Respon jamaah terhadap pantun homor dalam dakwah ustad taufiqurrahman : studi kasus pada pengajian di majelis taklim abiturien al-falah kelurahan ujung menteng jakarta timur

(1)

ABSTRAK

Nama : Janthi Rifqijati Nim : 106051001837

Judul : Respon Jamaah Terhadap Pantun Humor Dalam Dakwah Ustad Taufiqurrahman (Studi Kasus Pada Pengajian Di Majelis Taklim Abiturien al-Falah Kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur) Humor memiliki daya tarik tersendiri bagi seorang da’i karena mampu memberikan kesan positif terhadap keberlangsungan proses dakwah, namun kuantitas humor tidaklah berlebihan karena akan menghilangkan inti dari pesan dakwah. Sebagaimana Ustad Taufiqurrahman menerapkan pantun sebagai salah satu humornya dalam berdakwah. Mengungkap respon jamaah Majelis Taklim Abiturien menjadi menarik bagi penulis dalam judul pada skripsi ini.

Dalam penelitian ini, pembatasannya adalah pantun pada saat di Majelis Taklim Abiturien al-Falah dan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman? Dan Bagaimana respon jamaah terhadap pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman ?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan model Field Research atau penelitian lapangan melalui angket yang diberikan kepada para jamaah Majelis Taklim Abi Turen al-Falah, untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis melakukan proses pengumpulan data dengan: penyebaran angket, observasi dan wawancara dengan pimpinan pengurus majelis taklim, jamaah dan Ustad Taufiqurrahman

Berdasarkan hasil penelitian, responden menyetujui jika pantun sebagai salah satu bentuk humor Ustad Taufiqurrahman dalam berdakwah. Pantun Ustad Taufiqurrahman memiliki fungsi dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman. Diantaranya : pantun memberikan perasaan terhibur atau senang, menghilangkan kejenuhan dari dakwah yang monoton, meningkatkan perhatian, membantu pendekatan secara emosional, dan membantu dalam memahami isi dakwah.Respon jamaah terhadap pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman. Mengklasifikasikan pada tiga katagori respon, pertama, respon afektif: meberikan perasaan senang, menyenangi pantun Ustad Taufiqurrahman, menyukai dakwah ustad Taufiqurrahman. Kedua, respon kognitif: pantun memberikan nasihat atau kata bijak, memahami dakwah Ustad Taufiqurrahman. Ketiga, respon konatif: mendengarkan dengan serius dan fokus, aktif dalam sesi Tanya jawab, mengaplikasikan pesan dakwah Islam dalam kehidupan sehari-hari.


(2)

Segala puji bagi Allah Dzat yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,yang telah memberikan banyak nikmat dan senantiasa memberikan hidayahnya kepada setiap makhluk ciptaan-Nya. Sehingga dengan izinnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya minadzulumati illa nur ,dan kesejahtraan semoga selalu tercurahkan kepada keluarga besar beliau, sahabat-sahabatnya-Nya, tabi’in-tabi’uttabiin, dan kita sebagai umatnya semoga mendapatkan syafaatnya kelak.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna baik dalam proses maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan target yang diharapkan.

Dengan penuh kerendahan hati dan kesadaran diri, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi terselesaikannya penulisan skripsi ini. Maka penulis berterima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta, H.R Sabeni, dan Hj. Marhanih yang sangat berperan dalam mendidik penulis,dengan penuh kesabaran dan pengertian dan tiada henti memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, semoga


(3)

Allah selalu melindungi dan memberkahi mereka dengan nikmat rohani dan kesehatan jasmani.

2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan beserta staf-staf nya.

3. Ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Drs. Jumroni, M.Si dan sekretaris jurusan KPI , Umi Musyarofah, MA, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen dan staf pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan banyak ilmu pengetahuan dan kesabaran dalam mendidik penulis selama penulis melakukan studi.

5. Bagian administrasi dan tata usaha yang telah banyak membantu memberikan kelancaran kepada penulis dalam proses penyelesaian prosedur kemahasiswaan, serta pimpinan dan segenap karyawan perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan khususnya perpustakaan FDK, terima kasih atas penyediaan buku-buku penunjang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ustad Taufiqurrahman dan ibu Siti Rahmayanti sebagai pimpinan Majlis Taklim Abiturien al-Falah dalam hal ketersediaanya menjadi narasumber dalam proses wawancara, demi kelengkapan data dalam skripsi ini.

7. Jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah sebagai responden dalam penelitian ini dalam proses pengisian angket dalam proses penelitian, untuk memenuhi keabsahan data.


(4)

mendukung dalam pembuatan skripsi ini. Semoga setiap mimpi dan cita-cita akan menjadi nyata. Allah memiliki rahasia dari takdir kita, berusahalah terbaik dan tawakallah padanya.

Demikianlah beberapa pihak yang mendukung skripsi ini, terima kasih penulis ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat besar bagi keperluan pengembangan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi.

Ciputat, 07 Juni 2010

Janthi Rifqijati


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Tinjauan Pustaka ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Respon ... 13

B. Pantun Humor ... 18

C. Konsep Dakwah ... 22

D. Majelis Taklim ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM A. Biografi Ustad Taufiqurrahman ... 36

1. Riwayat Hidup Ustad Taufiqurahman ... 36

2. Latar Belakang Pendidikan Ustad Taufiqurrahman... 37

3. Aktivitas Dakwah Ustad Taufiqurrahman ... 37


(6)

vi

1. Sejarah Berdiri Majlis Taklim Abiturien al-Falah ... 42 2. Tujuan dan Program Kerja Majelis Taklim Abiturien

al-Falah... 42 3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Abiturien al-Falah... 44

BAB IV ANALISIS PANTUN HUMOR DALAM DAKWAH USTAD TAUFIQURAHMAN

A. Fungsi Pantun Dalam Dakwah Ustad Taufiqurrahman ... 49 B. Respon Jamaah Majelis Taklim Abiturien Terhadap Pantun

Dalam Dakwah Ustad Taufiqurrahman ... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 62 B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA... 67 LAMPIRAN–LAMPIRAN


(7)

RESPON JAMAAH TERHADAP PANTUN HUMOR

DALAM DAKWAH USTAD TAUFIQURRAHMAN

(Studi Kasus Pada Pengajian Di Majelis Taklim Abiturien

Al-Falah Kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.I.)

Oleh

Janthi Rifqijati

NIM: 106051001837

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.


(8)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 07 Juni 2010


(9)

RESPON JAMAAH TERHADAP PANTUN HUMOR

DALAM DAKWAH USTAD TAUFIQURRAHMAN

(Studi Kasus Pada Pengajian Di Majelis Taklim Abiturien

Al-Falah Kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.I)

Disusun oleh Janthi Rifqijati NIM: 106051001837

Pembimbing

Umi Musyarafah, MA NIP: 197108161997032002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.


(10)

Skripsi yang berjudul: “RESPON JAMAAH TERHADAP PANTUN HUMOR DALAM DAKWAH USTAD TAUFIQURRAHMAN (Studi Kasus Pada Pengajian Di Majelis Taklim AbiturienAl-Falah Kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur)” telah diujikan dalam siding munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal : 7 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Jakarta, 7 Juni 2010 Sidang Munaqasah,

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA Dr. Moh. Ali Wafa, M.Ag NIP. 19706903 1 99603 1 001 NIP. 150 321 584

Anggota :

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, MA Prof. Dr. Murodi, MA 19490119 1 98003 1 001 196407051992031 003

Pembimbing

Umi Musyarofah, MA NIP : 19710816 199 703 2 002


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah suatu risalah yang harus diperjuangkan oleh umatnya agar bisa menyebar ke seluruh pelosok dan penjuru bumi ini, tentu dengan memperhatikan peran utamanya sebagai mudzakir (pemberi peringatan) bukan sebagai musaitir (pemaksa). Untuk itu Islam disebut sebagai agama tabligh, yaitu agama yang didalamnya terdapat usaha menyebarluaskan kebenaran dan mengajak orang-orang yang belum mempercayainya sebagai tugas suci. Sebagaimana terangkai dalam firman Allah dalam surat Yaasin 17:

Artinya: Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas".

Dalam ayat tersebut diharapkan agar seorang muslim menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Islam adalah agama dakwah.1 Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya umat Islam sangat bergantung terhadap kegiatan dakwah yang dilakukannya, karena itu kegiatan dakwah dengan ahsanul qaula, ucapan dan perbuatan yang paling baik sebagaimana tertera dalam surat Fushilat ayat 33:

1

M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: Al-Amin Press, 1997), h.8.


(12)

Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

Dakwah merupakan suatu proses berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami.2 Di dalam melakukan dakwah bukanlah perkara mudah karena seorang da’i yang membawa pesan dakwah harus mampu memiliki metode yang tepat, agar terjadi proses dakwah yang efektif. Terjadinya respon pada mad’u terhadap pesan dakwah yang disampaikan merupakan indikator terjadinya proses penerimaan pesan.

Dengan memahami segala unsur-unsur yang terhimpun dalam kegiatan dakwah, yaitu pesan dakwah, unsur manusia yang dihadapi, unsur medan dakwah, ruang dan waktu, metode yang sesuai, sehingga daya penggerak untuk suatu langkah yang tepat, dengan itulah seorang da’i dapat menentukan dan menjalankan dakwah efektif.3

Dalam menyampaikan materi dakwah, ada berbagai macam metode yang digunakan oleh seorang da’i atau seseorang yang menyampaikan pesan, dalam hal ini tentunya mengenai pesan dakwah. Hal ini agar memberikan daya tarik bagi mad’u sehingga pesan yang disampaikan tidak berkesan monoton, yang akan berakibat terhadap penurunan perhatian mad’u dan menimbulkan aksi–aksi negatif yang dapat menganggu proses penyampaian dakwah, baik

2

Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual,Jakarta, (Jakarta:Gema Insani Press, 1998), h.76-77. 3


(13)

3

dengan cara mengobrol dengan mad’u lainnya atau kegiatan lain yang dapat mengganggu kekhusukan pada saat ceramah.

Salah satu cara yang dapat meningkatkan perhatian mad’u adalah dengan seni mengolah bahasa yang dikemas dengan humor. Humor dapat menjadi alat positif untuk menarik perhatian mad’u namun jika humor digunakan berlebihan pun akan berakibat fatal, karena akan menghilangkan makna atau hakikat pesan dakwah yang disampaikan. Dalam hal ini, akan membahas pantun yang merupakan bagian dari teknik humor.

Menjadi hal menarik bagi penulis, karena mengangkat sosok mubaligh yang memiliki ciri khas dalam penggunaan pantun dalam penyampaian dakwahnya. Beliau adalah Ustad Taufiqurrahman, beliau merupakan salah satu mubaligh yang tidak asing dalam media TV karena beliau kerap kali menjadi narasumber terhadap permasalahan kontemporer yang ada di masyarakat dengan pembahasan secara hukum berbasis Islam. Di antara aktivitas dakwah beliau pada media massa televisi:menjadi juri pada acara Pildacil, Cahaya Hati di ANTV, Titian Kalbu di TV ONE. Dalam beberapa tayangan TV yang pernah mengundang beliau, kerap kali menjadikan Pantun sebagai senjata pamungkas dalam pengkemasan humor beliau. Namun dalam penelitian ini, penulis tidak melakukan penelitian Ustad Taufiqurrahman dalam media TV, namun lebih melihat terhadap aktivitas beliau diluar yaitu khususnya pada responden yang telah ditentukan oleh peneliti pada jamaah di Majelis Taklim Abiturien al-Falah


(14)

Karena melihat pengajian tersebut sudah cukup lama ada sejak tahun 1980an, maka judul dalam penelitian ini adalah: RESPON JAMAAH TERHADAP PANTUN HUMOR DALAM DAKWAH USTAD TAUFIQURRAHMAN (Studi Kasus Pada Pengajian Di Majelis Taklim Abiturien al-Falah Kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi pantun yang diteliti adalah pantun pada saat dakwah Ustad Taufiqurrahman di Majelis Taklim Abiturien al-Falah.

Sedangkan perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apa fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman?

2. Bagaimana respon jamaah Majelis Taklim Abiturien terhadap pantun humor Ustad Taufiqurrahman?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman. 2. Untuk mengetahui respon jamaah Majelis Taklim Abiturien dalam dakwah

Ustad Taufiqurrahman terhadap pantun humor. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar respon jamaah terhadap pantun humor di Majelis Taklim Abiturien al-Falah.

2. Menambah wawasan terutama bagi para penceramah dalam melakukan aktifitas dakwah di Majelis Taklim Abiturien al-Falah ataupun lainnya.


(15)

5

3. Sebagai bahan evaluasi bagi pengurus Majelis Taklim Abiturien al-Falah dalam merencanakan program kerja ke depannya.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pembelajaran dan perbandingan dengan penelitian sebelumnya terutama yang berbasis humor. Diantaranya skripsi pertama berjudul, ”Humor sebagai Daya Tarik Dakwah” yang ditulis oleh Makmun Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1426 H / 2005 M. Dalam skripsi ditemukan data, bahwasanya humor dalam dakwah hanya disajikan sebagai pelengkap, bukan sesuatu kebutuhan. Humor dalam dakwah hanyalah strategi dalam berdakwah dengan tujuan agar apa yang disampaikan lebih mudah diterima pendengar.

Kedua, pada judul skripsi ”Peranan Humor Dalam Dakwah dan Pengaruhnya Terhadap Kehadiran Jama’ah (Studi Kasus Pada Pengajian Ibu-Ibu Di Majelis Taklim Khairul Umam Kelurahan Balekambang Jakarta Timur), yang ditulis oleh Neneng Hasanah pada tahun 2007. Jika dipahami lebih jauh, maka akan dapat ditemukan persamaan dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Menjadikan humor sebagai daya tarik dakwah dalam penyampaian materi dakwah agar lebih menarik perhatian jama’ah.

2. Pada skripsi kedua, humor menjadi nilai positif kehadiran jama’ah di Majelis Taklim Khairul Umam Kelurahan Balekembang Jakarta Timur.


(16)

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan model Field Research atau penelitian lapangan pada Majelis Taklim Abiturien al-Falah dengan metode kuantitatif.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: 1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah pantun, Ustad Taufiqurrahman, dan jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah sedangkan objeknya adalah isi pantun.

2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan pimpinan Majelis Taklim Abiturien al-Falah, jamaah dan Ustad Taufiqurrahman, guna memperoleh keabsahan data dalam penelitian.

b. Angket

Penulis menyebarkan angket dengan sejumlah pertanyaan kepada 50 orang. Dalam angket tersebut penulis memberikan sejumlah pertanyaan yang ada kaitannya dengan judul penelitian, untuk mempermudah proses hasil penelitian, penulis mengklasifikasikannya ke dalam dua sub, yaitu fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman dan respon jamaah Majelis Taklim Abiturien terhadap pantun humor. Hal ini disesuaikan dengan perumusan masalah, sehingga lebih jelas dan terarah.


(17)

7

c. Observasi

Penulis melakukan observasi di majelis taklim Abiturien al- Falah dari tanggal 5 maret – 15 mei 2010. Ustad Taufiqurrahman mendapatkan jadwal dalam pemberian materi dakwah setiap dua kali dalam sebulan.

d. Dokumentasi

Dokumentasi dipakai guna melengkapi data-data yang diperlukan, juga untuk mengetahui segala sesuatu yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang diteliti. Di antaranya dokumentasi dari pihak pengurus Majelis Taklim Abiturien al-Falah terhadap kebutuhan proses kelengkapan data.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan pengamatan di Majlis Taklim Abiturien al-Falah yang beralamat di Jl. Kandang Besar No 06 Cakung Jakarta Timur mulai dari tanggal 5 Maret 2010 sampai dengan 15 Mei 2010.

4. Populasi dan Sampel

Menurut data yang diperoleh penulis, jumlah keseluruhan jamaah yang aktif sejumlah 200 orang.4 Berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto: “Apabila subyek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti

4


(18)

dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana”.5 maka sample yang digunakan pada penelitian ini adalah 25% dari jumlah populasi, yaitu berjumah 50 responden.

Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah sample random acak. Teknik sampling ini diberi nama demikian karena didalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.6 Dengan demikian maka penulis memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan tujuan menggeneralisir serta menguji teori. Data-data yang diperoleh melalui angket, wawancara dan dokumentasi ini kemudian diproses dengan beberapa tahapan, yaitu:

a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang benar sempurna.

b. Tabulating, yaitu menstabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban responden dalam tabel, kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa.

c. Kesimpulan, yaitu memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran data.

5

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 107.

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 111.


(19)

9

d. Analisa data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang terwujud angka dengan cara mengklasifikasikannya, menstabulasikan dan dilakukan dengan perhitungan data statistik. Adapun teknik analisanya menggunakan rumusan presentase yaitu:

P = ×100% N

F

Keterangan: P : Prosentase F : Frekuensi N : Nilai

6. Definisi Operasional

Dalam penelitian definisi operasional penelitian yaitu; variabel independent dan dependent. Variabel yang mempengaruhi disebut variable penyebab, variabel bebas atau independent (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, terikat atau dependent variebel (Y). dalam penelitian ini, ada sesuatu hal yang akan dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Variabel Independent Variabel Dependent Respon Jamaah Pantun Humor

Respon Kognitif Respon Afektif Respon Behavior


(20)

a. Variabel Independent Pantun Humor

Pantun humor merupakan karya seni sastra, didalamnya terkandung kata-kata lucu dan membuat orang yang mendengarkan merasa terhibur. Pantun humor ini biasanya memiliki makna khusus namun dalam penyampaiannya menggunakan kalimat yang menarik, pantun humor merupakan salah satu jenis pantun, dan kalimat pada pantun humor ini disesuaikan dengan syarat-syarat ketetapan pantun. b. Variabel dependent

Peningkatan Perhatian

Merupakan Respon yang terjadi pada jamaah, dalam pembahasan ini, maka peneliti mengklasifikasikan pada beberapa respon yaitu respon kognitif, respon afektif, dan respon behavior. Respon Kognitif

1) Definisi Konseptual

Adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami atau dipersepsi khalayak.

2) Indikator

a) Jamaah mendapat pengetahuan dari pesan dakwah yang disampaikan

b) Mengetahui kata-kata bijak atau nasihat Respon afektif

1) Definisi Konseptual

Merupakan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak.


(21)

11

2) Indikator

a) Menimbulkan perasaan senang dan semangat mendengarkan dakwah yang disampaikan

b) Menyenangi pantun humor dalam dakwah tersebut. c) Menyenangi dakwah Ustad Taufiqurrahman. Respon Konatif

1) Definisi Konseptual

Merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada prilaku nyata yang dapat diamati; yang peliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku:

2) Indikator

a) Fokus dan serius mendengarkan isi pesan dakwah b) Aktif dalam sesi Tanya jawab

c) Mengaplikasikan isi pesan dakwah dalam kehidupan sehari-hari

Selanjutnya di dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang berlaku untuk seluruh UIN, STAIN, Pertais dan sejenisnya yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press pada tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I: Merupakan bagian pendahuluan yang memuat: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.


(22)

BAB II: Mengenai Landasan Teoritis, yang berisi: Konsep Respon, Pantun Humor, Konsep Dakwah, dan Definisi Majelis Taklim

BAB III: Membahas mengenai biografi Ustad Taufiqurrahman, yang berisi: Riwayat Hidup, Latar Belakang Pendidikannya, dan Aktivitas Dakwahnya serta Kumpulan Pantunnya. Tentang Gambaran Umum Majelis Taklim Abiturien al-Falah yang didalamnya berisi mengenai: Sejarah Berdirinya, Tujuan Serta Program Kerja, dan Struktur Organisasi.

BAB IV: Tentang Analisis Data: Fungsi Pantun Dalam Dakwah Ustad Taufiqurrahman, dan Respon Jamaah Terhadap Pantun Humor dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman.

BAB V: Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi tentang: Kesimpulan dan Saran-saran yang Bersifat Membangun.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Respons

1. Pengertian Respons

Respon berasal dari kata respone, yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “respon adalah tanggapan, reaksi atau jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.1

Menurut Jalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan (activity) dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respon. Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat (yang tinggal) dari pengamatan tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan.2

Istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang diharapkan mempunyai hasil atau dalam setelah komunikasi dinamakan efek. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respon dari komunikasi terhadap pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Menurut Steven M. Chaffe respon dibedakan menjadi tiga bagian:3

1

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2002), edisi ke-3, h. 585.

2

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1999), h. 51.

3

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung. Remaja Rosda Karya, 1999), h. 118.


(24)

a. Kognitif: Yang dimaksud dengan respon Kognitif adalah respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami oleh khalayak.

b. Afektif: Yang dimaksud dengan respon Afektif adalah respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. c. Konatif (Psikomotorik): Yang dimaksud dengan psikomotorik adalah

respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau kebiasaan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa respon itu terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang berujung pada hasil reaksi dan akibat dari proses rangsangan tersebut. Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Ahmad Subandi mengemukakan respon dengan istilah feedback atau (umpan balik) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.4

2. Proses Terjadinya Stimulus-Respons

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori S-O-R berasal dari psikologi, kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, Kognisi. Afeksi dan Konatif (psikomotorik).

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan sikap adalah aspek “How” bukan “What” atau “Why” How To Change The Attitude, bagaimana

4


(25)

15

mengubah sikap komunikan dalam proses perubahan sikap. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada peRhatian dari komunikan.

Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khususnya terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (organism, O) c. Efek (respone, R)

Mar’at dalam bukunya “sikap manusia perubahan serta pengukurannya” mengutip pendapat Houland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada 3 variable penting yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Response Stimulus

Organisme: Perhatian Pengertian Penerimaan


(26)

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan, proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya, setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk merubah sikap.

Prinsip stimulus respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulti tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan dan reaksi audien. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah pesan stimulus, seseorang atau receiver (organism) dan efek (respon)

3. Faktor Terbentuknya Respon

Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik. Pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, sebab individu melakukan stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka akan ditanggapi adalah individu selain tergantung pada stimulus juga bergantung pada keadaan individu itu sendiri.


(27)

17

Dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada 2 faktor: yaitu:

a. Faktor Internal: yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu sendiri dari dua unsur yakni rohani dan jasmani. Seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain.

Unsur Jasmani atau fisiologis meliputi keberadaan, keutuhan dan cara kerja alat indera, urat syaraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-unsur rohani dan fisiologisnya yang meliputi keberadaan dan perasaan (feeling) akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi dan sebagainya.

b. Faktor eksternal: yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan fakor stimulus. Bimo Walgito dalam bukunya menyatakan bahwa faktor pikis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus akan mengenai alat indera.5

4. Macam-macam Respons

Menurut Agus Sujanto, ada bermacam-macam tanggapan yaitu: a. Tanggapan menurut indera yang mengamati yaitu:

1) Tanggapan auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, kekuatan dan lain-lain.

5


(28)

2) Tanggapan visual, yakni tanggapan terhadap sesuatu yang lihat

3) Tanggapan perasa, yakni tanggapan terhadap sesuatu yang dialaminya. b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

1) Tanggapan ingatan, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang diingatnya 2) Tanggapan fantasi, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang

dibayangkannya

3) Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang dipikirkannya.

c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:

1) Tanggapan benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang menghampirinya atau berada didekatnya.

2) Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata yang didengarkan dan dilihatnya.6

B. Pantun Humor

1. Pengertian Humor

Menurut bahasa, humor memiliki arti ”kemampuan merasai sesuatu yang lucu atau menyenangkan, atau keadaan dalam cerita dan sebagainya yang menimbulkan rasa lucu, kejenakaan, atau keadaan yang menggelikan hati”.7

Dalam bahasa Inggris apabila berbentuk kata kerja, humor memiliki arti ”menyenangkan hati atau menghibur”. Humor, lain dari lucu yang merupakan kata sifat adalah kata benda. Humor menurut Meriem

6

Agus Suyanto, Psikologi Umum, (Jakarta bumi aksara 2004 ), hal. 31-32. 7

John M. Echol dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta : PT. Gramedia, 1996) Cet. Ke-23, h. 296.


(29)

19

Webster Dictionary sebagaimana dikutip oleh Umar Khayam adalah suatu kemampuan untuk melihat sesuatu yang lucu atau berbeda dengan persepsi umum. Jadi, humor bukanlah yang lucu tetapi kemampuan untuk memiliki persepsi mengenali yang lucu, yang tidak umum.8

Humor juga bisa diartikan tingkah, perilaku yang tidak biasanya yang mengeluarkan emosi seseorang dengan melihat hal tersebut, sehingga orang yang melihatnya mampu untuk tertawa atau tersenyum.

Dalam ensiklopedi nasional Indonesia, James Danandjaya menulis bahwa humor akan menimbulkan tawa bagi pendengarnya apabila memiliki salah satu sifat di bawah ini :

a. Mengandung kejutan atau sesuatu yang tidak terduga. b. Dapat mengecoh orang.

c. Mengungkapkan kata yang tidak senonoh oleh adat masyarakat seperti yang berhubungan dengan seks.

d. Menampilkan sesuatu yang aneh dan tidak biasa. e. Tidak masuk akal dan tidak logis.

f. Mengandung kenakalan untuk mengganggu orang. g. Mempunyai arti ganda untuk suatu kata yang sama.9

”Humor yang disebutkan diatas ini biasanya terjadi pada humor teka-teki yang bersifat permainan kata. Namun, kadang-kadang humor dapat memiliki beberapa sifat sekaligus.”10

Bagi orang yang sudah mendengar, sebuah humor menjadi kurang atau bahkan tidak lucu lagi. Ketika ada seseorang yang sedang mengungkapkan sebuah humor, terkadang pendengarnya sudah dapat menebak akhir sebuah humor yang kebanyakan merupakan kejutan di akhir.

8

Umar Khayam, “Kita dan Humor”, KOMPAS, 17 Januari 1996, h. 4. 9

James Danandjaya, “Humor” Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT Adi Cipta Pustaka, 1998), Jilid 6, h.198.

10


(30)

2. Pengertian, Tekhnik, Syarat, dan Jenis Pantun a. Pengertian dan Tekhnik Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastera lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.11

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tidak punya hubungan dengan bahagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).12

b. Syarat-Syarat Pantun

Syarat-syarat pantun diantaranya: a) Terdiri atas empat baris

b) Tiap-tiap baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata.

c) Dua baris pertama disebut “sampiran”dan baris berikutnya disebut “isi”pantun

d) Pantun mementingkan rima akhir,maksudnya baris bunyi akhir baris pertama (1)sama dengan bunyi akhir baris ketiga (3) dan

11

Inur Hidayati, Kumpulan Pantun, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2010), Cet.Ke-7, h. 19. 12


(31)

21

bunyi akhir baris kedua(2)sama dengan bunyi akhir baris keempat(4), Contohnya:

Kalau ada sumur diladang(a) Boleh aku menumpang mandi(b) Kalau ada umurku panjang(a) Boleh kita berjumpa lagi(b) c. Jenis-Jenis Pantun

Menurut isinya pantun dapat dibedakan: 1) Pantun anak-anak

2) Pantun orang muda 3) Pantun jenaka 4) Pantun teka-teki

Menurut bentuknya pantun dibedakan menjadi : 1) Pantun biasa

Contoh:

Kalau ada sumur diladang Boleh aku menumpang mandi Kalau ada umurku panjang Boleh kita berjumpa lagi 2) Pantun berkait

Disebut juga pantun berantai ,ada pula yang menamakan seloka. Pantun berkait terdiri atas beberapa bait sambung menyambung. Larik kedua dan keempat pada tiap baitnya menjadi larik pertama dan ketiga bait berikutnya.13 Contoh dari pantun berkait:

Bunga melur cempaka putih Bunga rampai di dalam puan Tujuh malam semalam rindu Belum sampai padamu tuan Bunga rampai di dalam puan Ruku-ruku dari peringit Belum sampai padamu tuan Rindu sahaya bukan sedikit 3) Talibun

Talibun semacam pantun juga,tetapi terdiri atas enam, delapan atau sepuluh baris. Bila terdiri enam baris, maka yang tiga baris merupakan sampiran dan yang tiga baris berikutnya menggunakan isi. Contoh dari talibun:

Bukan hamba takutkan mandi Takut hamba berbasah-basah Mandi di lubuk pariangan Bukan hamba takutkan mati Takutkan hamba kan patah-patah Hamba di dalam bertunangan

13


(32)

4) Pantun kilat(karmina)

Ialah pantun yang terdiri hanya dua baris saja, baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua isi. Contoh dari pantun kilat:

Dahulu parang sekarang besi Dahulu sayang sekarang benci

C. Konsep Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi kata dakwah sebagai bentuk mashdar yang artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summer), menyeru (to propa), mendorong (to urge) dan memohon (to pray).14

Dakwah dalam pengertian tersebut dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain:

Artinya : “Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu Aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah Aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)15

14

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2000), Cet. 1, h. 1.

15


(33)

23

Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” (QS. Yunus: 25)16

Arti kalimat darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. pimpinan (hidayah) Allah berupa akal dan wahyu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sedangkan orang yang melakukan seruan dan ajakan tersebut adalah da’i (isim fa’il) artinya orang yang menyeru. Dengan demikian secara etimologi pengertian dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.

Sedangkan pengertian dakwah menurut terminologi (istilah), banyak para ahli yang berbeda dalam memberikan pengertian dakwah seperti :

Pendapat Prof. Thoha Yahya Omar M.A yang dikutip oleh Toto Tasmara menyebutkan bahwa, definisi dakwah menurut Islam ialah : mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagian mereka di dunia dan akhirat.17 Sedangkan pendapat S.M Nasruddin Latif yang dikutip oleh Siti Muriah menyebutkan bahwa dakwah adalah usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah syari’at serta akhlak Islamiyah.18

16

Ibid, h. 310. 17

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-2, h. 32

18


(34)

Meskipun nampak adanya perbedaan dalam kedua perumusan di atas, namun esensinya tetap sama, yaitu bahwa dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak umat manusia agar dapat melaksanakan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya sesuai dengan petunjuk Allah (Islam), agar nantinya mereka mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Tujuan Dakwah

Dakwah sebagai suatu aktifitas dan usaha pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Sebab tanpa tujuan maka segala bentuk pengorbanan dalam rangka kegiatan dakwah itu menjadi sia-sia belaka. Oleh karena itu tujuan dakwah harus jelas dan konkrit, agar usaha dakwah itu dapat diukur berhasil atau gagal. Kalau di lihat dari segi objek dakwah, maka tujuan dakwah itu dapat di bagi menjadi empat macam :

a. Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat, berperilaku sesuai dengan hukum-hukum di syariatkan Allah SWT dan berakhlak karimah. Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia itu menjadi muslim secara tuntas, dari ujung rambut sampai ke tumit telapak kakinya.

b. Tujuan untuk keluarga, yaitu terbentuknya keluarga bahagia, penuh ketentraman dan cinta kasih antara anggota keluarga.

c. Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera yang penuh dengan suasana keislaman. Suatu masyarakat di mana anggota-anggota mematuhi peraturan-peraturan yang telah disyariatkan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan antara hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya maupun manusia dengan alam


(35)

25

sekitarnya, saling bantu-membantu, penuh rasa persaudaraan, persamaan dan senasib sepenanggungan.

d. Tujuan untuk umat manusia seluruh dunia, yaitu terbentuknya masyarakat dunia yang penuh dengan kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya keadilan, persamaan hak dan kewajiban, tidak adanya diskriminasi dan eksploitasi, saling tolong-menolong dan saling hormat-menghormati. Dengan demikian alam semesta ini seluruhnya dapat menikmati Islam sebagai rahmat mereka.

Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika memberikan pengertian tentang dakwah adalah perwujudannya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhai oleh Allah SWT.

3. Unsur-Unsur Dakwah a. Da’i

Dalam tinjauan terminologis bahwa dakwah adalah menyeru atau mengajak umat manusia baik perorangan ataupun kelompok kepada agama Islam. Dari pengertian diatas, maka dapat diambil kata da’i sebagai subjek dari dakwah itu sendiri.

Da’i yaitu orang yang berdakwah kepada orang lain bagaimana atau hal apa saja yang seharusnya terdapat pada seorang da’i dan bagaimana hubungan antara pernyataan yang disampaikan pada objek dakwah dengan perilaku da’i itu sendiri. Seorang da’i wajib mengetahui hakekat dirinya bahwa dirinya seorang da’i. Artinya, sebelum menjadi da’i, ia perlu mengetahui apa tugas-tugas da’i, modal,


(36)

syarat-syaratnya, bekalnya, senjatanya serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki seorang da’i.19

b. Media

Salah satu unsur dakwah yang dapat memberikan sumbangsihnya terhadap susksesnya dakwah adalah penggunaan media yang tepat. Mengenai pembahasan tentang media ini dapat dibagi ke dalam tiga fase atau golongan, yaitu :

1) Media tradisional, bahwa masing-masing dipahami tentang masyarakat tradisional yang pada kenyataannya selalu menggunakan media yang disesuaikan dengan kebudayaannya, sesuai dengan komunikasi yang terjadi di dalamnya.

2) Media modern, hal ini biasanya sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di aman kita ketahui masyarakat di saat sekarang telah menemukan dan sekaligus memakai berbagai fasilitas guna dimanfaatkan untuk mencapai tujuannya, begitu juga halnya, seperti Radio, Televisi, Telepon, Internet, Fax, serta lainnya bisa digunakan sebagai media dakwah sejalan dengan cara pemanfaatannya secara tepat.

3) Perpaduan antara media tradisional dengan modern menghasilkan satu tujuan,agar bagaimana penyampaian dakwah tepat pada sasaran yang dikehendakinya.20

19

Said bin Ali Al-qahtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), Cet. Ke-3,h. 96.

20

Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah Pengantar Ke Arah Metodologi, (Bandung : Yayasan Syahida, 1997), h. 89


(37)

27

Melihat kenyataan yang berkembang di masa modern, tentu efektifitas media lebih diperlukan sesuai dengan dan tepat untuk dipakai, di mana kemajuan ilmu, teknologi yang dapat manusia pergunakan ternyata memberikan nilai tambah yang lebih berarti dan bermakna.

Adapun yang dimaksud dengan media dakwah ialah alat objektif yang menjadi saluran, yaitu menghubungkan ide dengan ummat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah.21

Baik media elektronik maupun media cetak keduanya mempunyai peran dalam upaya menyampaikan pesan dakwah di tengah-tengah masyarakat. Pembagian media yang merupakan sarana di dalam penyampaian dakwah dapat di lihat sebagai berikut :

1) Media Auditif, yaitu alat-alat yang di operasionalkan sebagai sarana penunjang dakwah yang dapat di dengar oleh indera pendengaran, seperti halnya : Radio, Tape Recorder, Telepon serta telegram.

2) Media Visual, yaitu alat ataupun sarana yang dapat digunakan untuk kepentingan dakwah yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan. Perangkat visual tentunya untuk kepentingan dakwah, seperti : film, slide, transparansi, over head, projector, gambar dan lainnya.

21

Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam Teknik Dakwah Leadership, (Bandung : Diponegoro, 1992), Cet. Ke-1, h.47.


(38)

3) Media Audio Visual, media ini dapat di lihat dan di dengar, bentuknya antara lain : film, televisi, radio, dan video serta yang lainnya.

Dengan demikian media sebagai salah satu unsur dakwah adalah sesuatu yang membantu terlaksananya dakwah di dalam mencapai tujuannya, karena media merupakan sarana yang dapat menghantarkan manusia kepada sesuatu dan dapat membantu da’i dalam menyampaikan dakwahnya.

c. Mad’u

Mad’u adalah objek, yaitu manusia, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa. Setiap orang yang normal biasanya mempunyai cita-cita mencapai kebahagiaan hidup, dengan demikian pesan dakwah mesti mengarah kepada persoalan hidup manusia seluruhnya.22

Objek dakwah pada intinya adalah manusia, baik individu maupun kelompok (masyarakat). Pemahaman mengenai masyarakat sangatlah beragam, sangat tergantung dari cara memandangnya, sebab dari sudut sosiologi masyarakat mempunyai struktur yang selalu mengalami perubahan sebagai akibat interaksi yang terjadi di dalamnya ataupun antar kelompok dengan kelompok lainnya. Sebagai objek dakwah seharusnya da’i dapat memahami terlebih dahulu permasalahan yang ada di masyarakat.23

22

Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya : Offiset Indah, 1993), h. 32. 23

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat : Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. Ke-2, h. 35.


(39)

29

Dalam hal ini dapat dikemukakan tiga angkatan manusia yang harus di sikapi untuk kelancaran penyampaian dakwah antara lain : 1) Golongan Cendekiawan, biasanya golongan ini mendapat julukan

kaum terpelajar (intelektual) yang mempunyai daya kritis yang tinggi dan memiliki ilmu pengetahuan untuk membandingkan dari pengalaman yang banyak diterimanya terutama dari aspek penglihatannya yang peka.

2) Golongan awam, golongan ini biasanya berpikirnya lemah, jelas pemahaman yang diberikan golongan ini lebih dikhususkan pada pemahaman yang mudah yakni dengan membawanya kepada rasa berpikir.

3) Golongan menengah, dalam menghadapi golongan ini jangan terlalu menonjolkan ilmu dan rasio, tetapi jangan pula seperti golongan awam, namun di titikberatkan kepada bertukar pikiran secara mudah, diskusi dalam meningkatkan pengertian dan keyakinan dalam kehidupan masyarakat.24

Memahami berbagai tingkatan manusia sebagai objek dakwah memberikan gambaran yang spesifik bagi setiap da’i untuk mengantisipasi pelaksanaan dakwahnya dan berusaha untuk menerapkan cara dan metode yang tepat, begitu pula dalam menghadapi kaum intelektual yang berpikir kritis dan praktis.

d. Metode Dakwah

24

M. Yunan Nasution, Islam dan Problem-Problem Kemasyarakatan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988), h.203.


(40)

Ushlub (metode) menurut tinjauan bahasa berarti jalan dan seni. Sedangkan yang dimaksud dengan Asalibu Dakwah (Metode Dakwah) ialah ilmu yang menghantarkan seseorang kepada pengetahuan tentang cara penyampaian dakwah (ilmu tentang retorika dakwah dan ceramah), sekaligus menghilangkan rintangan-rintangan dari jalan dakwah.25

Berbicara mengenai pemahaman tentang metode dari sejumlah cara memberikan gambaran untuk mengambil metode secara tepat yang mengarah kepada sasaran dakwah itu sendiri.

Abdur Rohman Ar-Roisi, mengemukakan beberapa metode yang bisa diterapkan dalam berdakwah antara lain :

1) Dakwah bil hikmah, yang mana mempunyai pengertian perkataan yang benar, lurus dan disertai dengan penggunaan dalil-dalil yang menyatakan akan kebenaran dan menghilangkan keragu-raguan. 2) Dakwah bil mau’idzotil hasanah, tutur kata yang baik penuh

kelembutan yang dapat menyentuh hati, selaras dengan ajaran al-Quran dan tidak membebani manusia, kecuali dengan kemampuan sendiri.

3) Dakwah bil mujadalah, bertukar pikiran dengan cara yang terbaik dalam upaya menguak tentang kebenaran yang dapat diambil nilai kebenarannya secara utuh, terutama hal ini yang berhubungan

25

Said bin Ali Al-qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), Cet. Ke-3, h.101.


(41)

31

dengan nilai Islam, juga dapat diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari di bermasyarakat.26

Beberapa pemahaman mengenai ragam metode, ternyata semuanya merujuk kepada landasan pokok, yakni Quran dan al-Hadits sehingga apapun bentuk yang digunakan atau yang dipakai tidak satu pun yang keluar dari pokoknya yang utama tersebut, dipahami pula bahwasanya penerapan metode akan lebih mengena pada objek sasarannya.

e. Materi Dakwah

Dakwah yang berarti mengajak dan menyeru manusia agar mengamalkan ajaran Islam, tentu berisi pesan-pesan ajaran Islam yang harus disampaikannya. Materi dakwah bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits, penjabarannya terbagi kedalam tiga kelompok bahasan, yaitu : aqidah, syariah, dan akhlaq. Semua unsur itulah yang menjadi materi pokok bahasan dakwah.27

Sebagai materi pokok al-Qur’an dan al-Sunnah, hendaknya seorang da’i mampu menyampaikannya kepada orang lain sesuai dengan bahasa yang dipahaminya. Di dalamnya terkandung petunjuk, pedoman, hukum, sejarah, permasalahan, keyakinan, peribadatan, pergaulan dan akhlak serta ilmu pengetahuan.

Secara umum pokok kandungan al-Qur’an meliputi berbagai aspek yang menuntun manusia untuk dapat memahami, meyakini dan

26

Abdurahman Arroisi, Laju Zaman Menentang Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), h. 3.

27

Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah Pengantar Ke Arah Metodologi, (Bandung : Yayasan Syahida, 1997), h. 85


(42)

sekaligus mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, antara lain yaitu : aqidah, ibadah, mua’malah, akhlak, sejarah, dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta uraian mengenai anjuran, janji, dan ancaman.

Secara garis besar, materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam secara kaffah yang tidak dapat dipisahkan atau dipecah-pecah, sebagaimana yang dijabarkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta dikembangkan secara luas lagi sesuai kultur Islam yang murni serta bersumber dari keduanya. Namun sekalipun demikian, harus disadari bahwa dalam penyampaian materi dakwah juga memerlukan prioritas-prioritas lainnya, seperti situasi dan kondisi kemasyarakatan secara tepat.

D. Majelis Taklim

1. Pengertian Majelis Taklim

Kata Majelis Taklim terdiri dari dua kata, yaitu “Majelis” dan “Ta’lim”. Kata “Majelis” dalam bahasa arab berasal dari kata “Jalasa-Yajlisu” yang berarti duduk sedangkan kata “Majelis” merupakan “Ism Masdar” yang mengandung arti tempat duduk. Di dalam kamus bahasa Arab Munjid dikatakan bahwa kata ”Majelis” berarti tempat duduk yang didalamnya berkumpulnya orang-orang. Secara terminology, Majelis Taklim memiliki arti tempat untuk melakukan syiar dakwah Islam. Di dalam ensiklopedi Islam dikatakan juga secara definisi Majelis Taklim


(43)

33

adalah suatu tempat yang di dalamnya berkumpul sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan.

Dengan demikian penulis berargumen tentang Majelis Taklim adalah tempat berkumpulnya orang-orang untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, mengenai tempatnya itu dapat berupa masjid, rumah, mushollah atau juga tempat khusus yang di bangun suatu kegiatan. Kini, majelis taklim terorganisasi dalam struktur tingkat nasional yang disebut Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) yang diketuai oleh Hj. Tuti Alawiyah, dan mampu menyelenggarakan beberapa kali kegiatan yang positif.28

2. Fungsi Majelis Taklim

Majelis Taklim mempunyai fungsi sebagai berikut : d. Meluruskan akidah

e. Memotivasi umat untuk beribadah kepada Allah SWT dengan baik dan benar

f. Amar ma’ruf nahi munkar

g. Menolak kebudayaan negatif yang dapat merusak akidah umat

h. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa pada umumnya.

3. Klasifikasi Majelis Taklim

Keberadaan Majelis Taklim bagi kehidupan masyarakat memberikan keadaan positif karena nilai-nilai ajaran Islam perlahan-lahan meresap kedalam perilaku positif masyarakat dan sangat signifikan dalam menciptakan dan membina kesehatan mental mereka sendiri.

Majelis Taklim merupakan lembaga yang bersifat informal, sehingga pelaksanaannya tidak hanya di tempat peribadatan saja. Namun

28

Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1990), h. 186.


(44)

terkadang pada tempat-tempat umum lainnya kerap terjadi. Seperti halnya kantor, hotel, balai pertemuan dan lain-lain. Hal ini memberikan gambaran bahwa perbedaan itu bukan dikarenakan fungsinya tetapi mengikuti lingkungan anggota Majelis Taklim itu sendiri.

Dalam hal ini, dijelaskan mengenai pengklasifikasian berdasarkan lingkungan dan kegiatan-kegiatan organisasi, diantaranya:

a. Majelis Taklim pinggiran. Istilah ini menunjukkan pada masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya.

b. Majelis Taklim gedongan. Istilah gedongan ini,menunjukkan pada tataran masyarakat ekonomi menengah keatas dan terpelajar.

c. Majelis Taklim kompleks. Istilah kompleks ini menunjukkan pada instansi tertentu yang memfasilitasi karyawannya.


(45)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Biografi Ustad Taufiqurrahman

1. Riwayat Hidup Ustad Taufiqurrahman

Dalam pembahasan skripsi ini, penulis mencoba memaparkan berbagai hal yang berhubungan dengan da’i muda ini, beliau adalah Ustad Taufiqurrahman. Beliau dilahirkan di kota Jakarta, tepatnya pada tanggal 4 Juni 1980. Kultur Betawi cukup kental mengalir dalam dirinya, karena lahir dari orang tua, yang kedua-duanya asli Betawi yaitu (Alm) Bapak H. Moh Sidup dan Ibu Hj. Rohaya. Beliau anak kelima dari enam bersaudara.

Ustad Taufiqurrahman berstatus menikah dengan seorang gadis yang berasal dari kultur Betawi pula, istri beliau bernama Maspupah, beliau dikaruniai seorang anak laki-laki, yang bernama Muhamad Azril al-Ghifari. Usianya kini genap 4 tahun, keluarga kecil Ustad Taufiqurrahman sangatlah harmonis dan penuh dengan kasih sayang.1

Pada tahun 2004, beliau berhasil mendapat gelar Sarjana Hukum Islam di Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Fakultas Syariah. Hal itu memberikan gambaran bahwa profesi da’i memiliki kesinambungan dengan tamatan pilihan jurusan beliau pada saat kuliah. Beliau merupakan seorang aktivis terutama di bidang keagamaan. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa pengalaman organisasi yang beliau aktif di dalamnya. Di antaranya ketua umum Ikatan Da’i Muda (IDAM) pada tahun 2000 dan

1

Wawancara Pribadi dengan Ustad Taufiqurrahman, Jakarta, 15 April 2010.


(46)

beberapa aktivitas yang masih digelutinya hingga sekarang pimpinan yayasan santunan yatim piatu dan fakir miskin (SYAFAR-Berdiri tahun 1998), ketua Ubudiyah di musholla al-Hidayah di Bilangan Jakarta Selatan, Pembimbing Jama’ah Haji Khusus Pacto, beralamat di Hotel Park View, Kemang Jakarta Selatan.

Selain sebagai da’i, beliau pun dalam hal kepemimpinan pun memiliki berbagai perjalanan emas, diantaranya pada masa di bangku sekolah, beliau kerap kali mendapat kepercayaan sebagai ketua, diantaranya Ketua Osis MTsN-1 Jakarta (1995), Ketua Osis Madrasah Aliyah Keagamaan (1997), Ketua Muharik al-Lughoh Arab di Pesantren Syamsul Ulum(1998). Dan berbagai pengalaman kepemimpinannya telah memberikan pengalaman positif pada perjalanan hidup beliau.

Beliau adalah salah satu da’i yang berasal dari suku Betawi sehingga tidak heran baginya mengangkat pantun sebagai gaya humor khas beliau, hal ini tidak dirasakan asing bagi para jamaah pengajian beliau. Beliau pun tidak asing bagi penulis karena kiprahnya di lingkungan sekitar daerah penulis, beliau merupakan satu tokoh agama yang memiliki aktivitas dakwah yang bersifat rutinitas. Selain itu, beliau memiliki Majlis Taklim sendiri namun usia pengajian tersebut masih terbilang muda, berjalan sekitar tiga tahun. Maka dalam penelitian ini mencoba menjadikan Masjid Taklim Abiturien al-Falah sebagai sumber responden karena kiprah beliau di masjid taklim ini pun tidak perlu diragukan.


(47)

37

2. Latar belakang Pendidikan Ust.Taufiqurrahman

Beliau mengawali karier pendidikannya pada tahun 1987-1993, dengan bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 4 Kalibata. Setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut, beliau melanjutkan studinya di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Jakarta dari tahun 1993-1996.

Kemudian untuk jenjang sekolah menengah atas, Ustad Taufiqurrahman menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Aliyah (keagamaan) Syamsul ’Ulum Sukabumi. Untuk studi perkuliahannya, beliau meneruskan karier pendidikannya di Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Fakultas Syariah dari tahun 2000-2004.2

3. Aktivitas Dakwah Ust.Taufiqurrahman

Dengan kesibukannya yang padat di aktivitas dakwahnya, beliau merupakan salah satu da’i yang sering menjadi narasumber di berbagai stasiun TV. Di bawah ini merupakan beberapa kegiatan dakwahnya yang berhasil penulis dapatkan, yaitu sebagai berikut :

a. Komentator pada acara Pildacil 4, yang diselenggarakan oleh stasiun LATIVI

b. Acara ”Dorce Show”, komentator secara agama sebagai bintang tamu (2006) di TRANS TV

c. Acara ”Tutur Hikmah”sebagai narasumber di TV7 (2006)

d. Acara Kalam bersama Sandrina Malakiano sebagai narasumber (2007) di ANTV

2


(48)

e. Pengisi acara rutin ”Ceria Ramadhan” bersama Ustad Ahmad Habasyi(2007) di SCTV

f. Komentator tetap pada acara ”Seleb Kena Batunya” yang diadakan oleh LATIVI (2007)

g. Komentator tetap pada acara ”Ramadhannya Farhan” (2007) di ANTV h. Narasumber pada acara Titian Kalbu” (2008) di TVONE

i. Presenter sekaligus narasumber pada ”Kalam Special Idul Adha” (2008) di ANTV

j. Sebagai narasumber tetap dalam acara live ”Curhat Bareng Ustad” (2008) di ANTV

k. Sebagai narasumber di "acara ”Menuju Kemenangan” yang diselenggarakan oleh GLOBAL TV (2008)

l. Pengisi acara dan narasumber tetap di acara “Sahur Cagur” selama Bulan Ramdhan 2009 yang diselenggarakan oleh Global TV

m. Narasumber pada acara “ Ramadhannya Farhan” (2008) di ANTV n. Sebagai narasumber di acara “Titian Qolbu”di TV ONE, pada tahun

2009 sampai sekarang3

Beberapa kegiatan yang penulis rangkumkan di atas, merupakan aktivitas beliau di media TV, namun aktivitas di luar media TV diantaranya sebagai ketua di masjid as-Syasul Falah. Beliau menjadi perencana terhadap kegiatan dan dakwah di daerah sekitar masjid tersebut yang tidak jauh dari tempat beliau tinggal. Dalam aktivitas dakwah beliau

3


(49)

39

cukup luas, hal itu dibuktikan dengan jam terbang beliau ke berbagai propinsi di luar pulau Jawa.

Beliau mengawali karir bermula sebagai seorang qori’ kemudian karena kealiman dan kepahaman beliau dibidang agama membuat beliau tertantang untuk mencoba menjadi seorang mubaligh atau Da’i dan pada akhirnya mendapat perhatian masyarakat hingga sekarang.

4. Contoh Pantun Ust. Taufiqurrahman Buah manggis dibawa-bawa

Anak pitung makan ketumbar Jamaah sini manis bila tertawa Membuat hati saya berdebar-debar

Barang antik di kursi goyang Kepunyaan opah dan omah Perempuan cantik bilang sayang Tapi cinta Papa hanya untuk Mamah Naik kereta turun tegal

Makan roti dibelah dua

Kalau cinta bang saya jangan ditinggal Sehidup semati kita berdua

Kelapa puan ada setangkai Boleh beli di pasar Slipi Ilmu apa yang abang pakai Siang malam saya kebawa mimpi

Beribu ribu burung Gelatik

Hanya satu yang terbang melayang Beribu ribu gadis cantik

Hanya Istriku yang palingku sayang

Kalau anda punya keris

Tancapkan saja ke ikan Hiyou Kalau kamu mengerti bahasa Inggris Terus terang saja I Love You

Beli kopiya dipasar Tanah Abang Dipakainya tuk sembahyang Rasa rindu saya kepada Abang Membuat hati jadi terbayang-bayang

Menuntut ilmu jangan kapok-kapok Walaupun sampai dewasa

Kalau Cinta jangan kata baru Depok Biar jauh juga juga tak terasa


(50)

Sampai Cisaat beli kelapa Amalan apa sih yang dijalani Sehingga setiap saat tak Lupa

Boleh dibagi sama tetamu Ilmu apa sih yang abang pakai

Kok saya rasanya jadi pengen ketemu Burung gelatik turun kebawa

Burung merpati lagi di umbar Jamaah disini manis bila tertawa Membuat hati jadi berdebar

Buah manggis buah belewa Dimakannya setelah berenang Jamaah disini manis kalau tertawa Membuat kita jadi pada senang Beli sorban jumlahnya lima

Di kramat jati naik taksi Ibadah qorban yang keterima yang dilandasi hati bersi

Barang antik dibawa-bawa Boleh dibagi orang Blitar Jamaah disini manis bila tertawa Membuat hati jadi gemetar Burung merpati dari Pak Selamat

Terbangnya melayang-layang Kalau hidup mau selamat Jangan tinggalkan sembahyang

Pergi sekolah naik sepedah Bawa lakban dan bonekah Jangan salah menafsirkan ibadah Karena qorban juga termasuk sedekah Pergi haji ke Mekah

Mau melontar mencari batu Biar hidup tambah Barokah Sayangilah Yatim piatu

Pergi haji ke Mekah

Lagi disana ketemu Pak Lurah Kalau hidup mau tambah barokah Jadilah hamba yang pemurah

Beli merpati di Kampung Keramat Warnanya putih dan biru

Kalau hidup mau selamat

Marilah kita laksanakan nasihat Guru

Jalan-jalan ke Kampung Keramat Perginya naik sepedah

Kalau hidup mau selamat Biar pandai menjaga lidah


(51)

41

Minum jamu bareng Pa Hasan Yang baru ketemu di Pondok Indah Menuntut ilmu tidak boleh bosan Karena dengan ilmu segalanya mudah

Ada tamu tidak boleh gelisah Kalau perlu ajak tamu naik dokar Hidup tanpa ilmu bukan hanya susah Tapi tanpa ilmu segalanya sukar Dari pondok indah ke empang tiga

Di Empang tiga liat orang sedang cukur Terasa indah berumah tangga

Ketika semuanya pada akur

Sumur zam zam sumur keramat Airnya segar dan jadi obat Kalau hidup mau selamat

Harus selalu tegar untuk bertaubat Membeli kacamata di pangkalan jati

Liat orang berenang minumnya kendih Istri yang cintanya benar-benar sejati Yang siap menemani suami disaat sedih

Dari Mekah langsung ke Madina Di Madina juga biar rajin tuk ziarah Kalau hidup mau berkah dan bermakna Janganlah jadi orang pemarah

Aye pengen makan mi

Tapi mi nya yang di Cilambar Aye pengen punya suami Tapi suami yang penyabar

Pagi-pagi makan mentega Makannya didalam rumah

Mudah-mudahan kita bisa masuk sorga karena gemar mendengar ceramah Dari jauh kayak pohon randu

Sudah deket ternyata hanya benalu Aye sebenarnya uda bener2 rindu Sudah deket kok jadi malu

Aye pengen ke Sikabumi

Tapi jalannya lewat jalan layang Aye pengen punya suami

Tapi suami yang penyayang Orang arab makan urap

Penjual urap pake kain

Siang kuharap, malam kuharap Eh, ternyata jatuhnya ke orang lain

Aye pengen makan emping Tapi emping yang di Samarindah Aye pengen punya pendamping Tapi pendamping yang rajin ibadah


(52)

B. Sekilas Gambaran Umum Majelis Taklim Abiturien al-Falah 1. Sejarah Berdiri Majelis Taklim Abiturien al-Falah

Majelis Taklim Abiturien al-Falah yang beralamat di Jl. Kandang Besar No.6 Kecamatan Cakung, kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur merupakan lembaga dakwah yang memiliki tujuan untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis dan dinamis serta menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran agama Islam yang menyeluruh dan hakiki di ruang lingkup masyarakat yang heterogen. Pada awalnya Majelis Taklim ini hanya merupakan pengajian kecil namun karena antusias masyarakat meningkat maka didirikanlah Majelis Taklim ini.

Majelis Taklim didirikan pada Tahun 1980-an oleh keluarga H. Radjung dan Hj. Marhanih.4 Majelis Taklim Abiturien ini merupakan bagian dari Majelis Taklim al-Falah yang berlokasi tidak jauh dari Majelis Taklim Abiturien al-Falah. Bangunan yang dijadikan Majlis Taklim ini adalah tanah dari keluarga Bapak H. Radjung yang merespon positif terhadap peningkatan nilai-nilai keagamaan di masyarakat agar terbina dakwah Islamnya.

2. Tujuan dan Program Kerja Majelis Taklim Abiturien al-Falah

Agar kegiatan Majelis Taklim berjalan dengan lancar, maka harus memiliki tujuan dan program kerja. Begitu juga dengan Majelis Taklim Abiturien al-Falah ini. Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh Majelis Taklim Abiturien al-Falah melalui kegiatan-kegiatannya antara lain :

4

Wawancara Pribadi dengan Siti Rahmayanti, Pimpinan Majelis Taklim Abiturien al-Falah, Jakarta, 24 April 2010.


(53)

43

a. Mewujudkan kehidupan yang harmonis dan dinamis yang menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam yang kental dan hakiki.

Dalam rangka membina serta mengembangkan kegiatan-kegiatan di Majelis Taklim Abiturien al-Falah, diperlukan adanya program kerja dan kegiatan yang konkrit dan sistematis. Sehingga dapat bermanfaat dan berdaya guna bagi masyarakat sekitar, serta menguatkan tali silaturahmi yang terjalin diantara para jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah.

Adapun program-program kerja dari Majelis Taklim Abiturien al-Falah adalah sebagai berikut :

1) Departemen Sosial dan Kemasyarakatan5 a) Mengadakan Santunan Yatim Piatu b) Khitanan Massal

2) Departemen Pendidikan dan Dakwah c) Pengajian mingguan pada hari Sabtu d) Peringatan Hari Besar Islam

e) Kegiatan Ramadhan 3) Departemen Dana Investasi

a) Pengelola Tabungan Jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah b) Pengelola Dana BMT

b. Mempererat tali Ukhuwah Islamiyah

Dengan adanya Majelis Taklim Abiturien al-Falah ini, masyarakat memiliki sarana untuk mempererat tali Ukhuwah Islamiyah. Masyarakat sekitar dapat berkumpul, tatap muka serta bertukar pikiran dalam kegiatan pengajian rutin. Dengan intensitas yang cukup dalam pengajian di Majelis Taklim Abiturien al-Falah ini, masyarakat dapat lebih sering membaur dan berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan sosial, khususnya dalam bidang keagamaan.

5


(54)

Selain itu, ada manfaat lain yang dapat diambil. Dengan seringnya masyarakat berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan di Majelis Taklim Abiturien al-Falah, maka motivasi dan rasa gotong royong para jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah semakin bertambah dan berlipat seiring rutinnya kegiatan keagamaan yang sering diadakan.

Dalam kegiatan Majelis Taklim ini mengadakan kegiatan rutin pengajian setiap hari Sabtu pukul 09.00-11.00 WIB, kegiatan pengajian tersebut berisi shalawatan, pembacaan surah Yasin dan terpenting adalah ceramah keagamaannya.6 Salah satunya adalah Ustad Taufiqurrahman sebagai peceramah dalam kegiatan pengajian di Majelis Taklim tersebut dua kali dalam sebulan.

3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Abiturien al-Falah

Dalam mewujudkan program kerja yang konkrit dan sistematis, juga diperlukan adanya sumber daya manusia yang tergabung dalam struktur organisasi Majelis Taklim Abiturien al-Falah. Dengan adanya susunan struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas, maka diharapkan program-program kerja yang dicanangkan dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan dari dibentuknya Majelis Taklim Abiturien al-Falah.

Adapun susunan struktur organisasi dari Majelis Taklim Abiturien al-Falah adalah sebagai berikut :

6


(55)

45

Pelindung : Ibu Hj.Aisyah Thoyib Penasehat : Ibu Hj.Marhanih Ketua : Ibu Siti Rahmayanthi Wakil Ketua : Ibu Masrofah

Sekretaris : Ibu Yeyet Supriati Bendahara : Ibu Maspupah

Divisi Departemen Sosial Kemasyarakatan: Ibu Iyus Sulistiawati Divisi Pendidikan dan Dakwah: Ibu Ida Rosyidah

Divisi Dana dan Investasi: Ibu Latifah Divisi Pengajar: a. Ustad Taufiqurrahman

b. Ustad Dedi Wahyudi


(56)

USTAD TAUFIQURRAHMAN

Kegiatan kerohanian terutama dalam bentuk pengajian rutinan sudah cukup lama dilaksanakan secara efektif di Majelis Taklim Abiturien al-Falah ini. Waktu pelaksanaannya setiap hari Sabtu sekitar pukul 09.00-11.00. Di dalam kegiatan dakwah, ada beberapa da’i atau da’iah yang memiliki tanggung jawab menyampaikan materi keislaman, dan Ustad Taufiqurrahman termasuk salah satu diantaranya.

Dalam hal ini, Ustad Taufiqurrahman memiliki keunikan tersendiri dalam penyampaian dakwahnya. Beliau menggunakan pantun sebagai bentuk pilihan humornya. Dengan menyisipkan pantun, berharap jamaah dapat merasakan kesan berbeda terhadap pantun dan dakwahnya.

Penyampaian dakwah Ustad Taufiqurrahman berkaitan dengan materi yang disampaikan berkisar tentang aqidah, fiqh, ibadah, dan lainnya. Materi ini disampaikan dengan metode yang menarik agar jamaah termotivasi untuk terus mengikuti materi yang disampaikan, hal ini berperan terhadap peningkatan perhatian jamaah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel di bawah ini mengenai peranan pantun dalam ceramah Ustad Taufiqurrahman dan dampaknya terhadap peningkatan perhatian jamaah.

Untuk mengetahui peran pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman, penulis telah menyebarkan angket sebanyak 50 kepada jamaah atau 25% dari jumlah jamaah tetap yang hadir. Dalam penelitian ini, angket yang disebarkan


(57)

47

kepada jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yang terdiri dari :

1. Identitas responden terdiri dari 3 (tiga) pertanyaan.

2. Fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman yang terdiri dari 9 (Sembilan) pertanyaan.

3. Respon Jamaah terhadap pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman yang terdiri dari 9 (Sembilan) pertanyaan.

Dari 50 angket yang disebarkan kepada jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

A. Identitas responden terdiri dari 3 tabel Tabel 1

Kategorisasi Usia Jamaah Yang Sering Mengikuti Pengajian Majelis Taklim Abiturien al-Falah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 20-30 (tahun) 10 20 %

2 31-40 15 30 %

3 41-50 12 24 %

4 51-60 13 26 %

Jumlah 50 100 %

Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa para responden yang paling banyak mengikuti pengajian Majelis Taklim Abiturien al-Falah dari segi umur, adalah 30 % berkisar antara usia 31-40 tahun, 26 % antara usia 51-60 tahun, 24 % antara usia 41-40 tahun, dan 20 % antara usia 20-30 tahun.

Maka dari data di atas, usia 31-40 tahun merupakan jumlah tertinggi dalam kategori ini. Hal ini dikarenakan keberadaan Majelis Taklim ini sudah


(58)

cukup lama keberadaanya, sehingga jamaahnya pun mengalamai proses regenerasi dari jamaah sebelumnya.

Tabel 2

Tamatan Pendidikan Responden

No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 SD / Madrasah 5 10 %

2 Tsanawiyah / SMP 10 20 %

3 Aliyah / SMA 20 40 %

4 Kuliah / Universitas 15 30 %

Jumlah 50 100 %

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para responden beragam dan yang paling banyak antara lain : 40 % lulusan Aliyah/SMA, 30 % lulusan S I, 20 % lulusan Tsanawiyah/SMP, dan 10 % lulusan SD/Madrasah.

Dari data diatas, lulusan tertinggi adalah Aliyah/SMA. Hal ini dikarenakan, lingkungan sekitar Majelis Taklim berada pada level menengah ke bawah, sehingga alternatif jawaban lulusan Aliyah/SMA merupakan tamatan pendidikan terbanyak bagi jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah.

Tabel 3

Karakteristik Latar Belakang Pendidikan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Umum 15 30 %

2 Agama 35 70 %


(59)

49

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa karakteristik latar pendidikan tertinggi adalah 70 % berlatar belakang pendidikan agama dan 30 % dari latar belakang pendidikan umum.

Dari data tersebut diatas, karakteristik latar belakang pendidikan tertinggi di Majleis Taklim Abiturien al-Falah adalah latar belakang dibidang agama. Hal ini dikarenakan jamaah Majelis Taklim yang mayoritas masyarakat Betawi, umumnya bersekolah di pesantren, masyarakat Betawi memiliki lingkungan yang sangat menerima positif terhadap berbagai aktivitas keagamaan sehingga tidaklah heran jika masyarakat Betawi sangatlah kental nilai-nilai agama islamnya dalam kehidupan keseharian mereka, hal ini tercermin dari jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah

B. Fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurahman Tabel 1

Pantun Merupakan Salah Satu bentuk Humor Ustad Taufiqurrahman

No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 12 24 %

2 Setuju 38 76 %

3 Tidak Setuju 0 0 %

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 50 100 %

Dari tabel diatas terlihat bahwa, 24 % responden menjawab sangat setuju pantun sebagai salah satu bentuk humor dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman, 76 % responden menjawab setuju, dan tidak ada orang yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pantun sudah menjadi salah


(60)

satu gaya humor Ustad Taufiqurrahman dan kerap kali figur beliau di media TV sebagai da’i menjadi akrab bagi pemirsa karena pantunnya, namun hal tersebut tidak menghilangkan mengenai inti dari materi yang disampaikan dan begitu pun jamaah Majelis Taklim Abituren al-Falah.

Tabel 2

Pantun Ustad Taufiqurrahman dikemas secara menarik

No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 16 32 %

2 Setuju 34 68 %

3 Tidak Setuju 0 0 %

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 50 100 %

Dari data tabel diatas, 32 % responden menjawab sangat setuju pantun karya Ustad Taufiqurrahman dikemas secara menarik. 68 % responden menjawab setuju, dan tidak ada orang yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Selain menjadi ciri khas dalam setiap humor dakwahnya, pantun karya Ustad Taufiqurrahman juga dikemas secara menarik agar dapat menghilangkan kejenuhan yang dirasakan para jamaah Majelis Taklim Abi turien al-Falah.


(61)

51

Tabel 3

Pantun Dalam Dakwah Ustad Taufiqurrahman Sangat Menghibur

No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 27 54 %

2 Setuju 23 46 %

3 Tidak Setuju 0 0 %

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 50 100 %

Dari data tabel diatas, 54 % responden menjawab sangat setuju pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman sangat menghibur. 46 % responden menjawab setuju, dan tidak ada orang yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini dikarenakan humor memiliki daya tarik tersendiri bagi seorang komunikator / da’i. selain itu, pantun merupakan warisan budaya melayu yang ternyata mampu memberikan suasana menyenangkan bagi jamaah dalam kegiatan ceramah.

Tabel 4

Dakwah Tanpa Humor Tidak Menarik

No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 15 30 %

2 Setuju 20 40 %

3 Tidak Setuju 15 30 %

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 50 100 %

Dari data tabel diatas, 30 % responden menjawab sangat setuju ceramah tanpa humor tidak menarik. 40 % responden menjawab setuju, dan 30


(62)

% menjawab tidak setuju. Bagi para jamaah yang berkategori usia 50-60 tahun, terutama yang memiliki latar pendidikan tinggi menganggap bahwa mereka sangat mementingkan isi pesan dakwah daripada humor itu sendiri.

Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa 15 responden atau 30 % dari jamaah mengatakan tidak setuju jika dakwah tanpa humor tidak menarik.Oleh karena itu Ustad Taufiqurrman atau penceramah lain pun harus mampu meningktkan isi materi dakwah sehingga terdapat muatan hikmah yang lebih banyak.

Tabel 5

Pantun Ustad Taufiqurrahman Dapat Menghilangkan Kejenuhan Terhadap Dakwah Yang Monoton

No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 30 60 %

2 Setuju 18 36 %

3 Tidak Setuju 2 4 %

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 50 100 %

Dari data tabel diatas, 60 % responden menjawab sangat setuju jika pantun Ustad Taufiqurrahman dapat menghilangkan kejenuhan terhadap dakwah yang monoton. 36 % responden menjawab setuju, dan 4 % menjawab tidak setuju. Sebagai seorang da’i, Ustad Taufiqurrahman perlu melakukan kreatifitas agar mampu menstabilkan terhadap keberagaman latar belakang jamaah dan mampu memberikan kontribusi positif bagi tersampaikannya pesan dakwah Islam.


(63)

53

Tabel 6

Pantun Ustad Taufiqurrahman dapat Meningkatkan Perhatian

No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 11 22 %

2 Setuju 29 58 %

3 Tidak Setuju 7 14 %

4 Sangat Tidak Setuju 3 6 %

Jumlah 50 100 %

Dari data tabel diatas, 22 % responden menjawab sangat setuju dakwah Ustad Taufiqurrahman dengan pantunnya dapat meningkatkan perhatian, 58 % responden menjawab setuju, 14 % menjawab tidak setuju dan 6 % menjawab sangat tidak setuju.

Tabel 7

Humor Pantun Dapat Membantu Pendekatan Secara Emosional Pada Dakwah Ustad Taufiqurrahman

No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 17 34 %

2 Setuju 30 60 %

3 Tidak Setuju 3 6 %

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 50 100 %

Dari data tabel diatas, 34 % responden menjawab sangat setuju humor pantun dapat membantu pendekatan secara emosional pada dakwah Ustad Taufiqurrahman. 60 % responden menjawab setuju, dan 6 % menjawab tidak setuju. Hal ini dikarenakan humor pantun begitu disukai oleh kalangan


(64)

jamaah, sehingga dapat lebih memudahkan melakukan pendekatan secara emosional dalam ceramah Ustad Taufiqurrahman.

Tabel 8

Pantun Ustad Taufiqurrahman Dapat Membantu Dalam Memahami Isi Dakwah No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 20 40 %

2 Setuju 25 50 %

3 Tidak Setuju 5 10 %

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 50 100 %

Dari data tabel diatas terlihat bahwa, 40 % responden menjawab sangat setuju jika pantun Ustad Taufiqurrahman dapat membantu dalam memahami isi ceramah. 50 % responden menjawab setuju, 10 % menjawab tidak setuju dan tidak ada orang menjawab sangat tidak setuju. Dalam memahami isi pesan dakwah diperlukan suasana yang kondusif dan tidak dalam kondisi membosankan, sehingga pantun Ustad Taufiqurrahman diperlukan untuk menciptakan suasana kondusif. Sehingga isi pesan dakwah dapat tersampaikan dengan baik kepada jamaah.

Tabel 9

Pantun Ustad Taufiqurrahman Merupakan Seni Berbicara/ Pengolahan kata No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 12 24 %

2 Setuju 35 70 %

3 Tidak Setuju 3 6 %

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %


(1)

A. Fungsi Pantun

No Daftar Pertanyaan SS S TS STS SKOR

1 Pantun merupakan salah satu bentuk humor dalam

dakwah Ustad Taufiqurrahman

2 Ustad Taufiqurrahman sangat menarik dalam

mengkemas pantun sebagai humor beliau dalam berdakwah

3 Humor pantun Ustad Taufiqurrahman sangat

menghibur jamaah

4 Dakwah yang tidak diselingi humor, tidak menarik

5 Pantun pada dakwah ust.Taufiqurrahman sangat

membantu menghilangkan kejenuhan dari dakwah yang monoton

6 Dakwah Ustad Taufiqurrahman dapat

meningkatkan perhatian

7 Pantun dalam dakwah ust Taufiqurrahman dapat

membantu dalam pendekatan secara emosional dengan jamaah

8 Pantun ust Taufiqurrahman dapat membantu

jamaah dalam memahami isi pesan dakwah dengan baik

9 Pantun ust Taufiqurrahman merupakan salah satu

daya pikat dalam seni berbicara/pengolahan kata

B. Respon Jamaah Terhadap Pantun Ustad Taufiqurrahman

No Daftar Pertanyaan SS S TS STS SKOR

1 Jamaah menyukai dakwah Ustad Taufiqurrahman

2 Pantun ust Taufiqurrahman memberikan

perasaan senang

3 Ibu sangat menyenagi pantun ust Taufiqurrahman

4 Pantun Ustad Taufiqurrahman Dapat

Memberikan Nasehat / Kata Bijak

5 Jamaah Aktif Dalam Sesi Tanya Jawab

6 Mendengarkan dengan serius dan fokus

merupakan bentuk peningkatan perhatian jamaah

7 Pantun memberikan dampak positif terhadap

dakwah Ustad Taufiqurrahman

8 Peningkatan perhatian berpengaruh terhadap

pemahaman isi pesan dakwah

9 Pemahaman isi pesan dakwah dapat berdampak

peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari bagi para jamaah


(2)

Transkip Wawancara

Nama : Ibu Novianti

Jabatan : Jamaah Majlis Taklim Abi Turen al-Falah

Hari/Tanggal : Sabtu/24 April 2010

Tempat : Majlis Taklim

1. Apakah ibu sering menghadiri pengajian rutin Majlis Taklim Abiturien al-Falah?

Ya,saya usahakan untuk setiap sabtu untuk mengikuti pengajian. Selain untuk menambah pengetahuan agama sekaligus saya dapat bersilaturahmi dengan jamaah lainnya.

2. Bagaimana pendapat ibu tentang dakwah Ustad Taufiqurrahman?

Sosok Ustad Taufiqurahman sangat terkenal baik di media TV maupun masyarakat sekitar sini karena banyaknya aktivitas dakwah beliau. Mengenai masalah ceramah Ustad Taufiqurrahman biasanya seputar materi fiqh dan problematika masyarakat kontemporer,ceramah yang disampaikan sangat menarik karena dikemas cukup baik.

3. Apakah dakwah Ustad Taufiqurrahman sangat menarik? jelaskan

Ya, terutama terhadap gaya humornya yaitu pantun. Materi yang disampaikan cukup berkualitas dengan merefererensikan dengan kitab-kitab Islam yang cukup terkenal.


(3)

4. Bagaimana pendapat ibu tentang pantun sebagai bentuk humor dalam dakwah ustad taufiqurrahman?

Menarik dan memasukannya dalam berdakwah, dan melihat jamaah cukup merespon dengan positif sekali.

5. Apa fungsi pantun dalam dakwah ustad Taufiqurrahman?

Sebagai media menghibur atau daya tarik agar jamaah tidak jenuh dalam proses mendengarkan ,humor dirasa cukup perlu untuk menyatukan perbedaan latar belakang namun tidak menghilangkan esensi penting dari pesan dakwah yang harus disampaikan.

6. Bagaimana respon jamaah terhadap pantun?

Ya , melihat dari antusias positif jamaah terhadap pantun ust Taufiqurrahman.

7. Bagaima menurut ibu jika dakwah ust Taufiqurrahman tanpa disertai

dengan pantun?

Menurut saya untuk menjadi seorang pembicara, perlu rasanya memiliki daya pikat yang menarik agar dakwah Islam tidak ditinggalkan oleh masyarakat. Tetap menarik namun alangkah baiknya jika dipakai.

8. Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek

kognitif(pengetahuan)?

Ya, pantun ust Taufiqurrahman dalam kata-kata yang dipakai, selain menggunakan istilah atau gaya bahasa Betawi, ada juga istilah atau nasihat dakwahnya.

9. Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek


(4)

Ya, membuat senang atau terhibur.

10.Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek

behavior(penrilaku)?

Ya, Karena dikemas secara menarik maka saya menjadi fokus dalam mendengarkan,mencatat materi yang disampaikan ustad dan aktif bertanya.

11.Apakah dakwah ust Taufiqurrahman dapat dengan mudah dipahami dan

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari?

Ya, terutama hal-hal bagi seorang wanita, seperti bersuci saat haid,nifaz maupun hal-hal penting lainnya.


(5)

Transkip Wawancara

Nama : Ibu Indriwati

Jabatan : Jamaah Majlis Taklim Abi Turen al-Falah

Hari/Tanggal : Sabtu/24 April 2010

Tempat : Majlis Taklim

1. Apakah ibu sering menghadiri pengajian rutin Majlis Taklim Abiturien al-Falah?

Ya , selain dekat dengan rumah, suamipun mengizinkan.

2. Bagaimana pendapat ibu tentang dakwah Ustad Taufiqurrahman?

Sangat bagus dan menarik terutama referensi kitab yang dipakai.

3. Apakah dakwah Ustad Taufiqurrahman sangat menarik?jelaskan

Ya , baik metode maupun materi yang disampaikan.

4. Bagaimana pendapat ibu tentang pantun sebagai Sebagai salah satu bentuk humor Ustad Taufiqurrahman?

Ya ,saya rasa humor itu cukup perlu. Selama humor dikemas secara tidak berlebihan, saya sangat merespon positif.

5. Apa fungsi pantun dalam dakwah ust Taufiqurrahman?

Pantun sebagai salah satu bagian dari humor, yang dapat memberikan rasa senang dan terhibur terhadap materi dakwah yang terkesan formil.

6. bagaimana respon jamaah terhadap pantun?

Ya , jamaah sangat menerima positif terhadap pantun yang disampaikan dan jamaah cukup fokus dalam memberi perhatian terhadap dakwah yang disampaikan.


(6)

7. Bagaima menurut ibu jika dakwah ustad Taufiqurrahman tanpa disertai dengan pantun?

Pantun bagi saya hanya penunjang tapi esensi utamanya pesan dakwah yang disampaikan.

8. Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek

kognitif(pengetahuan)?

Ya , baik nasihat maupun istilah Islam.

9. Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek

afektif(perasaan)?

Ya, menimbulkan perasaan senang.

10.Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek

behavior(penrilaku)?

Ya , saya menjadi antusias dan tidak sibuk mengobrol ketika ceramah berlangsung.

11.Apakah dakwah ustad Taufiqurrahman dapat dengan mudah dipahami dan

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari?

Ya, karena dikemas dengan menarik dan mudah dipahami kata-katanya dan berhubungan materi yang urgen di masyarakat.