Uji Validitas Konstruk Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada responden perempuan. Dilihat dari rentang usia responden terbanyak berusia 41 – 50 tahun. Berdasarkan jenjang pendidikan mayoritas responden memiliki pendidikan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sudah mulai berkembang, karena rata-rata pendidikan manajer UKM kebanyakan sudah mencapai tingkat sekolah menengah atas.

4.1.3 Uji Validitas Konstruk

Holmes dan Nicholls 1988 mengklasifikasikan informasi akuntansi dalam tiga jenis yang berbeda menurut manfaatnya bagi para pemakai, yaitu: 1. Statuory accounting information, merupakan informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada. Dalam penelitian Holmes dan Nicholls, 1988 terdapat lima butir pertanyaan yaitu : laporan neraca, laporan labarugi, laporan biaya produksi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Butir-butir ini disusun sesuai teori yang ada. 2. Budgetary information, yaitu informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan, penilaian dan pengambilan keputusan. Dalam penelitian Holmes dan Nicholls, 1988 informasi anggaran terdiri dari empat butir pertanyaan yaitu : anggaran arus kas, anggaran penjualan, anggaran biaya produksi dan anggaran biaya operasi. 3. Additional accounting information, yaitu informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan. Informasi tambahan dalam penelitian Holmes dan Nicholls, 1988 terdiri dari empat butir pertanyaan yaitu : laporan persediaan, laporan gaji karyawan, laporan jumlah produksi dan laporan biaya produksi. Peraturan Menteri Negara Badan Milik Negara tentang “Penerapan Tata Kelola yang baik Good Corporate Governance ” tahun 2011 dalam menyebutkan bahwa GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme perusahaan berlandaskan peraturan perundang- undangan dan etika berusaha. Menurut KNKG 2006, prinsip-prinsip GCG terdiri dari : 1. Tranparency keterbukaan informasi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam penelitian Yuliastuti, 2015 transparansi digunakan untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis sehingga perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan untuk para stakeholder. Penerapan transparansi pada UKM diwujudkan dengan adanya kegiatan pencatatan keuangan dan penggajian pegawai oleh manajer UKM. Dalam penelitian ini terdapat lima butir pertanyaan yaitu : tiga butir pertanyaan terdiri dari pencatatan keuangan dan dua butir pertanyaan mengenai pola penggajian kepada pegawai. 2. Accountability akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Adanya nilai-nilai akuntabilitas pada perusahaan menjadikan perusahaan mendapatkan pengelolaan dengan benar dan tanggung jawab Yuliastuti, 2015. Sesuai prinsip akuntabilitas, telah terdapat nilai-nilai akuntabilitas yang menjadi bagian dari keseharian UKM. Hal ini ditunjukkan dengan telah adanya pembagian tugas dan kepatuhan terhadap kebijakan yang ada di UKM. Dalam penelitian ini terdapat empat butir pertanyaan yaitu : pemisahan fungsi dalam perusahaan, membuat tata tertib perusahaan, rincian tugas dan tanggung jawab bagi pegawai dan berlaku sanksi dan bonus bagi pegawai. 3. Responsibility pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan prinsip responsibilitas dalam tata kelola korporat, nilai-nilai responsibilitas telah ada dalam kegiatan di UKM Yuliastuti, 2015. Hal ini tercermin dalam upaya mematuhi peraturan pajak dan tanggungjawab yang diberikan UKM kepada pelanggan. Dalam penelitian ini terdapat tiga butir pertanyaan yaitu : memiliki NPWP, pembayaran pajak dilakukan tepat waktu dan menanggapi komplain konsumen dengan profesional. 4. Independency kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Menurut Yuliastuti, 2015 penerapan independensi oleh UKM meliputi bebas pengaruh dalam mengambil keputusan tentang pemilihan pemasok dan rekruitmen karyawan. Dalam penelitian ini terdapat empat butir pertanyaan yaitu : ketentuan pemilihan pemasok, memilih pemasok sesuai kualitas barang, merekrut pegawai melalui orang kepercayaan dan ketentuan pemilihan pegawai. 5. Fairness kesetaraan dan kewajaran, yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan dan perundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan kegiatannya perusahaan harus memperhatikan kepentingan pihak stakeholder berdasarkan prinsip kewajaran. Hal ini ditandai dengan perlakuan yang sama antara karyawan yang keluarga dan non-keluarga.adanya nilai kewajaran dalam UKM menunjukkan kepedulian hak dan kewajiban manajer UKM terhadap keadilan yang didapat stakeholder di UKM sehingga stakeholder merasa puas dengan kebijakan manajer UKM Yuliastuti, 2015. Dalam penelitian ini terdapat lima butir pertanyaan yaitu : pegawai berasal dari keluarga, pegawai berasal dari non-keluarga, perbedaan kompensasi terhadap pegawai dari luar keluarga dan non-keluarga, menjelaskan pola penggajian kepada pegawai dan monitoring dan evaluasi dengan pegawai. Tabel 4.3 Dimensi dan Indikator Variabel Dimensi Indikator Pengukuran Penggunaan informasi akuntansi Holmes dan Nicholls, 1988 informasi statuori Neraca Skala likert : 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang- kadang 4. Sering 5. Selalu Laporan labarugi Laporan biaya produksi Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Informasi anggaran Anggaran arus kas Anggaran penjualan Anggaran biaya produksi Anggaran biaya operasi Informasi tambahan Laporan persediaan Laporan gaji karyawan Laporan jumlah produksi Laporan biaya produksi Good corporate governance Yuliastuti, 2015 Transparansi Pencatatan transaksi pembelian Skala likert : 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang- kadang 4. Sering 5. Selalu Pencatatan transaksi penjualan Laporan tiap tahun Penggajian pegawai dilakukan tepat waktu Penggajian pegawai sesuai kesepakatan awal Akuntabilitas Pemisahan fungsi Tata tertib pegawai Rincian tugas Sanksi dan bonus Tanggung jawab Memiliki NPWP Pajak dibayar tepat waktu Menanggapi komplain Independensi Peilihan pemasok Pemasok sesuai kualitas Merekrut pegawai Pemilihan pegawai Kesetaraan dan kewajaran Asal pegawai Perbedaan kompensasi Pola penggajian pegawai Monitoring dan evaluasi Tabel di atas merupakan butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian ini : Berilah tanda centang pada salah satu alternatif jawaban yang ada. Tabel 4.4 Instrumen Penggunaan Informasi Akuntansi Berapa sering anda menggunakan informasi akuntansi selama mengelola perusahaan, dari buku catatan berikut : Selalu Sering Kadang- kadang Jarang Tidak pernah Neraca Laporan labarugi Laporan biaya produksi Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Anggaran arus kas Anggaran penjualan Anggaran biaya produksi Anggaran biaya operasi Laporan persediaan Laporan gaji karyawan Laporan jumlah produksi Laporan biaya produksi Tabel di atas merupakan jawaban salah satu responden manajer UKM. Jika berdasarkan teori, informasi akuntansi dapat diukur dengan informasi akuntansi statuori, informasi anggaran dan informasi tambahan. Akan tetapi variabel ini tidak dapat diamati secara langsung dikarenakan bersifat “abstrak”. Setiap manajer UKM berbeda-beda dalam menggunakan informasi akuntansi, tidak semua manajer UKM menggunakan informasi- informasi di atas secara keseluruhan. Jika peneliti mengamati dari jawaban responden, pendidikan manajer juga dapat berpengaruh dalam menggunakan informasi akuntansi. Rendahnya pendidikan manajer membuat manajer usaha kurang mengetahui pentingnya penggunaan informasi akuntansi dalam perusahaan. Tabel 4.5 Instrumen Good Corporate Governance Apakah perusahaan anda sudah melakukan hal-hal sebagai berikut: Selalu Sering Kadang- kadang Jarang Tidak pernah Pencatatan setiap terjadi transaksi pembelian Pencatatan setiap terjadi transaksi penjualan Membuat laporan keuangan tiap tahun Penggajian pegawai dilakukan tepat waktu Penggajian pegawai sesuai kesepakatan awal Pemisahan fungsi dalam perusahaan Membuat tata tertib pelaksanaan pekerjaan Rincian tugas dan tanggungjawab bagi pegawai Berlaku sanksi dan bonus bagi pegawai Memiliki NPWP Pembayaran pajak dilakukan tepat waktu Menanggapi komplain konsumen dengan profesional Ketentuan pemilihan pemasokdistributor Memilih pemasok sesuai kualitas barang Merekrut pegawai melalui orang kepercayaan Bersambung Sambungan tabel 4.5 instrumen good corporate governance Ketentuan pemilihan pegawai Pegawai berasal dari keluarga Pegawai berasal dari luar keluarga Perbedaan kompensasi terhadap pegawai dari keluarga dan luar keluarga Menjelaskan pola penggajian kepada pegawai Monitoring dan evaluasi dengan pegawai Jika berdasarkan teori, good corporate governance dapat diterapkan dalam UKM melalui lima prinsip GCG yaitu : transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran. Namun variabel ini tidak dapat diamati secara langsung dikarenakan bersifat “abstrak”. Setiap jawaban responden mempunyai pendapat yang berbeda-beda bahkan responden tidak menganut berdasarkan teori yang ada. Prinsip transparansi terdiri dari pencatatan keuangan dan pola penggajian pegawai. Berdasarkan pengalaman peneliti waktu menyebar kuesioner banyak responden yang mengabaikan pencatatan keuangan dalam perusahaannya. Sebagian manajer berpendapat tidak perlu melakukan pencatatan keuangan karena usahanya bukan perusahaan besar. Dalam pola penggajian pun manajer UKM tidak memiliki pedoman yang tetap seperti diperusahaan besar misalnya satu bulan sekali atau setiap awal bulan. Manajer menggaji karyawan sesuai dengan kebutuhan karyawannya. Dengan kata lain jika karyawan meminta gaji sewaktu-waktu manajer usaha langsung menggajinya. Prinsip akuntabilitas ditunjukkan dengan adanya pembagian tugas dan kepatuhan terhadap kebijakan perusahaan. Sebagian usaha kecil dan menengah tidak mengenal adanya pembagian tugas atau pemisahan fungsi. Semua karyawan dianggap sama dan memegang pekerjaan yang sama dari proses prosuksi sampai penjualan. Tata tertib pelaksanaan pekerjaan pun hanya secara lisan, masih jarang UKM yang membuat tata tertib pelaksanaan pekerjaan dengan tertulis. Prinsip responsibilitas tercermin dalam upaya mematuhi peraturan pajak dan tanggungjawab yang diberikan kepada pelanggan. Masih banyak UKM yang belum memiliki NPWP. Hal ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran pengusaha untuk mengurus NPWP, bahkan untuk membayar pajak pun para manajer usaha masih tidak tepat waktu. Dalam menanggapi komplain konsumen hampir semua UKM menanggapi secara profesional, karena manajer UKM menerapkan prinsip “pembeli adalah raja” jadi harus diutamakan kepuasan pelanggannya. Prinsip independensi meliputi pemilihan pemasok dan pemilihan pegawai. Ada manajer UKM yang memilih pemasok sesuai kualitas barang tetapi ada juga manajer yang memilih pemasok karena sudah saling kenal. Tetapi kebanyakan pemasok dipilih karena sudah lama menjadi pelanggan tetap. Dalam merekrut pegawai UKM tidak melakukan pemilihan pegawai sesuai jenjang pendidikan atau ketentuan pemilihan pegawai secara tetap. Tetapi, manajer UKM menerima pegawai apabila ada yang membutuhkan pekerjaan dan masih ada lowongan pekerjaan. Prinsip kewajaran terdiri dari asal pegawai dari keluarga maupun non- keluarga. Pegawai yang ada dalam UKM umunya adalah pegawai berasal dari luar keluarga tetapi tidak jarang juga yang berasal dari keluarga. Hal ini tidak berpengaruh dengan adanya perbedaan kompensasi terhadap pagawai dari keluarga atau luar keluarga karena manajer UKM menganggap pegawai adalah sama. Sedangkan untuk monitoring dan evaluasi masih jarang UKM yang rutin melakukan hal tersebut. manajer UKM hanya melakukan monitoring dan evaluasi jika diperlukan saja. Prinsip tata kelola korporat pada perusahaan besar memang tidak sepenuhnya bisa diaplikasikan di UKM Yuliastuti, 2015. Hal ini dikarenakan masih terdapat kebiasaan-kebiasaan di UKM, misalnya : bahasa yang digunakan antara karyawan dan manajer masih menggunakan bahasa daerah, tidak diberlakukannya sanksi dan bonus apabila kinerjanya bagus dikarekan tidak enak hati karena karyawannya tetangganya sendiri. Kuesioner penelitian tersebut sudah didistribusikan ke 250 responden. Respon yang diberikan responden cukup baik sehingga validitas konstruk kuesioner penggunaan informasi akuntansi dan good corporate governance. dinyatakan valid. Peneliti juga sudah berkonsultasi dengan para ahli atau dosen pembimbing.

4.1.4 Analisis Jalur atau Path