Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik

rakyatnya dan bukan sebagai kesempatan bagi rakyat dalam mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah atau bahkan memilih pemimpin pemerintahan. Pemberian suara bukanlah satu-satunya bentuk partisipasi, tetapi masih banyak bentuk partisipasi politik yang bersifat continue dan tidak terbatas pada masa pemilihan umum saja. Contoh di Amerika, walaupun masyarakatnya tidak terlalu bergairah dalam melakukan pemberian suara pada waktu pemilihan umum, tetapi mereka lebih aktif berperan untuk mencari pemecahan masalah-masalah masyarakat dan lingkungannnya melalui kegiatan lain, juga mereka lebih cenderung menggabungkan diri dalam organisasi politik, bisnis, buruh, petani dan sebagainya. 25

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik

Manusia merupakan makhluk sosial politik, karena itu dalam setiap gerak langkah kehidupan mereka sangat membutuhkan bantuan dari orang lain. Hal tersebut didasarkan pada upaya masing-masing individu untuk mencapai tujuannya. Dalam upaya memenuhi setiap kebutuhan hidup banyak faktor yang menjadi pertimbangan. Begitu pula dalam partisipasi politik, alasan-alasan yang dimiliki oleh individu akan mempengaruhi sejauhmana partisipasi politiknya akan dilaksanakan. Agar mereka memiliki nilai tawar dalam segala bentuk kebijakan politik. Partisipasi politik antara masyarakat yang satu terhadap masyarakat yang lain berbeda-beda sesuai dengan kadar dan tingkatan partisipasi politik yang juga berbeda. Tidak semua orang yang mau berpartisipasi dalam kehidupan politik. Di dalam kenyataan hanya sedikit orang yang mau berpartisipasi aktif dalam 25 Mirriam Budiarjo, Partisipasi partai Politik,h.10 kehidupan politik. Dan lebih besar jumlah orang yang tidak mau berpartisipasi dalam kehidupan politik. Sikap politik masyarakat yang berhubungan dengan tingkat partisipasinya ada yang berwujud apatisme, sinisme, alienasi dan anomi. Apatisme politik adalah sikap yang dimiliki orang yang tidak berminat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala umum atau khusus yang ada di dalam masyarakatnya. Orang yang apatis adalah orang pasif, yang mengandalkan perasaan dalam mengahadapi permasalahan. Ia tidak mampu melaksanakan tanggung jawabnya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan selalu merasa terancam. Sinisme politik adalah sikap yang dimiliki orang yang menghayati tindakan dan motif orang lain dengan perasaan curiga. Orang-orang yang sinis beranggapan bahwa politik merupakan urusan yang kotor, bahwa para politisi itu tidak dapat dipercaya. Robert Agger dalam buku Pengantar Sosiologi Politik karya Michael Rush dan Phillip Althof menyatakan bahwa sinisme adalah sebagai kecurigaan yang buruk dari sifat manusia. Alienasi politik adalah perasaan keterasingan seseorang dari kehidupan politik dan pemerintahan masyarakat. Anomi terpisah politik adalah perasaan kehilangan nilai dan arah hidup, sehingga tak bermotifasi untuk mengambil tindakan-tindakan yang berarti dalam hidup ini. 26 Pada saat ini, partisipasi politik yang dilakukan oleh warga negara semakin luas. Muiz Ruslan mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi politik masyarakat ada empat yaitu keyakinan agama, 26 Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2001, h. 155 jenis kultur politik, karakter lingkungan politik dan faktor personal. Yang termasuk faktor personal adalah motifasi pribadi, kemampuan, kecakapan dan keyakinan kekuatan individu untuk mempangaruhi kebijakan pemerintah. 27

a. Keyakinan Beragama

Islam sebagai agama yang universal tidak hanya mengajarkan akidah, fiqih, moral dan etika. Tetapi Islam juga mengatur syariah sebagai norma yang wajib diikuti oleh manusia. Fungsi dari syariah tersebut adalah sebagai aturan dalam melakukan hubungan antara satu individu dengan individu yang lain dalam segala aspek kehidupan. Baik bersifat individual, keluarga maupun sosial kemasyaratan dan hubungan-hubungan yang lainnya yang lebih luas. Islam membawa syariah yang dapat mewujudkan kepentingan ummat dan negara berdasarkan prinsip-prinsip yang rasional dan memenuhi kebutuhan hidup negara. Untuk menjamin terlaksananya hukum-hukum Tuhan dikehendaki adanya suatu kekuatan yaitu negara. Negara merupakan agency alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. 28 Keyakinan agama yang dimiliki oleh individu dapat mempengaruhi tingkat keterlibatan masyarakat dalam politik. Dalam masyarakat tradisional agama adalah suatu fenomena massa sedangkan politik tidak. Sebaliknya dalam masyarakat transisi agama dapat menjadi alat sehingga massa menjadi sadar politik. Islam sebagai agama yang sempurna ajaran-ajarannya telah mendorong pemeluknya untuk memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran, 27 Utsman Abdul Muiz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Solo, Era Intermedia, 2000, h. 101 28 Mirriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000, h. 38 mengkritik dan mengawasi penguasa. Apabila konsep ini diterapkan oleh umat Islam secara khusus dan manusia secara umum maka tingkat partisipasi individu dalam politik akan tinggi. Karena mereka telah memiliki dorongan spiritual yang bersifat personal dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan politik.

b. Jenis Kultur Politik

Ali Jalbi dalam Muiz Ruslan mengatakan terkadang kultural politik dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi secara aktif dalam politik bahkan akan menjadikan seseorang buta politik. Seperti kultur yang digambarkan oleh masyarakat pedesaan di Mesir dengan ungkapan “ yang penting bisa makan sambil menunggu ajal” . 29 Pendapat Ali Jalbi tersebut menjelaskan bahwa aspek budaya yang berkembang dalam suatu lingkungan masyarakat akan berpengaruh positif bahkan negative terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam lingkungan politik. Budaya politik merupakan persepsi manusia berupa pola sikapnya terhadap berbagai masalah politik dan peristiwa politik terbawa pula ke dalam pembentukan struktur dan proses kegiatan politik masyarakat maupun pemerintahan. Dengan demikian, setiap gejala social yang tercermin dalam tingkah laku berpolitik masyarakat menunjukkan partisipasi politik yang dilakukan. Secara umum budaya politik terbagi dalam tiga klasifikasi sebagai berikut: 30 1. budaya politik parochial parochial political culture 2. budaya politik kaula subject political culture 29 Muiz Ruslan, Pendidikan Ikhwanul Muslimin, h. 102 30 Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia: Suatu Model Pengantar, Bandung, Sinar Aglesindo, 1999,h. 30 3. budaya politik peranan participant political culture Dalam budaya parochial partisipasi politik yang dimiliki oleh anggota masyarakat biasanya bersatu dengan bidang ekonomi, keagamaan dan lainnya. Masyarakat dengan tipe budaya seperti ini memiliki kesadaran adanya pusat kekuasaan politik. Hal ini mengakibatkan mereka tidak menaruh minat terhadap obyek-obyek politik secara penuh. Dengan kata lain partisipasi politik yang dilakukan pada masyarakat dengan budaya parochial sangat kecil. Masyarakat dengan budaya kaula memiliki kesadaran lebih baik di banding masyarakat parochial dalam minat politik dan perhatian besar terhadap sistem politik. Tetapi kesadaran mereka sebagai pelaku politik sangat rendah. Mereka menganggap dirinya tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi atau mengubah sistem yang ada. Berbeda dengan masyarakat yang hidup dalam budaya politik peranan. Individu masyarakat dalam lingkungan budaya politik ini memiliki keyakinan bahwa diri mereka dengan orang lain merupakan bagian dari anggota aktif dalam politik. Oleh karena itu anggota masyarakat lebih memiliki kesadaran hak dan tanggung jawab politik yang dinyatakan dalam upaya pemanfaatan hak dan tanggung jawab tersebut. Dengan demikian masyarakat lebih aktif dalam berpolitik dan mampu mengembangkan partisipasi politik yang dimiliki. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa budaya politik yang berkembang dalam suatu lingkungan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas partisipasi politik yang dilakukan oleh masyarakat. Semakin baik kesadaran politik yang didukung oleh budaya politik peranan maka partisipasi politik yang dilakukan oleh masyarakat akan semakin tinggi.

c. Karakter Lingkungan Politik

Ramlan Surbakti menjelaskan empat jenis lingkungan yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat, yaitu 31 : 1. lingkungan sosial politik tidak langsung 2. lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor politik 3. struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu 4. lingkungan sosial politik Lingkungan sosial politik tidak langsung yang dapat mempengaruhi partisipasi serta politik yang dijalankan oleh masyarakat adalah sistem politik yang ada, system ekonomi, system budaya yang memasyarakat dan pemberitaan yang ditampilkan oleh media massa baik media cetak atau elektronik. Adapun lingkungan sosial politik langsung yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah keluarga, agama, sekolah, maupun kelompok pergaulan. Pada proses interaksi dengan lingkungan politik tadi seseorang individu mengalami sosialisasi. Sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi watak politik yang terlihat dalam aktivitas yang dilakukan. Struktur kepribadian dapat ditinjau dari landasan individu berperan dalam politik seperti kepentingan yang dimiliki, adaptasi politik, eksternalisasi dan 31 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992, h. 132 pertahanan diri. Kepentingan yang dimiliki artinya, penilaian seseorang terhadap suatu obyek ditentukan oleh minat dan kebutuhan atas obyek tersebut. Adaptasi politik penyesuaian diri artinya, penilaian terhadap suatu obyek dipengaruhi oleh keinginan untuk sesuai atau selaras dengan obyek tersebut. Sedangkan eksternalisasi dan pertahanan diri artinya, penilain seseorang terhadap obyek yang dipengaruhi oleh keinginan untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan diri dan ekternalisasi diri. Dengan kata lain minat dan kebutuhan atas politik merupakan standar penilaian terhadap partisipasi politik masyarakat. Muiz Ruslan menjelaskan pengaruh lingkungan politik terhadap partisipasi politik, bahwa dalam masyarakat yang menghormati supremasi hukum dan kebebasan politik, sistem politiknya bersifat multi partai, mengakui hak kritik dan partisipasi rakyat akan banyak memberi kesempatan kepada anggota masyarakat untuk melakukan partisipasi dalam kehidupan bernegara. Demikian pula, keberadaan partai-partai dengan segala ragamnya, juga berarti jaminan atas adanya oposisi yang institusional yang dengannya mereka melakukan partisipasi politik dan ikut mengambil keputusan. Artinya, ideologi dan sistem politik masyarakat memberikan pengaruh besar kepada partisipasi warganya. 32 Sistem politik yang dikembangkan oleh pemerintah yang berkuasa akan mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam politik. Apabila saluran-saluran demokrasi yang salah satunya adalah tuntutan partisipasi politik lebih besar bagi masyarakat dibuka lebar-lebar maka kesadaran dan kepercayaaan politik yang berkembang di mata masyarakat akan berjalan menuju keseimbangan pelaksanaan 32 Muiz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Solo, Era Intermedia, 2000, h. 102 hak dan kewajiban antara pemerintah dengan rakyat. Pada posisi ini pemerintah merupakan pihak yang dipercaya untuk mengatur segala urusan masyarakat sementara itu rakyat merupakan pihak yang memberi kepercayaan politik kepada pemerintah. Sebaliknya apabila saluran-saluran demokrasi disumbat akan melahirkan demokrasi yang semu. Maksudnya partisipasi politik yang ada hanya dalam rangka pemuasan hajat pemerintah sementara rakyat menjadi korban politik kepentingan elit. Dalam konteks Indonesia, tirani penguasa terhadap warga negara telah berlangsung sejak tahun 1950 yaitu ketika Orde Lama yang dipimpin oleh Soekarno secara sepihak membubarkan konstituante pada Juli 1959. Padahal konstituante merupakan lembaga perwakilan rakyat yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum. Mulai saat itu kemerdekaan politik dan hak-hak warga negara sebagai penentu pemerintahan demokratis direbut dengan paksa oleh penguasa. Pada masa Orde Baru sebagai pengganti Orde Lama, batasan terhadap hak-hak politik dan kemerdekaan berpendapat warga negara lebih parah. Ketika rezim ini berkuasa selama 32 tahun walaupun ada lembaga-lembaga politik, terbukanya prosedur-prosedur demokrasi namun secara nyata realitas demokrasi tidak terjadi yang ada hanya kesemuan demokrasi. Untuk melanggengkan kekuasaannya rezim Orde Baru tidak segan-segan melakukan tindakan secara fisik seperti penangkapan, penculikan, dan pembunuhan serta memaksakan homogenitas idiologi Pancasila dan pembatasan kebebasan. Hal ini mengakibatkan multi krisis partisipasi masyarakat karena resiko yang akan diterima oleh masyarakat yang mencoba menyampaikan aspirasinya sangat besar. Penerapan sentralisasi kekuasaan oleh Orde Baru sangat mempengaruhi partisipasi masyarakat. Warga negara banyak yang tidak tertarik untuk ikut mempengaruhi segala bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, karena mereka tidak diberikan kesempatan untuk menyalurkan aspirasi sehingga dalam setiap pengambilan keputusan oleh pemerintah masyarakat bersikap masa bodoh apatis. Tujuan partisipasi politik akan tercapai jika terjadi interaksi positif antara pemerintah dengan masyarakat. Goetano Moscha dalam Ramlan Surbakti mengatakan dalam setiap masyarakat terdapat dua kelas yang menonjol yaitu kelas yang memerintah dan kelas yang diperintah. Untuk kalangan elit politik secara kuantitas jumlah mereka sedikit namun mampu memanfaatkan fungsi politik, monopoli kekuasaan dan membagi keuntungan-keuntungan politik. Berbeda dengan kalangan yang diperintah walaupun kuantitas mereka lebih besar namun secara kualitas mereka tidak memiliki kemampuan untuk memanfaatkan fungsi politik dan sasaran mobilisasi politik oleh penguasa. 33

d. Faktor Personal

Ramlan Surbakti berpendapat secara umum partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. 34 Definisi ini menjelaskan bahwa keinginan murni dari individu masyarakat tanpa paksaan dari pihak lain dalam partisipasi politik mempengaruhi tingkat keterlibatan politiknya. 33 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana, 1992,h. 75 34 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 141 Tingkat partisipasi warga negara dalam aktifitas politik sangat bergantung pada tingkat perhatian politik. 35 Semakin tinggi perhatian masyarakat terhadap politik maka akan semakin tinggi tingkat kesadaran politiknya. Dengan kata lain motivasi politik yang dimiliki oleh individu akan mendorong mereka untuk aktif berpolitik. Adapun sarana yang dapat dijadikan sebagai alat untuk membangkitkan motivasi politik masyarakat antara lain; media-media komunikasi politik, propaganda politik dan penyadaran politik. Media-media komunikasi politik yang biasa di pakai adalah koran, majalah, radio, televisi, makalah-makalah diskusi politik dan lainnya. Media-media tersebut digunakan karena mengandung pesan- pesan dan informasi-informasi yang dapat dijadikan referensi oleh masyarakat dalam melakukan kegiatan politik. Selain itu, dari informasi yang diterima masyarakat dapat mengawasi dan mengkritisi kinerja pemerintah sehingga aspirasi masyarakat dapat tersalurkan. Propaganda politik merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengubah orientasi politik masyarakat. Bentuknya dapat berupa penyebaran isu-isu politik, kampanye maupun demonstrasi. Sedangkan penyadaran politik ditujukan untuk menumbuhkan perasaan individu bahwa partisipasi politik merupakan keharusan. Sehingga mereka memiliki kemauan untuk ikut serta dalam persaingan politik dan bergabung dalam partai politik atau kelompok kepentingan bahkan mencalonkan diri dalam pemilihan umum. Partisipasi politik juga tergantung kepada tingkat kemampuan dan kecakapan yang dimiliki oleh individu. Standar dalam memberikan penilaian 35 Muiz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Solo, Era Intermedia, 2000, h. 102 kemampuan dan kecakapan individu dapat dilihat dari kemampuan memikul tanggung jawab, mengambil keputusan, memilih dan memiliki kesadaran politik yang kritis, berorientasi kepada pelayanan lingkungan dan minat untuk memecahkan masalah.

BAB III PROFIL FORKABI