Gambaran Umum Buku Chairul Tanjung si Anak Singkong

42 Buku ini juga mengisahkan kehidupan rumah tangga dan keluarga Chairul Tanjung, ketika Chairul Tanjung bertemu dengan perempuan Jawa, Anita Ratnasari, yang tegas dan tegar. Dalam buku ini, Chairul Tanjung mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu adalah segalanya.” Chairul Tanjung percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu. “Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian Chairul Tanjung berpendapat. Chairul Tanjung juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang persoalan ekonomi dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha. Chairul Tanjung mengembangkan Para Group, kemudian mengganti nama perusahaannya menjadi CT Corp. Secara umum CT Corp terdiri atas tiga perusahaan subholding yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources. Mega Corp adalah perusahaan induk untuk jasa keuangan yang melayani masyarakat di sektor perbankan, asuransi, pembiayaan, dan pasar modal. Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak di bisnis media, gaya hidup, dan hiburan. Dalam perusahaan ini, terdapat dua stasiun TV, yaitu Trans TV dan Trans 7, portal berita Detik, dan perusahaan ritel Careefour. Selain itu juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, hotel, biro perjalanan, dan sejumlah department store yang menyediakan kebutuhan fashion merek terkenal dan high-end. Sedangkan CT Global Resources adalah perusahaan induk yang fokus pada bisnis perkebunan. Melalui buku biografi ini, Chairul Tanjung ingin berbagi kisah dan cerita dengan seluruh pembaca tentang lika-liku, pengalaman, serta makna dan nilai- 43 nilai kehidupan yang Ia pegang, mulai dari kehidupan di masa kecil hingga sekarang. Dengan memahami sejarah hidupnya, Chairul percaya para pembaca akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari mimpi seorang Chairul Tanjung untuk mewujudkan kebanggan dan kesejahteraan bagi pembaca yang pada akhirnya akan menjadikan Indonesia yang lebih baik.

B. Gambaran Umum Riwayat Hidup Tjahja Gunawan Diredja

Tjahja Gunawan Diredja adalah seorang wartawan harian Kompas yang lahir di Subang pada tanggal 8 maret 1966. Ia bergabung dengan harian Kompas sejak September 1990, ia juga pernah ditugaskan di Bandung, Surabaya, dan Tangerang. Mendirikan Forum Wartawan Independen FOWI di Bandung. Tahun 1995, pindah ke Jakarta menjadi wartawan ekonomi Kompas. Banyak menulis soal perbankan, ekonomi makro, dan properti. Tahun 1999, ia pernah mengikuti Bourse Game, pelatihan transaksi di pasar uang yang diselenggarakan Citibank. Tahun 2000, ia mengikuti Program Studi Jepang untuk Eksekutif Internasional yang diselenggarakan JICA di Tokyo, Jepang. Pada tahun 2000, ia pernah ditugaskan sebagai wartawan Kompas di Istana Kepresidenan. Pada tahun 2002, menjadi wakil Kepala Biro Kompas Jawa Timur dan merintis penerbitan Kompas edisi Jawa Timur. Tahun 2002 pula, mengikuti short course tentang People Management di Prasetiya Mulya Business School. Tahun 2004, menjadi Kepala Biro Kompas Jawa Barat sekaligus yang merintis penerbitan Kompas edisi Jawa Barat. 44 Tahun 2006, ia menjadi wakil Kepala Desk Ekonomi Kompas. Pada tahun 2007 hingga 2009 ia menjadi Ketua Perkumpulan Karyawan Kompas PKK. Tahun 2009, mengikuti Middle Management Development Program MMDP di Prasetiya Mulya Business School. Sejak tahun 2011 ia sudah menjadi wakil Kepala Desk Multimedia Harian Kompas. Perkenalan Tjahja dengan seorang Chairul Tanjung berawal pada tahun 1995 ketika Tjahja masih menjadi seorang reporter Kompas dan ditugaskan untuk meliput di Departemen Keuangan. Kemudian berlanjut saat Indonesia dilanda kritis moneter yang berimbas menjadi krisis ekonomi nasional dan politik pada tahun 1998. Pada saat yang sama banyak pengusaha-pengusaha yang bangkrut dan tidak sedikit pula bank nasional yang kolaps, tetapi seorang CT justru bertahan dan berjuang hingga Bank Mega yang Ia beli mampu mencetak keuntungan yang signifikan di tahun 1996. Pada periode itu Tjahja sering bertemu dan berdiskusi dengan CT, terutama saat Bank Mega mengadakan program “Indonesia Berbagi” yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang pada waktu itu kesulitan mendapatkan bahan pokok. Dalam suatu obrolan di kantor Para Group di gedung Plaza Bapindo Jakarta, Chairul Tanjung pernah bercerita kepada Tjahja tentang pahit getir dan jatuh bangunnya Ia sebagai pengusaha yang merintis usaha dari nol tanpa fasilitas pemerintah. Mendengar cerita itu Tjahja kagum dengan seorang Chairul Tanjung karna mampu berjuang sendirian melewati berbagai rintangan dan berhasil menjadi pengusaha sukses meskipun pada waktu itu banyak orang yang belum mengenal sosok CT dan bahkan meragukan kemampuannya. 45 Pada masa rezim Orde Baru sejumlah pengusaha yang sukses umumnya karena mendapatkan fasilitas dan proteksi dari pengusaha lainnya, sedangkan seorang CT mampu berjuang sendiri melewati berbagai rintangan dan berhasil menjadi pengusaha sukses. Ketika masa krisis ekonomi itu Tjahja meminta kepada Chairul agar kisah perjalanan hidupnya dapat di-share kepada orang lain terutama generasi muda, agar mereka bisa terinspirasi atas apa yang telah dijalani oleh seorang Chairul Tanjung. Pada tahun 2010 Tjahja memulai menulis kisah perjalanan Si Anak Singkong yang meniti usaha dari nol sampai besar seperti sekarang, dengan panduan langsung dari Chairul Tanjung. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa formal, bertutur, dan disertai sikap rendah hati, sesuai dengan gaya bahasa sastrawan Ramadhan K.H. alm yang disukai Chairul. Metode penulisan biografi ini tidak semata-mata wawancara langsung dengan CT, tetapi diawali dengan kegiatan survei ke tempat masa kecil seorang CT di kawasan yang dulu kumuh di Gang Abu jalan Batutulis, di kawasan pecenongan, Jakarta Pusat. Selain melakukan survei, Tjahja juga mewawancarai beberapa teman CT sewaktu Ia kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, hingga teman SMA dan SMP, bahkan beberapa pengamat ekonomi dan narasumber lainnya. Tidak sekedar menulis, Tjahja juga berusaha mendapatkan soul dari setiap kisah perjalanan hidup Si Anak Singkong, dengan begitu Ia pun turut belajar banyak dari lika-liku kehidupan dan perjalanan hidup seorang CT.