Dari definisi diatas dapat kita ketahui bahwa akhlak: adalah kondisi-kondisi sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Jika dari kondisi ini
menimbulkan perbuatan baik dan terpuji, maka dia dinamakan budi pekerti mulia Akhlakul Karimah, apabila dari kondisi ini menimbulkan perbuatan buruk dan jahat
maka dinamakan budi pekerti yang jahat dan tercela Akhlakul Madzmumah.
3. Pengertian Pembinaan Akhlak
Akhlak adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bertindak. Adapun tabiat yang sudah ada pada masing-masing orang disebut watak. Dapat diambil
kesimpulan bahwa watak adalah sesuatu yang memang sudah ada pada masing-masing orang, sedangkan akhlak adalah perangai atau sikap yang dapat dibina dan diciptakan
dalam diri masing-masing pribadi. Akhlak merupakan pondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah SWT, dan antar sesama manusia.
Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi membutuhkan waktu yang panjang yaitu melalui proses pembinaan akhlak.
Dan arti sebuah pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak remaja.. Maka dari itu proses pembinaan akhlak itu harus
diberikan sejak dini.
36
Dalam islam, tolak ukur kelakuan baik dan buruk merasuk kepada ketentuan Allah berupa Alquran dan tuntunan Rasulullah SAW, jadi Rasulullah yang membawa
akhlakul kharimah, seperti yang telah di rumuskan para ulama sesuatu yang dinilai baik menurut aturan Allah dan Rasulnya pasti baik pula esensinya.
2. Faktor yang mempengaruhi akhlak
36
Nur A. Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: Al-Bayan, 1999, Cet. Ke-4. h. 178.
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah seperti kertas putih, dia belum dapat mengetahui apapun yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan
sebagai Muslim. Manusia dibimbing untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Pada dasarnya perbuatan atau tingkah laku seorang anak yang baik, tetapi untuk kelanjutannya tergantung orang tuanya dalam memelihara dan memberikan pendidikan
kepada anak tersebut. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW:
لﺎ ا ﺿر ةﺮ ﺮه ا :
و ا ﻰﱠ ا لﻮ ر لﺎ
ﱠ :
ﺪ ﻮ ﺎ ﱠﻻا
ﻄ ا ﻰ ﺪ ﻮ و ادﱢﻮﻬ اﻮ ﺎ ةﺮ
اﺮﱢ و
ﺎ ﱢﺠ اور
Artinya:Dari Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah bersabda “Seorang bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam kesucian fitrah. Kemudian kedua orang tunyalah
yang membuatnya yahudi atau nasrani atau majusi H.R. Muslim.
37
“Rahmat Djatnika dalam bukunya “Sistem Etika Islam” mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku yaitu faktor yang
berasal dari dalam dirinya: Instink, Adat, Kepercayaan, Keinginan,-keinginan, Hawa nafsu, Hati nurani. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya meliputi: Keturunan,
Lingkungan, Keluarga atau Rumah tangga, Sekolah, Pergaulan, Pengusaha atau pemimpin”.
38
37
M. Nashiruddin Al- Albani, Ringkasan Shoheh Muslim, Jakarta: Gema Insani, 2005,h. 938
38
Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas,1992, Cet. Ke-1, h. 73
Faktor di atas menggabung menjadi satu turut membentuk dan mempengaruhi nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseorang. Mana yang lebih kuat, lebih banyak memberi
corak pada mentalnya. Perilaku Remaja seringkali diwarnai oleh faktor sekolah dan pergaulannya,
dimana perubahan-perubahan fisik dan non fisik terjadi dan mampu merubah semua tampilan yang seharusnya baik menjadi aneh dan keluar dari kontrol norma-norma agama
yang baik. H.M.Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam berpendapat bahwa: Faktor
yang mempengaruhi akhlak anak ada dua fisik yang meliputi faktor dalam yaitu Intelektual dan hati rohaniah yang dibawa anak sejak lahir, dan faktor dari luar yaitu
kedua orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh-tokoh, serta kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif pengetahuan dan
psikomotorik pengalaman ajaran yang di ajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan inlah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.
39
Abbudin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada
umumnya, ada tiga aliran yang sudah populer. Pertama aliran Nativisme, Kedua aliran Empirisme, Ketiga aliran Konvergensi.
40
Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling mempengaruhi terhadap pembentukan diri seorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat
berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki
39
H.M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara,1994, h. 60
40
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, h. 165
pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.
41
Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan, karena begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam
diri manusia. Selanjutnya menurut aliran Empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang di berikan. Jika pendidikan dan pembinaan
yang diberikan pada anak itu baik, maka anak itu baik. Demikian juga sebaliknya. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan
pengajaran.
42
Aliran Konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan
yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif
melalui berbagai metode.
43
Aliran Konvergensi ini tampak sesuai dengan ajaran Islam, hal ini dapat di pahami dari ayat berikut:
☺ ⌧
☺
41
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. Ke-1, h. 158
42
Ibid., h. 158
43
Ibid., h.167
Artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur
.
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu: penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri
dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan. Ayat di atas, selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga menunjukkan
dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orangtua. Itulah sebabnya orang tua khususnya Ibu mendapat gelar sebagai madrasah, yakni tempat
berlangsungnya kegiatan pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi akhlak
ada dua macam: a
Faktor dari dalam Yaitu potensi fisik, intelektual dan hati yang di bawa sejak lahir
b Faktor dari luar
Dalam hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.
Melalui kerjasama antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif pengetahuan, afektif penghayatan dan pskomotorik pengalaman ajaran yang
diajarkan akan terbentuk pada diri remaja. Inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.
44
44
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996, Cet. Ke-1, h. 169-171
3. Manfaat