Analisis Wacana LANDASAN TEORI
27 Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana itu dapat dikemukakan sebagai
berikut: a. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam
masyarakat rule of use - menurut Winowson. b.
Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks dan situasi Firth.
c. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui
intepretasi semantik Beller. d.
Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa what is said front what is done - menurut Labov.
e. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara
fungsional functional use language – menurut Coulyhard.
22
Ada tiga pandangan mengenai analisis wacana dalam bahasa. Pandangan pertama diwakili kaum positivism-empisris, menurutnya analisis wacana
menggambarkan tata tuturan kalimat, bahasa, dan pengertian bahasa. Pandangan kedua disebut sebagai kontruktivisme, yang menempatkan analisis wacana sebagai
suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Pandangan ketiga, disebut sebagai pandangan kritis yang menekankan pada
konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna, dimana bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk
subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya
22
Ibid, h. 72
28 Awal perkembangan analisis wacana kritis dikemukakan oleh Van Dijk
1985, yaitu tahun 1970-an dengan menunjukkan dua kecenderungan. Kecenderungan pertama, analisis struktural teks atau analisis percakapan menjadi
kajian abstrak dan terlepas dari penggunaan bahasa yang aktual formal. Kecenderungan kedua, kajian bahasa dalam konteks sosial mengambil
perhatianpada contoh-contoh penggunaan bahasa dalam komunikasi. Analisis wacana ini mendapat pengaruh dari teori linguistik kritis, teori kritis Frankfurt,
dan teori pascastrukturalisme yang berkembang di Perancis
23
. Dalam hal ini, ada berbagai varian teori analisis wacana kritis yang
dilahirkan oleh para ahli di dunia, di antaranya analisis wacana Michel Foucault, Roger Fowler, dkk., Théo Van Leeuwen, Sara Mills yang mengendepankan
feminisme, dan lainnya. Riyono Pratiknyo sebagaimana dikutip Alex Sobur dalam bukunya Analisis
Teks Media menjelaskan bahwa wacana adalah sebuah proses berpikir seseorang yang mempunyai ikatan dengan ada tidaknya sebuah kesatuan dan koherensi
dalam tulisan yang disajikannya. Menurutnya, makin baik cara atau pola pikir seseorang, maka akan terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.
24
Alex Sobur dalam bukunya tersebut menggambarkan wacana dalam berbagai aspek makna kebahasaan, di antaranya:
a. Komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan-
gagasan konversasi atau percakapan b.
Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah
23
Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, Bandung : Yrama Widya, 2009, Cet. Ke-I. h. 68-69.
24
Alex Sobur, Analisis Teks Media h. 10
29 c.
Risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah.
25
Dari berbagai pengertian analisis dan wacana di atas, peneliti menyimpulkan bahwa analisis wacana merupakan suatu kegiatan mengkaji dan menelaah suatu
produk komunikasi dari perspektif kebahasaan dengan melihat teks kemudian dikaitkan dengan ideologi di balik terbentuknya teks tersebut dengan melihat
kognisi dan konteks sosial.
2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh para ahli, model yang paling banyak digunakan adalah model
Teun A. Van Dijk. Inti analisis Van Dijk menghubungkan tiga dimensi wacana ke dalam satu kesatuan analisis. Dimensi tersebut adalah dimensi teks, kognisi sosial,
analisis konteks.
26
Ia melihat suatu wacana terdiri atas berbagai strukturtingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung.
27
Menurut Van Dijk, sebagaimana yang dikutip Eriyanto penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks atas teks semata, karena
teks hanya hasil dari suatu proses praktik produksi yang juga harus diamati, dan harus dilihat juga bagaimana suatu teks bisa semacam itu.
28
Berikut ini analisis wacana sesuai dengan model Van Dijk:
25
Ibid, h. 10
26
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media Yogyakarta : LkiS, 2006, h. 224.
27
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h.77
28
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 221
30 a.
Kognisi Sosial Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks,
tetapi bagaimana suatu teks diproduksi. Dalam pandangan Van Dijk perlu ada penelitian mengenai kognisi sosial yang meneliti kesadaran mental wartawan,
dalam hal karya sastra maka bisa dikatakan kesadaran mental pengarangnya dalam membentuk teks dalam karyanya.
Analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan
ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, maka dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa. Kognisi sosial itu penting
dan menjadi kerangka yang tidak terpisahkan untuk memahami teks media.
29
b. Konteks Sosial
Konteks sosial berusaha memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan memperngaruhi pemakaian bahasa. Titik perhatian dari analisis
wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi, konteks sangat penting untuk menentukan makna dari
suatu tujuan. Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan
menggunakan elemen tersebut. Dan untuk memperoleh gambaran ihwal elemen- elemen struktur wacana teks tersebut, berikut adalah penjelasan singkat:
29
Ibid, h. 221
31 1
Tematik, secara harfiah tema berarti sesuatu yang diuraikan, kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti meletakkan. Tema adalah
suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
30
2 Skematik, menggambarkan bentuk wacana umum yang disusun dengan
sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masalah, penutup, dan sebagainya. Struktur skematik memberikan
tekanan: bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang bisa dikemudiankan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi
penting. 3
Semantik, adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal unit semantik terkecil maupun makna
gramatikal makna yang terbentuk dari gabungan satuan-satuan kebahasaan.
31
4 Sintaksis, secara etologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan
frase.
32
5 Stilistik, pusat perhatiannya adalah style gaya bahasa yaitu cara yang
digunakan penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.
6 Retoris, adalah gaya bahasa yang diungkapkan ketika seseorang berbicara
atau menulis. Misalnya dengan pemakaian kata yang berlebihan
30
Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Ende-Flores : Nusa Indah, 1980 h. 107
31
Wijana, Dasar-dasar Pragmatik, Yogyakarta : ANDI. 1996, h. 1
32
Mansoer Pateda, Linguistik: Sebuah Pengantar, Bandung : Angkasa, 1994, h. 85
32 hiperbolik atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi persuasif, dan
berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu disampaikan kepada khalayak.
33
3. Varian Analisis Wacana
Dalam perkembangannya, model analisis wacana dikemukakan para ahli melalui pendekatan yang beragam, di antara para ahli yang mengembangkan
model analisis wacana adalah: a.
Michel Foucault Foucault memulai analisis wacana atau diskursus yang bersifat politis
dan ideologis. Michel Foucault 1990 menjelaskan definisi fenomenal dari wacana beserta potensi politis dan kitannya dengan kekuasaan Diskursus atau
wacana adalah elemen taktis yang beroperasi dalam kuncah relasi kekuasaan. Antara wacana dan kekuasaan memiliki timbal balik, seperti yang dikatakan
Michel Foucault, elemen taktis yang sangat terkait dengan kajian strategis dan poilitis. Dari definisi yang diberikan Foucault, terungkap bahwa wacana adalah
alat bagi kepentingan kekuasaam, hegemoni, dominasi budaya dan ilmu pengetahuan. Distribusi wacana ke tengah masyarakat pada era postmodern ini
dilaksanakan secara strategis melalui media, baik itu media cetak maupun elektronik.
33
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 82-84
33 b.
Roger Fowler, dkk. Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew mulai
dikenal sejak diterbitkannya buku Language and Control pada tahun 1979. Mereka menggunakan pendekatan critical linguistics yang memandang bahwa
bahasa sebagai praktik sosial. Para linguis kritis percaya bahwa pilihan bahasa dibuat menurut seperangkat kendala, seperti ideologi, politik, sosial, dan
kultural. Impilikasinya masyarakat dapat dimanipulasi dalam aturan yang baik sesuai dengan apa yang dikehendaki dan dinilai peran dan statusnya ke dalam
dikotomi
34
. Atasan-bawahan,
superior-inferior melalui
strategi sosial
yang melibatkan aspek kekuasaan, aturan, subordinasi, solidaritas, kohesi,
antagonism, kesenangan, dan sebagainya, yang semuanya merupakan bagian integral dari sistem kontrol masyarakat Critical Linguistics terutama
dikembangkan dari teori linguistik yang melihat bagaimana tata bahasa grammar tertentu menjadikan kata tertentu diksi membawa implikasi dan
ideologi tertentu.
35
34
Dikotomi: pembahagian pemisahan antara dua kumpulan kelompok dan lain-lain dalam sesuatu hal yang saling bertentangan.
35
Yoce Aliah Darma, Analisa Wacana Kritis. Bandung : Yrama Widya, 2009, Cet Ke-l , h. 84
34