Bentuk dan Tingkat Partisipasi Politik

proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah sangat penting. Makin besar partisipasi masyarakat dalam politik maka makin demokratis kehidupan politik. Sebab ciri masyarakat demokratis adalah bangkitnya secara optimal peranan masyarakat dalam kehidupan berpolitik dan bernegara.

C. Bentuk dan Tingkat Partisipasi Politik

Bentuk dan tingkat partisipasi politik dipengaruhi oleh sistem politik. Partisipasi politik masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, partisipasi politik dilakukan melalui kontak langsung dengan para pejabat negara yang ikut dalam menentukan kebijakan-kebijakan publik. Sedangkan yang tidak langsung adalah kegiatan partisipasi politik yang dilakukan melalui media massa yang ada dengan menulis opini dan pandangan tentang hal-hal yang menjadi sorotan publik. Pada umumnya partisipasi politik rakyat ada yang bersifat mandiri otonom dan kelompok dimobilisasi. Partisipasi otonom adalah dimana seorang individu dapat melakukan kegiatan partisipasi politiknya atas inisiatif dan keinginan sendiri hal tersebut dilakukan semata-mata karena rasa tanggung jawabnya dalam kehidupan politik, atau di dorong oleh keinginan untuk mewujudkan keinginannya. Sedangkan partisipasi politik dalam bentuk lain adalah partisipasi politik yang tidak berdasarkan atas keinginan sendiri tetapi berdasarkan pada permintaan kelompoknya atau digerakkan oleh orang lain, partisipasi politik inilah yang disebut dengan partisipasi politik yang dimobilisasi. 16 Berdasarkan tinggi rendahnya kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah, maka Paige membagi partisipasi politik kedalam empat tipe. Pertama , apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan terhadap pemerintah yang tinggi maka partisipasi politik cenderung aktif. Kedua, sebaliknya apabila kesadaran politik dan kepercayaan terhadap pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan apatis. Ketiga, tipe partisipasi berupa militan radikal, yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Keempat, apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif pasif. 17 Sammuel Huntington dan Joan Nelson mengkategorikan bentuk partisipasi politik kedalam beberapa bentuk, yaitu 18 : 1. Electoral activity kegiatan pemilihan, adalah segala kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan pemilu yang termasuk kedalam kegiatan ini adalah pemberian suara, pemberian sumbangan- sumbangan dana kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, dan mencari dukungan bagi seorang calon pemimpin dari partai tertentu. 2. Lobbying, mencakup upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan tujuan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan- persoalan yang menyangkut masalah orang banyak. 16 Sammuel P Huntington Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta, PT Rineka Cipta,1994,h. 9 17 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992, h. 144 18 Sammuel P Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1994, h. 16-17 3. Organizational activity kegiatan organisasi, adalah keterlibatan warga masyarakat ke dalam berbagai organisasi politik baik sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. 4. Contacting mencari koneksi, adalah suatu bentuk partisipasi yang dilakukan oleh warga negara dengan langsung mendatangi atau menghubungi para pejabat negara melalui pesawat telepon. 5. Violence tindak kekerasan, adalah suatu bentuk partisipasi yang dilakukan melalui jalan kekerasan yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan pemerintah, biasanya cara yang dilakukan adalah merusak sarana dan prasarana yang ada di kantor-kantor pemerintahan. Diluar pembagian di atas, Gabriel Almond membagi bentuk-bentuk partisipasi politik kepada dua bagian yaitu konvensional dan non-konvensional. 19 Bentuk partisipasi konvensional adalah suatu bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern yang berupa kegiatan kampanye, pemberian suara voting, diskusi politik, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, dan komunikasi politik. Sedangkan bentuk partisipasi non- konvensional adalah beberapa kegiatan partisipasi politik yang dilakukan secara legal maupun illegal dan revolusioner. Kegiatan dalam partisipasi ini mencakup pengajuan petisi, demonstrasi, konfrontasi, aksi mogok, tindakan anarkis, tindakan kekerasan terhadap manusia berupa penculikan dan pembunuhan serta melakukan revolusi. 19 Mochtar Mas’oed dan Collin Andrews, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta, UGM Press, 1995, h. 46. Kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi politik mempunyai bermacam-macam bentuk dan intensitasnya. Menurut pengamatan, jumlah orang yang mengikuti kegiatan yang tidak intensif, yaitu kegiatan yang tidak banyak menyita waktu dan yang biasanya tidak berdasarkan prakarsa sendiri, seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, besar sekali jumlahnya. Sebaliknya, kecil sekali jumlah orang yang secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan diri dalam politik. Kegiatan sebagai aktivis politik ini mencakup antara lain menjadi pemimpin dari partai atau kelompok kepentingan. Hal tersebut dapat digambarkan dalam bentuk piramida partisipasi politik yang basisnya lebar, tetapi menyempit ke atas sejalan dengan meningkatnya intensitas kegiatan politik. 20 Sumber: Berdasarkan David F. Roth dan Frank L. Wilson dalam Mirriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1998, h.7 Keterangan: 1. Aktifis: 20 Mirriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai,Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1998, h. 8 1 2 3 4 a. Pejabat b. Pemimpin Partai c. Kelompok Kepentingan 2. Partisipan a. Petugas kampanye b. Anggota aktif partaikelompoik kepentingan c. Aktif dalam proyek-proyek sosial 3. Pengamat a. Menghadiri rapat umum b. Anggota kelompok kepentingan c. Mendiskusikan masalah politik d. Mengikuti perkembangan politik melalui media massa. e. Memberikan suara voting 4. Orang yang apolitis Sedangkan Michael Rush dan Phillip Althof mengklasifikasikan bentuk partisipasi politik kedalam sembilan kelompok, yaitu: 1. Menduduki jabatan politik atau administrativ 2. Mencari jabatan politik atau administrativ 3. Keanggotan aktif suatu kelompok organisasi politik 4. Keanggotaan pasif suatu kelompok organisasi politik 5. Keanggotaan aktif suatu oeganisasi semu politik 6. Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik 7. Partisipasi dalam rapat umum, seperti demonstrasi 8. Partisipasi dalam diskusi politik 9. Pemberian suara voting 21 Hierarki partisipasi politik di atas berlaku di berbagai tipe sistem politik. Tetapi arti masing-masing tingkat partisipasi tersebut bisa berbeda dari sistem politik yang satu ke sistem politik yang lain. Pada puncak hierarki terdapat orang- orang yang menduduki berbagai macam jabatan, baik para pemegang jabatan politik maupun para anggota birokrasi pada berbagai tingkatan. Mereka yang menempati puncak hierarki ini memiliki kepentingan langsung dengan pelaksanaan kekuasaan politik formal. Di bawah para pemegang jabatan-jabatan politik formal adalah para anggota dari berbagai organisasi politik atau semi politik. Termasuk di sini adalah semua tipe partai politik dan kelompok kepentingan. Kesamaan antara partai politik dan kelompok kepentingan terletak pada peranan keduanya sebagai agen-agen mobilisasi politik. Baik partai politik maupun kelompok kepentingan merupakan organisasi yang berfungsi sebagai wadah yang memungkinkan para anggota masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan politik. Tercakup dalam kegiatan tersebut adalah usaha mempertahankan gagasan, posisi, orang atau kelompok-kelompok tertentu melalui sistem politik yang bersangkutan. 22 Dengan melihat pembahasan tentang partisipasi politik di atas, maka dapat dipahami bahwa bentuk-bentuknya tidak terbatas pada pemberian suara atau 21 Machael Rush dan Phillip Althof, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000, h. 124 22 Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2001, h. 149 pencalonan dalam pemilu, akan tetapi juga memiliki bentuk yang lain. Diantaranya: a. Memahami berbagai persoalan politik dan sosial dengan cara mengikuti berita-berita politik, baik internal maupun eksternal, melalui media massa, seminar, simposium, kongres, dan diskusi informal dengan orang lain. b. Ikut serta dalam kampanye politik. Misalnya kampanye penyadaran masyarakat tentang berbagai peristiwa politik. Seperti mengajak masyarakat untuk memberikan perhatian terhadap pemilu, atau mempropagandakan kepada orientasi politik itu sendiri. c. Ikut serta dalam berbagai aksi atau demonstrasi politik yang bertujuan untuk memberi pengaruh terhadap keputusan public. d. Memberikan konstribusi nyata dalam berbagai kegiatan berupa perbaikan lingkungan atau pelayanan masyarakat dengan usahanya sendiri. e. Bergabung dalam suatu partai politik atau pressure group, baik secara aktif ataupun biasa-biasa saja. 23 Partisipasi dalam partai politik dan kelompok kepentingan dapat bersifat aktif dan pasif. Dikatakan partisipasi politik aktif bila orang-orang yang bersangkutan menduduki jabatan-jabatan tertentu dalam suatu organisasi politik, memberikan dukungan keuangan, atau membayar iuran keanggotaan. Perbedaannya terletak pada sikap dan tujuan mereka. Kelompok kepentingan adalah organisasi yang berusaha memajukan, mempertahankan atau mewakili sikap-sikap yang terbatas atau khas yang bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan kelompok masing-masing dari kebijakan-kebijakan 23 Ustman Abdul Muiz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Musllimin, Solo, Era Intermedia, 2000,h. 103-104 pemerintah yang dapat merugikan kelompoknya. Sedangkan partai politik berusaha memajukan, mempertahankan atau mewakili spectrum sikap yang lebih luas yang bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat dari pada kepentingan kelompoknya sendiri. Bentuk partisipasi yang lain adalah mengikuti suatu rapat umum demonstrasi yang diselenggarakan oleh suatu organisasi politik, atau oleh kelompok-kelompok kepentingan tertentu. Partisipasi semacam ini bisa bersifat spontan, tetapi seringkali karena diorganisir oleh partai-partai politik dan kelompok-kelompok kepentingan untuk memenuhi agenda politik mereka maasing-masing. Dalam kasus ini, orang pada dasarnya berpartisipasi bukan berdasarkan kesadarannya sendiri, melainkan karena dimobilisasi. Termasuk bentuk partisipasi politik yang sebentar-bentar adalah diskusi politik informal, yang dilakukan entah di dalam keluarga, di tempat kerja atau di tempat-tempat lainnya dengan membahas fenomena-fenomena politik yang sedang berkembang dalam pertemuan-pertemuan yang sifatnya informal. Bentuk partisipasi politik yang tidak menuntut banyak upaya adalah ikut memberikan suara dalam suatu kegiatan pemungutan suara. Disamping itu terdapat pula orang-orang yang tidak berpartisipasi sama sekali dalam proses politik. Mereka ini disebut orang-orang yang apatis terhadap politik. 24 Pemberian suara voting merupakan bentuk partisipasi politik aktif yang paling umum digunakan. Dalam negara-negara yang totaliter misalnya, cara ini digunakan lebih sebagai alat bagi penguasa untuk memilih siapa yang seharusnya menjalankan kekuasaan. Bagi negara yang berpartai tunggal, voting lebih ditujukan untuk memberi kesempatan kepada penguasa untuk dapat memobilisasi 24 Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik,h. 150-151 rakyatnya dan bukan sebagai kesempatan bagi rakyat dalam mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah atau bahkan memilih pemimpin pemerintahan. Pemberian suara bukanlah satu-satunya bentuk partisipasi, tetapi masih banyak bentuk partisipasi politik yang bersifat continue dan tidak terbatas pada masa pemilihan umum saja. Contoh di Amerika, walaupun masyarakatnya tidak terlalu bergairah dalam melakukan pemberian suara pada waktu pemilihan umum, tetapi mereka lebih aktif berperan untuk mencari pemecahan masalah-masalah masyarakat dan lingkungannnya melalui kegiatan lain, juga mereka lebih cenderung menggabungkan diri dalam organisasi politik, bisnis, buruh, petani dan sebagainya. 25

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik