yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15 dan angka kematian bayi berkisar 50.
23
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi
berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi
sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat
seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.
d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin
dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat
sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal diantara kandung
kemih dan vagina, vesiko-servikal diantara kandung kemih dan serviks atau rekto-vaginal berada diantara rektum dan vagina. Fistula umumnya
terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi
Universitas Sumatera Utara
pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.
10
e. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban ruptur membran atau persalinan dan
42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,5
c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan
penurunan ukuran uterus.
34
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini.
Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang- ulang.
10
2.8.3. Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi
a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian
kepala yang paling dependen dan molase tumpang tindih tulang-tulang kranium pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk
kepala.
10
Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar
setelah lahir.
35
Universitas Sumatera Utara
b. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu
mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata KID keadaan ini dapat
mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.
10
2.9. Tanda Partus tak maju
Pada kasus persalinan macettidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :
a. Dehidrasi dan Ketoasidosis ketonuria, nadi cepat, mulut kering
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah
rendah syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.
10
2.10. Epidemiologi Partus Tak Maju 2.10.1. Distribusi Partus Tak Maju
a. Orang
Penelitian Gessesssew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001 diperoleh 195 kasus partus tak maju, 114 kasus terjadi pada wanita usia 20-34 tahun dengan
proporsi 58,4, 60 kasus terjadi pada wanita usia 34 tahun dengan proporsi 30,8 dan 21 kasus terjadi pada wanita usia 20 tahun dengan proporsi 10,8. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
pada paritas diperoleh 90 kasus terjadi pada paritas 1-4 dengan proporsi 46,2, 59 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 30,2 dan 46 kasus terjadi pada paritas
≥ 5 dengan proporsi 23,6.
16
Penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007 diperoleh 273 kasus partus tak maju, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun
dengan proporsi 73,6, 63 kasus terjadi pada wanita usia 35 tahun dengan proporsi 23,1 dan 9 kasus terjadi pada wanita usia 20 tahun dengan proporsi 3,3.
Sedangkan pada paritas diperoleh 118 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 43,2, 98 kasus terjadi pada paritas 1-3 dengan proporsi 35,9 dan 57 kasus terjadi
pada paritas 3 dengan proporsi 20,9.
22
b. Tempat dan Waktu