya, kemudian diaduk hingga homogen. Sediaan uji dibuat berdasarkan volume ideal yang boleh dimasukkan ke dalam tubuh hewan percobaan secara oral. Volume pemberian zat uji 1 dari berat hewan dengan menggunakan rumus Thompson, 1990: VAO = dosis mg kg BB X Berat Badan kg Konsentrasi mg ml 2. Pembuatan suspensi asam mefenamat 0,5 bv Untuk dosis 91 mgkg BB Asam mefenamat ditimbang sebanyak 18,2 mg digerus perlahan di dalam lumpang, tambahkan 5 ml suspensi Na CMC 1 sambil diaduk homogen, kemudian ditambahkan sampai 10 ml. Dikocok homogen dan dimasukkan ke dalam vial. 3. Pembuatan suspensi Na diklofenak Untuk dosis 5,14 mgkg BB Diklofenak ditimbang sebanyak 25,75 mg digerus perlahan di dalam lumpang, tambahkan 30 ml suspensi Na CMC 1 sambil diaduk homogen. kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 ml lalu ditambahkan suspensi Na CMC 1 hingga tanda batas. Dikocok homogen dan dimasukkan ke dalam vial. 4. Pembuatan larutan karagenan 2 bv Untuk membuat 10 ml larutan karagenan 2 bv digunakan digunakan karagenan sebanyak 0,2 gram, kemudian dilarutkan dengan NaCl fisiologis sampai 10 ml dalam gelas ukur kemudian di panaskan dalam water bath sambil di aduk sampai larut dengan sempurna.

4.3.5 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak

Sampurno et al, 2000 1. Parameter spesifik : a. Organoleptik Parameter ini mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. 2. Parameter non spesifik terdiri dari: a. Susut Pengeringan dan Kadar Air. Ekstrak atau simplisia ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 o C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya. Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105 o C hingga diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar b. Kadar Abu 1 g sampai 2 g ekstrak atau simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak atau simplisia diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan dalam bb. c. Kadar abu tidak larut asam: Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml HCl encer selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

4.3.6 Penapisan Fitokimia

a. Identifikasi Golongan Alkaloid

Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan dengan 5 ml ammonia 25, digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring. Filtrat berupa larutan organik diambil sebagai larutan A, sebagian dari larutan A 10 ml diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya larutan B. Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid dalam sampel. Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing- masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.

b. Identifikasi Golongan Flavonoid

1 gram sampel ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan dalam tabung reaksi ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium secukupnya dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml butanol, dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk warna pada lapisan butanol lapisan atas maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid.

c. Identifikasi Golongan Saponin

Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan b identifikasi golongan flavonoid, dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10 menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 1 busa tetap stabil maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan saponin.

d. Identifikasi Golongan Tanin