Hukum Pidana Umum Kewenangan Peradilan Militer Pasca Berlakunya Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia

Apabila dilihat batasan ini, khususnya berkaitan dengan jenis-jenis perbuatan tertentu atau tindak pidana tertentu, maka hukum pidana militer hanya dikaitkan dengan tindak pidana yang murni atau khas militer, dimana orang sipil belum tentu melakukannya, seperti desersi, insubordinasi. Oleh karena itu akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa hal yang berkaitan dengan perbedaan asas antara hukum militer dengan hukum pidana umum, juga tindak pidana umum dan tindak pidana militer.

3. Hukum Pidana Umum

Sebelum dijelaskan lebih dahulu disampaikan bahwa pengertian hukum pidana umum dalam tulisan ini disamakan dengan hukum pidana umum. Hukum pidana memuat aturan-aturan hukum pidana yang berlaku bagi setiap orang, dan aturan-aturan ini, misalnya dijumpai dalam KUHP, Undang-undang Lalu Lintas, dan sebagainya. Selanjutnya, batasan-batasan hukum pidana umum diberikan oleh: a. Sudarto Hukum pidana merupakan aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana. Jadi hukum pidana berpokok pada dua hal, yaitu: 1 Perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu, dimaksudkan perbuatan yang dilakukan oleh orang yang memungkinkan adanya pemberian pidana. Perbuatan semacam itu dapat disebut perbuatan yang dapat dipidana” atau dapat disingkat “Perbuatan jahat” verbrechen atau crime. Universitas Sumatera Utara 2 Pidana, yaitu penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu itu. Di dalam hukum pidana modern, pidana ini juga meliputi apa yang disebut “tindakan tata tertib” tuchtrnaatregel. 203 Melihat pengertian tersebut, hukum pidana hanya dimaksudkan dalam pengertian materiil, sebagaimana dalam KUHP, bagaimana cara negara menjalankan ketentuan tersebut Hukum AcaraKUHAP tidak dijelaskan. Hal ini berbeda dengan pengertian hukum pidana yang didefenisikan oleh b. Jan Remmelink Hukum Pidana dibagi menjadi hukum pidana dalam arti hukum pidana yang berlaku atau hukum positip sering disebut jus poenale dan hukum pidana dalam arti subyektif jus puniendi yaitu: 1 Hukum positif jus poenale; a Perintah dan larangan yang atas pelanggaran terhadapnya oleh organ- organ yang dinyatakan berwenang oleh undang-undang dikaitkan ancaman pidana: norma-norma yang harus ditaati oleh siapapun juga; b Ketentuan-ketentuan yang menetapkan sarana-sarana apa yang dapat didayagunakan sebagai reaksi terhadap pelanggaran norma-norma itu; hukum penetensier atau lebih luas, hukum tentang sanksi; c Aturan-aturan yang secara temporal atau dalam jangka waktu tertentu menetapkan batas ruang lingkup kerja dan norma-norma. 2 Hukum pidana dalam arti subyektif ius puniendi adalah hak dan negara dan organ-organnya untuk mengakaitkan ancaman pidana pada perbuatan- perbuatan tertentu. 204 203 Ibid., halaman 7. 204 Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar atas Pasal-pasal terpenting dari Kitab Undang undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003, halaman 3. Universitas Sumatera Utara c. Simons Hukum pidana dibagi menjadi hukum pidana dalam anti obyektif dan subyektif, yaitu: 1 Hukum pidana dalam arti obyektif adalah hukum pidana yang berlaku atau juga disebut sebagai hukum positif atau ius poenale, adalah keseluruhan dan larangan-larangan dan keharusan-keharusan yang atas pelanggarannya oleh negara atau oleh satu masyarakat hukum umum lainnya telah dikaitkan dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa penderitaan, yang keseluruhan dan peraturan-peraturan di mana syarat- syarat mengenai akibat hukum itu telah diatur serta keseluruhan masalah penjatuhan dan pelaksanaan dan hukumnya itu sendiri. 2 Hukum pidana dalam arti subyektif atau ius puniendi mempunyai dua pengertian, yaitu: a hak dan negara dan alat-alat kekuasaannya untuk menghukum, yaitu hak yang telah mereka peroleh dan peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh hukum pidana dalam arti obyektif. b hak dan negara untuk mengaitkan pelanggaran terhadap peraturan- peraturannya dengan hukuman. 205 d. Moeljatno Hukum pidana adalah sebagai bagian dan pada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk: 1 Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. 2 Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhkan pidana sebagaimana yang telah diancamkan. 3 Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut. 206 205 Simon dan P.A.F. Lamintang. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Cet. 2, Bandung: Sinar Baru 1990, halaman. 3-4. 206 Moelyatno dan Martiman Prodjohamidjoyo, Memahami Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Jilid 2, Cet. 1, Jakarta: Pradnya Paramita 1997, halaman.5. Universitas Sumatera Utara Dari uraian tersebut dapat diambil pengertian, bahwa hukum pidana pada dasarnya merupakan peraturan hukum yang mengandung larangan dan perintah atau keharusan yang terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana, sebagaimana terdapat dalam KUHP maupun tindak pidana yang diatur di luar KUHP serta peraturan yang menetapkan cara negara mempergunakan haknya untuk melaksanakan pidana, sebagaimana yang diatur dalam KUHAP.

4. Tindak Pidana Umum dan Tindak Pidana Militer a. Tindak Pidana Umum