Hukum Pidana Militer Kewenangan Peradilan Militer Pasca Berlakunya Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia

Dengan demikian, sampai saat ini peradilan militer hanya mengadili dan memutus perkara pidana yang dilakukan prajurit militer, untuk megetahui lebih lanjut perlu dijelaskan pengertian dan hukum pidana militer.

2. Hukum Pidana Militer

Menurut S.R Sianturi ditinjau dan sudut justisiabel maka hukum pidana militer dalam arti materiel dan formal adalah : Bagian dan hukum positif yang berlaku bagi justisiabel peradilan militer, yang menentukan dasar-dasar dan peraturan-peraturan tentang tindakan-tindakan yang merupakan larangan dan keharusan serta terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana yang menentukan dalam hal apa dan bilamana pelanggar dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang menentukan juga cara penuntutan, penjatuhan pidana dan pelaksanaan pidana, demi tercapainya keadilan dan ketertiban hukum. 201 Apabila dilihat dari sudut mereka yang tunduk pada yuridiksi peradilan militer, maka hukum pidana militer adalah salah satu hukum pidana yang secara khusus berlaku bagi militer selain hukum pidana lainnya atau dengan kata lain, seseorang militer merupakan subyek tindak pidana militer juga subyek tindak pidana umum. Hal ini lebih diperjelas oleh Pasal 2 KUHPM yang berbunyi sebagai berikut: Diubah dengan Undang-undang No.39 Tahun 1947. Terhadap tindak pidana yang tidak tercantum dalam kitab undang-undang ini, yang dilakukan oleh orang-orang yang tunduk pada kekuasaan badan-badan peradilan militer, diterapkan hukum pidana umum, kecuali ada penyimpangan- penyimpangan yang ditetapkan dengan Undang-undang. 201 Sianturi, loc.cit. hal. 18. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya pasal 1 KUHPM mengatur sebagai berikut: Diubah dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1947 Untuk penerapan kitab Undang-undang ini berlaku ketentuan-ketentuan hukum pidana umum, termasuk Bab kesembilan dan buku pertama Kitab Undang-undang Hukum Pidana, kecuali ada penyimpangan- penyimpangan yang ditetapkan dengan Undang-undang. Penerapan pasal 1 KUHPM berkaitan dengan penerapan ketentuan- ketentuan hukum pidana umum KUHPM, maka untuk Pasal 2 ditujukan kepada subyek yang melakukan tindak pidana, yaitu militer atau yang dipersamakan yang tunduk pada kewenangan peradilan militer, di mana ia melakukan tindak pidana yang tidak tercantum dalam pasal-pasal KUHPM, maka diterapkan ketentuan hukum pidana umum KUHP. Ketentuan pasal 2 KUHPM semakin memperjelas subyek tindak pidana yang menjadi yurisdiksi peradilan militer, yaitu selama ia anggota militer dan melakukan tindak pidana, baik yang tercantum dalam KUHPM maupun dalam KUHP, maka Ia tetap diadili di peradilan militer atau dengan kata lain, di mana saja, kapan saja seseorang militer selalu membawa undang-undang hukum pidananya. Pengertian atau batasan agak berbeda diberikan oleh Soedarto yang mengatakan, bahwa Hukum pidana militer merupakan hukum pidana khusus yang memuat aturan-aturan hukum pidana umum, ialah mengenai golongan-golongan orang tertentu atau berkenaan dengan jenis-jenis perbuatan tertentu, karena hukum pidana militer hanya berlaku untuk anggota tentara dan yang dipersamakan. 202 202 Sudarto, loc.cit., hal 8. Universitas Sumatera Utara Apabila dilihat batasan ini, khususnya berkaitan dengan jenis-jenis perbuatan tertentu atau tindak pidana tertentu, maka hukum pidana militer hanya dikaitkan dengan tindak pidana yang murni atau khas militer, dimana orang sipil belum tentu melakukannya, seperti desersi, insubordinasi. Oleh karena itu akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa hal yang berkaitan dengan perbedaan asas antara hukum militer dengan hukum pidana umum, juga tindak pidana umum dan tindak pidana militer.

3. Hukum Pidana Umum