FAKTOR PENENTU PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.
i
MENENGAH DENGAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Mustaqhfiroh NIM 7211412077
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
(2)
(3)
(4)
(5)
v
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendiriya tanpa berusaha.
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini saya persembahkan untuk ;
Bapak Suparmin
Ibu Darsini
Mas Andhika SH
Almamaterku
Sahabatku Desy dan Yuli
Teman-teman Akuntansi B 2012 yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu
(6)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Faktor Penentu Penggunaan Informasi Akuntansi Pada Usaha Kecil Dan Menengah Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Intervening”.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini karena adanya bimbingan, bantuan, saran dan kerjasama dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, yang telah menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Ekonomi Drs. yang telah memberikan pelayanan dan kesempatan mengikuti program S1 di Fakultas Ekonomi.
3. Ketua Jurusan Akuntansi Drs. Fachrurrozie, M.Si, yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan selama masa studi di Jurusan Akuntansi.
4. Dosen Pembimbing Drs. Heri Yanto MBA, PhD, yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 5. Dosen Penguji I, Dr. Agus Wahyudin, M.Si yang telah memberikan saran,
masukan, kritikan dan kebijaksanaannya dalam ujian skripsi.
6. Dosen Penguji II, Linda Agustina, SE, M.Si yang telah memberikan saran, masukan, kritikan dan kebijaksanaannya dalam ujian skripsi.
(7)
vii
data UMKM yang terdaftar di Kabupaten Kendal.
9. Seluruh pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Kendal yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Semarang, 22 Juni 2016
Mustaqhfiroh NIM 7211412077
(8)
viii SARI
Mustaqhfiroh. 2016. “Faktor Penentu Penggunaan Informasi Akutansi Pada Usaha Kecil dan Menengah Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Intervening”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Heri Yanto, MBA, PhD.
Kata Kunci : Good corporate governance, penggunaan informasi akuntansi, usaha kecil dan menengah.
Kurangnya informasi akuntansi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan pada usaha kecil dan menengah dalam mengembangkan usaha. Prinsip atau asas good corporate governance pada prakteknya dapat diterapkan pada usaha kecil dan menengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pedidikan manajer, umur perusahaan, dan skala usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah dengan good corporate governance sebagai variabel intervening.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 250 responden manajer UKM, dengan data yang dapat diolah sebanyak 200 responden, sedangkan 35 jawaban responden dinyatakan rusak dan 15 kuesioner tidak kembali. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, dan didistribusikan langsung kepada responden. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur dengan AMOS 21.
Hasil pegujian hipotesis menunjukkan bahwa pendidikan manajer terhadap good corporate governance, skala usaha dan good corporate governance terhadap penggunaan informasi akuntansi dinyatakan berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan pendidikan manajer terhadap penggunaan informasi akuntansi tidak berpengaruh positif yang signifikan. Variabel umur perusahaan dan skala usaha tidak berpengaruh positif yang signifikan terhadap good corporate governance. Good corporate governance terbukti memediasi pengaruh pendidikan manajer, umur perusahaan dan skala usaha dalam penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah di Kabupaten Kendal.
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah peningkatan pendidikan manajer terhadap informasi akuntansi sangat diperlukan dalam mengelola usaha.
(9)
ix
Variable". Thesis Accounting Departemen. Faculty of Economics. Semarang State University. Supervising Drs. Heri Yanto, MBA, PhD.
Keywords : Good corporate governance, the use of accounting information, small and medium enterprises.
The lack of accounting information is one of the factors that lead to failure of small and medium enterprises in developing business. The principle or the principle of good corporate governance practice can be applied to small and medium enterprises. The purpose of this study was to determine the effect education managers, the age of the company, and the business scale of the use of accounting information on small and medium enterprises with good corporate governance as an intervening variable.
The sample in this study amounted to 250 respondents owners of SMEs, with data that can be processed as many as 200 respondents, while 35 respondents expressed damaged and 15 questionnaires are not returned. The sampling technique using simple random sampling. The technique of collecting data using questionnaires, and distributed directly to the respondent. Analysis of the data in this study using path analysis with AMOS 21.
The results showed that the test of the hypothesis education managers to good corporate governance, business scale and good corporate governance of the use of accounting information revealed positive and significant impact. While education managers to use accounting information is not a significant positive effect. Variable age of the firm and the business scale is not a significant positive effect on good corporate governance. Good corporate governance shown to mediate the influence of education managers, the age of the company and the business scale in the use of accounting information on small and medium enterprises in Kendal.
Based on the results of the study, the researchers that can be given is to improve education managers of the accounting information is indispensable in managing the business.
(10)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
SARI... ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 12
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 12
1.4.2 Manfaat Praktis ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
2.1. Kajian Teori Utama ... 14
2.1.1 Resources Based Theory (RBT) ... 14
2.1.2 Knowledge Based View Theory (KBV) ... 17
2.2 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 18
2.2.1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ... 18
2.2.2 Kriteria Usaha Kecil dan Menengah . ... 20
2.2.3 Keunggulan Usaha Kecil dan Menengah ... 22
2.2.4 Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah ... 22
(11)
xi
2.8 Penelitian Terdahulu ... 34
2.9 Kerangka Berpikir ... 35
2.9.1 Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi ... 37
2.9.2 Pengaruh Skala Usaha Terhadap Penggunaan Informasi ... 38
Akuntansi ... 2.9.3 Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi ... 39
2.9.4 Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Good Corporate Governance ... 40
2.9.5 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Good Corporate Governance ... 41
2.9.6 Pengaruh Skala Usaha Terhadap Good Corporate Governance ... 42
2.9.7 Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Melalui Good Corporate Governance ... 42
2.9.8 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Melalui Good Corporate Governance ... 43
2.9.9 Pengaruh Skala Usaha Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Melalui Good Corporate Governance ... 43
2.10 Hipotesis Penelitian ... 44
BAB III METODE PENELITIAN... 46
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 46
3.2. Populasi dan Sampel ... 46
3.2.1 Populasi ... 46
3.2.2 Sampel ... 47
(12)
xii
3.3.1 Variabel Penelitian ... 48
3.3.2 Definisi Operasional ... 54
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 55
3.5 Uji Validitas Konstruk ... 55
3.6 Metode Analisis Data ... 56
3.6.1 Analisis Deskriptif ... 56
3.6.2 Analisis Jalur ... 57
3.6.3 Uji Hipotesis ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
4.1 Hasil Penelitian ... 61
4.1.1 Deskripsi Data ... 61
4.1.2 Analisis Deskripsi Responden ... 62
4.1.3 Uji Validitas Konstruk ... 63
4.1.4 Analisis Jalur atau Path ... 73
4.1.5 Uji Hipotesis ... 75
4.2 Pembahasan ... 81
4.2.1 Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi ... 81
4.2.2 Pengaruh Skala Usaha Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi ... 82
4.2.3 Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi ... 83
4.2.4 Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Good Corporate Governance ... 84
4.2.5 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Good Corporate Governance ... 84
4.2.6 Pengaruh Skala Usaha Terhadap Good Corporate Governance ... 85
4.2.7 Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Melalui Good Corporate Governance ... 86
(13)
xiii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 88
5.1 Simpulan ... 88
5.2 Saran ... 89
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 34
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 54
Tabel 3.2 Ringkasan Indeks Pengujian Kelayakan Model... 60
Tabel 4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 61
Tabel 4.2 Demografi Responden... 62
Tabel 4.3 Dimensi dan Indikator ... 67
Tabel 4.4 Instrumen Penggunaan Informasi Akuntansi ... 68
Tabel 4.5 Instrumen Good Corporate Governance ... 69
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Indeks Goodness of Fit ... 77
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regression Weight ... 79
(15)
xv
(16)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Responden ... 93
Lampiran 2 Hasil Jawaban Responden PIA ... 101
Lampiran 3 Hasil Jawaban Responden GCG ... 110
Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Jalur ... 119
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ... 124
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian ... 126
(17)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha kecil menengah atau sering disingkat UKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara Indonesia. UKM memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. Berkembangnya UKM akan memperkuat struktur ekonomi domestik karena terserapnya angkatan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat memperbesar tingkat permintaan dan meningkatkan pertumbuhan investasi (Wahyudi, 2009). UKM juga sangat membantu negara atau pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat UKM juga banyak tercipta unit-unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain memberikan pendapatan bagi masyarakat usaha kecil juga membuka lapangan kerja yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional. Usaha kecil dan menengah fleksibilitas yang sangat tinggi dibandingkan usaha besar. UKM perlu perhatian yang khusus didukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah.
Di tengah badai krisis moneter yang melanda, usaha kecil dan menengah ternyata tetap mempunyai kontribusi signifikan dalam menopang produk domestik bruto bangsa Indonesia (Astuti, 2007). Menurut data Biro
(18)
2
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 total nilai Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia mencapai Rp 3.95,4 triliun artinya dari jumlah tersebut UKM memberi kontribusi sebesar Rp 2.212,3 triliun atau 53,6% dari total PDB Indonesia. Jumlah usaha kecil dan menengah akan bertambah dari tahun ke tahun, karena di jaman globalisasi seperti saat ini sudah semakin banyak masyarakat yang mengetahui dan mempelajari kiat-kiat bisnis walaupun dimulai dari sebuah usaha kecil.
Pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah (UU No 32 Tahun 1998). Perkembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Lemahnya usaha kecil di Indonesia disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, tidak hanya keterbataasan sumber daya manusia, teknologi, modal dan informasi tetapi juga karena kurangnya dukungan pemerintah dan kurangnya kemauan pengusaha (Astuti, 2007). Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan sumber daya manusianya.
(19)
Good Corporate Governance (GCG) sendiri dianggap sebagai hal yang pentig untuk mewujudkan peningkatan suatu keberhasilan bisnis bagi perusahaan (Yuliastuti, 2015). Secrara garis besar, penerapan GCG memiliki tujuan yang baik untuk menciptakan kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan bisnis atau usaha yang dijalankan perusahaan. Para pengambil keputusan di perusahaan haruslah dapat dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi shareholders lainnya. Karena itu fokus utama terkait dengan proses pengambilan keputusan dari perusahaan yang mengandung nilai-nilai transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness.
Prinsip usaha yang diterapkan UKM, secara prakteknya dapat dikaitkan dengan konsep Good Corporate Governance (GCG) yang diterapkan unit usaha besar seperti perusahaan. Dengan menerapkan prinsip atau asas GCG yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran dan kesetaraan. Asas GCG tersebut merupakan nilai universal yang semestinya menjadi acuan dan pegangan bagi semua entitas bisnis, baik usaha besar maupun kecil seperti halnya UKM (Maskur, 2012).
Gompes et al. (2003) dalam Maskur (2012) menyebutkan bahwa suatu perusahaan atau unit usaha yang dikelola dengan baik akan lebih menguntungkan dibandingkan perusahaan atau unit usaha sejenis yang dikelola dengan buruk. Pengelolaan yang baik di sini mengacu pada penerapan asas/prinsip GCG seperti transparansi, akuntabilitas,
(20)
4
responsibilitas, independensi, dan kewajaran. Menurut (FCGI, 2002) salah satu kegunaan dari GCG adalah untuk memperbaiki kinerja usaha dan memperbaiki kinerja ekonomi. Semakin baik kinerja usaha maka perusahaan yang dikelola juga semakin berkembang dengan baik. Adapun inti dari tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab.
GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku usaha, dan masyarakat sebagai pengguna produk jasa dunia usaha. Tata kelola perusahaan merupakan suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut akuntabilitas dan tanggungjawab, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Menurut (Malaysian Finance Committeeon Corporate Governance, 1999) corporate governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta urusan-urusan perusahaan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.
(21)
Dengan menerapkan suatu sistem tata kelola yang baik atau GCG, manajemen bisnis tersebut akan menjadi lebih tertata (Abor dan Adjasi, 2007). Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang menunjuk perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan. Tujuan utama dari GCG adalah untuk menciptakan sistem pengendalian dan keseimbangan untuk mencegah penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan. Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggungjawab.
Informasi akuntansi sangat diperlukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam merumuskan berbagai keputusan dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi perusahaan (Fitriyah, 2006). Salah satu pengambilan keputusan bisa dilihat dari hasil laporan keuangan perusahaan. Informasi akuntansi berhubungan dengan data akuntansi atas transaksi-transaksi keuangan dari suatu unit usaha, baik usaha jasa, dagang maupun manufaktur. Sebagian besar wirausaha UKM belum menggunakan informasi akuntansi denga baik. Akibatnya, mereka sulit untuk mendapatkan kredit yang dapa digunakan sebagai pengembangan usahanya menjadi lebih baik lagi. Dengan demikian informasi akuntansi tersebut
(22)
6
dapat menjadi dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan pengajuan kredit, tawaran kerjasama dan sebagainya.
Jika dilihat dari segi pertumbuhan, usaha kecil mengalami masalah yang sama timbul pada tahap-tahap yang serupa. Ini disebabkan perusahaan tidak memiliki informasi baik dalam usaha maupun dari luar usaha (Astuti, 2007). Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang handal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Penyediaan informasi akuntansi bagi usaha kecil dan menengah juga diperlukan khususnya untuk akses subsidi pemerintah dan akses tambahan modal bagi usaha kecil dari kreditur (bank). Kewajiban penyelenggaraan akuntansi bagi usaha kecil sebenarnya telah tersirat dalam Undang-undang usaha kecil no. 9 tahun 1995 dalam undang-undang perpajakan. Pemerintah maupun komunitas akuntansi telah menegaskan pentingnya pencatatan dan penyelenggaraan akuntansi bagi usaha kecil.
Informasi akuntansi sangat bermanfaat bagi UKM, karena akuntansi merupakan alat yang menghasilkan output berupa informasi yang digunakan oleh pengguna informasi tersebut untuk suatu pengambilan keputusan, (Nicholls dan Holmes, 1988). Informasi akuntansi dapat digunakan untuk mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan yang sangat diperlukan oleh pihak manajemen dalam merumuskan berbagai keputusan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Arus informasi akuntansi keuangan dari perusahaan kecil
(23)
sangat bermanfaat untuk menegetahui bagaimana perkembangan usaha perusahaan, bagaimana struktur modalnya, berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan pada suatu periode tertentu. Tujuan informasi akuntansi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam pengambilan keputusan suatu perusahaan yang dapat digunakan untuk pihak internal dan eksternal perushaan.
Sejauh ini masih banyak usaha kecil dan menengah yang belum menggunakan informasi akuntansi pada usahanya. Padahal akuntansi sangat penting bagi perusahaan sebagai alat untuk pengambilan keputusan. Kurangnya informasi akuntansi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan pada industri kecil dan menengah dalam mengembangkan usaha (Profilia, 2006).
Penelitian ini menggunakan variabel pendidikan manajer, umur perusahaan dan skala usaha sebagai variabel yang diduga mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah. Alasan peneliti menggunakan variabel tersebut karena adanya fenomena gap dan research gap. Karena masih adanya research gap yang hasilnya masih lemah atau hasil yang belum optimal dari penelitian terdahulu, maka variabel tersebut akan diperkuat dengan variabel intervening. Dalam penelitian ini peneliti menambah variabel intervening yaitu good corporate governance.
(24)
8
Pendidikan manajer merupakan kemampuan dan keahlian manajer atau manajer UKM ditentukan dari pendidikan formal yang pernah ditempuh. Tingkat pendidikan manajer atau manajer menentukan pemahaman manajer terhadap pentingnya penggunaan informasi akuntansi (Holmes dan Nicholls, 1988). Tingkat pendidikan tinggi dapat mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi dalam suatu perusahaan kecil. Berdasarkan penelitian Holmes dan Nicholls (1988), Grace (2003), Putri (2010) dan Candra (2010) menyatakan bahwa pendidikan manajer berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi.
Holmes dan Nicholls (1988) memperlihatkan bahwa penyediaan informasi akuntansi dipengaruhi oleh umur perusahaan, yaitu semakin muda umur perusahaan terdapat kecenderungan menyatakan informasi akuntansi secara ekstensif untuk membuat keputusan dibandingkan dengan perusahaan yang lebih tua umurnya. Perusahaan yang beumur kurang dari 10 tahun cenderung menggunakan informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan dengan menyediakan informasi statuori, informasi anggaran dan informasi tambahan. Dalam penelitian Grace (2003), Putri (2010) dan Candra (2010), umur perusahaan berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan kecil dan menengah.
Skala usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang dipekerjakan dan berapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi (Nicholls dan Holmes, 1988). Jumlah karyawan dapat
(25)
menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan.
Adapun variabel tersebut digunakan menurut peneliti dengan alasan pendidikan manajer, umur perusahaan dan skala usaha sangat dominan dalam mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi. Lamanya perusahaan yang sudah dijalankan dapat mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi. Tingginya tingkat pendidikan yang ditempuh manajer menentukan kemampuan dan keahlian manajer. Skala usaha dilihat dari banyaknya kapasitas karyawan yang bekerja full time dalam perusahaan.
Good Corporate Governance sangat penting dalam perusahaan karena sebagai bentuk wewenang dan pertanggungjawaban kepada shareholder-nya. GCG tidak hanya diterapkan di dalam perusahaan-perusahaan besar tetapi di perusahaan kecil juga bisa diterapkan dengan menggunakan prinsp-prinsip GCG yang ada. GCG berfungsi untuk mengarahkan bagaimana mengelola perusahaan yang baik sehingga perusahaan tersebut dapat berkembang.
Penelitian ini dilakukan pada pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Kendal. Adapun penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kendal karena menurut Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang ada di Kabupaten Kendal memiliki kelemahan diantaranya yaitu akses usaha kecil dan menengah dalam menggunakan informasi akuntansi, pengemasan
(26)
10
atau packaging, pemasaran, dan modal. Informasi akuntansi adalah alat untuk pengambilan keputusan dalam perusahaan, apabila suatu perusahaan belum menggunakan informasi akuntansi maka perusahaan tersebut akan mengalami kelambatan dalam mengembangkan usahanya. Dengan melihat latar belakang permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Kendal dan beberapa penelitian terdahulu mengenai pentingnya penggunaan informasi akuntansi untuk suatu usaha, maka peneliti mengambil judul “Faktor Penentu Penggunaan Informasi Akuntansi pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening”
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini akan menganalisis kondisi internal Usaha Kecil dan Menengah dan bagaimana jika dikaitkan dengan prinsip GCG terhadap penggunaan informasi akuntansi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh pendidikan manajer terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah?
2. Apakah ada pengaruh skala usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah?
3. Apakah ada pengaruh good corporate governance terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah? 4. Apakah ada pengaruh pendidikan manajer terhadap good corporate
(27)
5. Apakah ada pengaruh umur perusahaan terhadap good corporate governance pada usaha kecil menengah?
6. Apakah ada pengaruh skala usaha terhadap good corporate governance pada usaha kecil menengah?
7. Apakah ada pengaruh pendidikan manajer terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance pada usaha kecil dan menengah?
8. Apakah ada pengaruh umur perusahaan terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance pada usaha kecil dan menengah?
9. Apakah ada pengaruh skala usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance pada usaha kecil dan menengah?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan manajer terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah?
2. Untuk mengetahui pengaruh skala usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah?
3. Untuk mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah?
(28)
12
4. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan manajer terhadap good corporate governance pada Usaha Kecil dan Menengah?
5. Untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan terhadap good corporate governance pada usaha kecil menengah?
6. Untuk mengetahui pengaruh skala usaha terhadap good corporate governance pada usaha kecil menengah?
7. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan manajer terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance pada usaha kecil dan menengah?
8. Untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance pada usaha kecil dan menengah?
9. Untuk mengetahui pengaruh skala usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance pada usaha kecil dan menengah?
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat bagi pengembangan ilmu ekonomi, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi pada Usaha Kecil dan Menengah dan dengan menerapkan prinsip Good Corporate Governance. Membuat keanekaragaman pengetahuan di bidang akuntansi
(29)
dan sebagai bahan rujukan bagi siapa yang bermaksud mengadakan penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini antara lain :
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para manajer Usaha Kecil dan Menengah dalam penggunaan informasi akuntansi sebagai pegambilan keputusan dalam perusahaan.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi manajer untuk mengidentifikasi sejauh mana prinsip tata kelola perusahaan dapat diterapkan untuk Usaha Kecil dan Menengah.
3. Untuk mengkaji hubungan antara tata kelola perusahaan dengan informasi akuntansi pada Usaha Kecil dan Menengah.
(30)
14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Utama
2.1.1 Resources Based Theory (RBT)
Resources based theory menyatakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan (Penrose, 1959) dalam (Subrata, 2014).
Teori RBT memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan (Wernerfelt, 1984) dalam (Subrata, 2014). Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif. Asumsi RBT yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaannya.
Pendekatan RBT menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan memperoleh keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Sumber daya yang unggul adalah sumber daya yang langka serta susah untuk ditiru oleh pesaing. Sebuah perusahaan bisa saja membeli perangkat teknologi yang canggih, tetapi teknologi yang sama juga bisa dibeli oleh pesaing dalam waktu cepat.
(31)
Dengan demikian, perangkat teknologi seperti ini bukanlah sumber daya yang mampu membawa keunggulan kompetitif. Tetapi kompetensi manusia yang mampu mengoperasikan teknologi tersebut lah yang merupakan sumber daya yang unggul, sehingga dapat memanfaatkan perangkat teknologi dengan maksimal sehingga memberikan manfaat besar untuk perusahaan. Secara umum, sumber daya yang mampu membawa keunggulan kompetitif tersebut adalah kompetensi sumber daya manusia, saling percaya (trust) di dalam perusahaan, budaya organisasi, serta basis data atau pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi melalui teknologi informasi.
Empat kriteria sumber daya sebuah perusahaan mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, yaitu : (a) sumber daya harus menambahkan nilai positif bagi perusahaan, (b) sumber daya harus bersifat unik atau langka diantara calon pesaing dan pesaing yang ada sekarang ini, (c) sumber daya harus sukar ditiru, dan (d) sumber daya tidak dapat digantikan dengan sumber daya lainnya oleh perusahaan pesaing (Barney, 1991).
Penciptaan SDM yang kompetitif dapat dilakukan dengan cara perusahaan mengadakan pelatihan tentang tata cara menggunakan teknologi yang canggih, memberikan keterampilan yang lebih kreatif dari perusahaan lain, dan mengasah kemampuan yang sudah dimiliki SDM. Sumber daya manusia adalah kunci keberhasilan untuk memenangkan persaingan didalam bisnis. Untuk itu setiap perusahaan harus memiliki SDM yang mampu mewujudkan manajemen yang kompetitif dan berkualitas. SDM yang
(32)
16
dimaksud adalah SDM yang dalam proses memproduksi (barang atau jasa) sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen, sehingga selalu mampu memperluas pemasaran produknya. Sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas akan menciptakan kinerja perusahaan yang baik. Kinerja perusahaan dapat meningkatkan penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan kecil. Informasi akuntansi memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kondisi perusahaan dan laporan keuangan perusahaan.
Teori RBT digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel skala usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi. Skala usaha diukur dengan jumlah karyawan yang bekerja full time pada perusahaan sehingga melalui skala usaha jumlah sumber daya manusia dapat diketahui. Teori RBT memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki perusahaan (Ginting, 2012). Kualitas SDM yang baik akan menghasilkan produk barang atau jasa yang memuaskan bagi perusahaan dan konsumen. Kemampuan perusahaan juga memungkinkan beberapa perusahaan untuk menambah nilai dalam customer value chain, mengembangkan produk baru atau mengembangkan ke dalam pasar yang baru. Begitu pula dengan informasi akuntansi yang dapat meningkatkan perusahaan semakin berkembang dengan keputusan yang diambil oleh manajer. Sehingga hal ini mendorong manajer untuk meningkatkan SDM yang kompetitif guna memperoleh kinerja yang memuaskan bagi perusahaan untuk meningkatkan penggunaan informasi akuntansi.
(33)
2.1.2 Knowledge Based View Theory (KBV)
Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan atau Knowledge Based View (KBV) adalah ekstensi baru dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan. KBV berasal dari RBT dan menunjukkan bahwa pengetahuan dalam berbagai bentuknya adalah kepentingan sumber daya (Grant, 1997) dalam Subrata (2014). Apa yang ditunjukkan teori KBV berkaitan sangat erat dengan teori RBT, yaitu pentingnya pengetahuan dalam berbagai bentuknya terhadap sumber daya. Pandangan berbasis pengetahuan ini meenunjukkan bahwa kumpulan sumber daya dalam perusahaan bukanlah satu-satunya faktor yang bisa memberikan keunggulan kompetitif pada perusahaan. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut pandangan ini, tersedianya pengetahuan dan informasi yang memadai akan memberikan keunggulan jangka panjang yang sifatnya berkelanjutan.
Teori ini menjelaskan hubungan variabel pendidikan manajer terhadap penggunaan informasi akuntansi. Pendidikan manajer diukur dengan lamanya pendidikan formal yang ditempuh manajer. Pengetahuan manajer sangat menentukan keunggulan perusahaan. Dengan pengetahuan yang tinggi maka manajer dapat meningkatkan sumber daya perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti pendidikan manajer juga berpengaruh dengan penggunaan informasi akuntansi. Perusahaan yang dikelola dengan manajer yang berpendidikan rendah sangat jarang yang menggunakan informasi akuntansi berbeda dengan manajer yang
(34)
18
berpendidikan tinggi, mereka sudah menggunakan informasi akuntansi dengan baik dalam perusahaannya. Sehingga hal ini mendorong manajer untuk mempertimbangkan tingkat pengetahuan sumber daya manusia dalam perusahaan. Dengan demikian, penggunaan informasi akuntansi dapat digunakan dengan baik jika sumber daya manusianya mempunyai pengetahuan yang tinggi.
2.2 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2.1 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah
Dalam perekonomian Indonesia, ukm merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Untuk itu diperlukan penguatan kelompok. Definisi dan ukm berdasarkan instansi sebagai berikut :
1. Pasal 6 UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM
Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta dan itu tidak termasuk tanah dan tempat bangunan usaha, serta total penjualan tahunannya paling banyak sekitar Rp 300 juta. Usaha kecil adalah suatu usaha yang memiliki kekayaan lebih dari Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta dan itu tidak termasuk tanah dan tempat bangunan usaha, serta total penjualan tahunannya paling banyak sekitar Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5 milyar. Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki kekayaan lebih dari Rp 500 juta sampai dengan
(35)
Rp 1 milyar tidak termasuk tanah dan tempat bangunan usaha, serta total penjualan tahunan paling banyak Rp 2,5 milyar sampai dengan Rp 50 milyar.
2. Badan Pusat Statistik (BPS)
Usaha mikro adalah suatu usaha yang mepekerjakan tenaga kerja lebih kecil dari empat orang dan sudah termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar. Usaha kecil adalah usaha yang mepekerjakan tenaga kerja 5 – 19 orang. Sedangkan usaha menengah adalah suatu usaha yang mepekerjakan tenaga kerja 20 – 99 orang tenaga kerja. 3. Bank Indonesia
Usaha mikro adalah suatu usaha yang dijalankan oleh masyarakat miskin, yang dimiliki oleh keluarga, bersumber daya lokal dan menggunakan teknologi yang sederhana, dan lapangan usahanya mudah untuk keluar dan masuk. Usaha kecil adalah suatu usaha yang memiliki aset lebih kecil dari Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan usaha, omset tahunan lebih kecil dari Rp 1 milyar dan dimiliki oleh orang Indonesia, dan harus berbadan hukum tidak boleh tidak. Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset lebih kecil dari Rp 5 milyar untuk sektor industri, dan aset lebih kecil dari Rp 600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan usaha untuk sektor nonindustri, omset pertahun lebih kecil dari Rp 3 milyar.
(36)
20
2.2.2 Kriteria Usaha Kecil dan Menengah
Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 Tahun 1995 adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 3. Milik warga negara Indonesia.
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Menurut UU No 20 Tahun 2008, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria usaha mikro :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000. 2. Kriteria usaha kecil :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
(37)
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000.
3. Kriteria usaha menengah :
a. Memiliki kekayaan bersih labih dari Rp 500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 sampai dengan paling banya Rp 50.000.000.000.
Selain bedasarkan Undang-undang, dari sudut perkembangannya Usaha Kecil dan Menengah dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria Usaha Kecil dan Menengah yaitu :
a. Livelihood activities, merupakan Usaha Kecil dan Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
b. Micro enterprise, merupakan Usaha Kecil dan Menengah yang
memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
c. Small dynamic enterprise, merupakan Usaha Kecil dan Menengah
yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
d. Fast moving enterprise, merupakan Usaha Kecil dan Menengah yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi usaha besar (UB).
(38)
22
2.2.3 Keunggulan Usaha Kecil dan Menengah
Menurut Hamdani (2003) dalam Wahyudi (2009) ada beberapa faktor yang menjadi kelebihan usaha kecil dan menengah adalah sebagai berikut : a. Inovatif yang merupakan kemampuan yang dimiliki usaha kecil untuk
selalu melakukan terobosan baru yang belum pernah ada, atau mengerjakan produk yang sudah ada dengan cara-cara baru.
b. Usaha kecil dikenal lebih akrab karena usaha kecil lahir dan tumbuh berkembang dari golongan masyarakat kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungannya
c. Usaha kecil lebih fleksibel, maksudnya usaha yang dilakukan bersifat lentur sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada baik waktu, tempat, tenaga kerja, produksi, posisi tawar, iklim usaha dan pasar.
2.2.4 Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah
Kelemahan yang dimiliki Usaha Kecil dan Menengah: a. Keterbatasan pemasaran
b. Keterbatasan modal
c. Kurangnya sumber daya manusia d. Kurangnya informasi yang memadai
e. Tidak adanya pembukuan sehingga menyulitkan dalam mengelola usahanya.
Keterbatsan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan
(39)
informasi mengenai perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru.
2.3 Penggunaan Informasi Akuntansi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), arti kata penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu. Yayuk (2013) informasi akuntansi merupakan suatu pembelajaran yang diperoleh pengusaha dalam menjalankan usahanya. Penyelenggaraan informasi akuntansi adalah pencatatan keggiatan-kegiatan usaha/transaksi kedalam catatan-catatan akuntansi, sedangkan penggunaan informasi akuntansi adalah pemanfaatan informasi-informasi akuntansi yang berasal dari catatan-catatan akuntansi untuk pengambilan keputusan bisnis.
Informasi akuntansi pada dasarnya bersifat keuangan dan terutama digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan, pengawasan dan implementasi keputusan-keputusan perusahaan. Agar data keuangan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, maka data tersebut harus disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai. Informasi akuntansi digolongkan menjadi tiga jenis yaitu informasi operasi, informasi akuntansi manajemen, dan informasi akutansi keuangan (Mulyadi, 2001) :
1. Informasi Operasi
Informasi ini menyediakan data mentah bagi informasi akuntansi keuangan dan informasi manajemen. Informasi akuntansi yang terdapat pada perusahaan manufaktur antara lain : informasi produksi,
(40)
24
informasi pembelian dan pemakaian bahan baku, informasi penggajian, informasi penjualan dan lain-lain.
2. Informasi Akuntansi Manajemen
Informasi ini digunakan dalam tiga fungsi manajemen, yaitu : 1) perencanaan; 2) impleme pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi manajemen.
Informasi akuntansi manajemen ini disajikan kepada manajemen perusahaan dalam berbagai laporan, seperti anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produksi, laporan biaya menurut pusat pertanggungjawaban, laporan biaya menurut aktivitas dan lain-lain. 3. Informasi Akuntansi Keuangan
Informasi akuntansi keuangan digunakan baik oleh manajer maupun pihak eksternal perusahaan, dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2001). Informasi akuntansi keuangan untuk pihak luar disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan.
Holmes (1988) menyatakan bahwa kekurangan informasi akuntansi dalam manajemen perusahaan dapat membahayakan perusahaan kecil. Kondisi keuangan yang memburuk dan kekurangan catatan akuntansi akan
(41)
membatasi akses untuk memperoleh informasi yang diperlukan, sehingga akan menyebabkan kegagalan perusahaan.
Holmes dan Nicholls (1988) mengklasifikasikan informasi akuntansi dalam tiga jenis yang berbeda menurut manfaatnya bagi para pemakai, yaitu:
1. Statuory accounting information, merupakan informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada.
Handayani (2011) menyatakan bahwa Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengeluarkan satu pedoman untuk penyusunan laporan keuangan jika disajikan kepada pihak luar perusahaan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) berisikan metode atau teknik-teknik akuntansi yang dapat digunakan suatu perusahaan. Laporan keuangan menurut SAK terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.
2. Budgetary information, yaitu informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan, penilaian dan pengambilan keputusan.
Informasi akuntansi ini membantu manajemen untuk menjamin operasional perusahaan dijalankan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan. Informasi akuntansi anggaran yaitu anggaran kas, anggaran penjualan, anggaran biaya produksi, dan anggaran biaya operasi.
(42)
26
3. Additional accounting information, yaitu informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan.
Informasi tambahan meliputi laporan persediaan, laporan gaji karyawan, laporan jumlah produksi dan laporan biaya produksi.
Informasi akuntansi yang dihasilkan oleh pihak manajemen perusahaan mempunyai beberapa karakteristik kualitatif yang harus dimiliki. Karakteristik kualitatif tersebut akan membedakan informasi yang bermanfaat dengan informasi yang kurang bermanfaat bagi penggunanya. Dalam pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan perusahaan, karakteristik-karakteristik tersebut haruslah menjadi salah satu dasar pertimbangan pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan. Menurut Statement of Financial Accounting (SFAC) No. 2 karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
2. Relevan maksudnya adalah kapasitas informasi yang dapat mendorng suatu keputusan apabila dimanfaatkan oleh pemakai untuk kepentingan memprediksi hasil di masa depan yang berdasarkan kejadian waktu lalu dan sekarang. Ada tiga karakteristik utama yaitu : a. Ketepatan waktu (timelines), yaitu informasi yang siap
digunakan para pemakai sebelum kehilangan makna dan kapasitas dalam pengambilan keputusan.
(43)
b. Nilai prediktif (predictive value), yaitu informasi dapat membantu pemakai dalam membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian yang lalu, sekarang dan masa depan.
c. Umpan balik (feedback value), yaitu kualitas informasi yang memungkinkan pemakai dapat mengkorfirmasikan ekspektasinya yang telah terjadi di masa lalu.
3. Reliabel maksudnya adalah kualitas informasi yang dijamin bebas dari kesalahan dan penyimpangan atau bias serta telah dinilai dan disajikan secara layak sesuai dengan tujuannya. Reliabel mempunyai tiga karakteristik utama yaitu :
a. Dapat diperiksa (verifiability), yaitu konsensus dalam pilihan pengukuran akuntansi yang dapat dinilai melalui kemampuannya untuk meyakinkan bahwa apakah informasi yang disajikan berdasarkan metode tertentu memberikan hasil yang sama apabila diverifikasi dengan metode yang sama oleh pihak independen.
b. Kejujuran penyajian (representation faithfulness), yaitu adanya kecocokan antara angka dan diskripsi akuntansi serta sumber-sumbernya.
c. Netralitas (neutrality), informasi akuntansi yang netral diperuntukkan bagi kebutuhan umum para pemakai dan terlepas dari anggapan mengenai kebutuhan tertentu dan keinginan tertentu para pemakai khusus informasi.
(44)
28
4. Daya banding (comparability), informasi akuntansi yang dapat dibandingkan menyajikan kesamaan dan perbedaan yang tibul dari kesamaan dasar dan perbedaan dasar dalam perusahaan dan transaksinya dan tidak semata-mata dari perbedaan perlakuan akuntansinya.
5. Konsistensi (consistency), yaitu keseragaman dalam penetapan kebijaksanaan dan prosedur akuntansi yang tidak berubah dari periode ke periode.
2.4 Pendidikan Manajer
Holmes dan Nicholls (1988) mengemukakan bahwa pendidikan manajer mempengaruhi penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang diperoleh dibangku sekolah formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Pendidikan formal mempunyai mempunyai jenjang pendidikan yang jelas mulai dari sekolah dasar, pendidikan menengah, sampai perguruan tinggi. Manajer perusahaan yang menempuh pendidikan tinggi dapat mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi pada usahanya, dibandingkan dengan manajer usaha yang hanya menempuh pendidikan formal yang rendah. Tingkat pendidikan manajer menentukan pemahaman manajer terhadap pentingnya penggunaan informasi akuntansi (Holmes dan Nicholls, 1988).
Dalam penelitian ini indikator pendidikan manajer dilihat dari pendidikan formal. Peneliti tidak menggunakan pendidikan non formal
(45)
karena menurut peneliti kebanyakan responden pada jaman yang modern ini sudah menempuh pendidikan formal, itu dapat dilihat dari kebijakan pemerintah bahwa pada masa sekarang ini diwajibkan untuk menempuh pendidikan formal minimal wajib belajar 12 tahun atau sampai jenjang sekolah menengah atas
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan lamanya manajer menempuh pendidikan formal. Untuk tingkat sekolah dasar (SD) diberi skor 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diberi skor 9 tahun, Sekolah Menengah Atas (SMA) diberi skor 12 tahun, Diploma diberi skor 15 tahun, Sarjana (S1) diberi skor 16 tahun, Pasca sarjana (S2) diberi skor 18 tahun dan Doktor (S3) diberi skor 20 tahun.
2.5 Umur Perusahaan
Umur perusahaan adalah lamanya sebuah perusahaan berdiri, berkembang dan bertahan. Umur perusahaan dihitung sejak perusahaan tersebut berdiri berdasarkan akta pendirian sampai penelitian dilakukan. Holmes dan Nicholls (1988) memperlihatkan bahwa penyediaan informasi akuntansi dipengaruhi oleh usia usaha. Semakin lama umur perusahaan, semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Dan hal ini akan menimbulkan kepercayaan konsumen terhadap produk-produk perusahaan tersebut.
Selain itu, umur mengakibatkan perubahan pola pikir dan tingkat kedewasaan perusahaan tersebut dalam mengambil sikap atas setiap tindakan-tindakannya (Kristian, 2010). Perusahaan yang sudah lama berdiri
(46)
30
tentunya mempunyai strategi dan kiat-kiat yang lebih solid untuk tetap bisa survive dimasa depan. Semakin lama sebuah perusahaan berdiri, tentunya telah banyak pula mengalami liku-liku dalam berbisnis, mulai dari kemajuan hingga masalah dan kendala yang dihadapi. Kemampuan sebuah perusahaan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang muncul dalam masa pengelolaan perusahaan, akan semakin menguatkan keberadaan perusahaan itu sendiri. Banyak cara-cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk bertahan dalam setiap kendala yang dihadapi. Sehingga, jika terjadi lagi kesulitan mauun kendala yang sama maupun berbeda, maka perusahaan tersebut sudah siap dan mampu untuk mengatasi masalah tersebut dengan baik dan menyelesaikannya dengan sukses.
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka akan membuat perusahaan tersebut semakin berkompeten. Dan semakin lama perusahaan tersebut berdiri dan bertahan, maka perusahaan itu akan semakin diakui keberadaan dan keunggulannya di mata masyarakat. Apalagi jika produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan selalu baik kualitasnya serta tidak pernah mengecewakan konsumen. Perusahaan tersebut akan dipercayai oleh konsumen sebagai perusahaan yang baik dan jaminan atas hasil yang baik pula.
Indikator dalam variabel ini berdasarkan lamanya perusahaan berdiri dan beroperasi. Sedangkan pengukuran dalam variabel umur perusahaan dilihat dari lamanya perusahaan berdiri dan beroperasi yang dinyatakan dalam tahun.
(47)
2.6 Skala Usaha
Skala usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya dengan melihat beberapa jumlah karyawan yang dipekerjakan dan berapa besar pendapatan yag diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi (Nicholls dan Holmes, 1988). Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasikan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan, Kristian (2010).
Indikator variabel skala usaha dilihat dari karyawan yang bekerja full time. Untuk pengukuran variabel ini juga menggunakan jumlah karyawan yang bekerja full time.
2.7 Good Corporate Governance (GCG)
Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai : sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders (Surya dan Ivan, 2006). Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan manajer, direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu. Menurut Forum Corporate Governance in Indonesian, 2002 dalam (Maskur, 2012) salah satu kegunaan dari GCG adalah untuk memperbaiki kinerja usaha dan memperbaiki kinerja ekonomi.
(48)
32
Menurut OECD dalam (Maskur, 2012) Corporate Governance adalah sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola risiko dan bertanggung jawab dengan memerhatikan kepentingan stakeholders. Para pengambil keputusan di perusahaan haruslah dapat dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi shareholders lainnya.
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, corporate governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Menurut Menteri Keuangan bahwa tata kelola perusahaan yang baik adalah struktur
(49)
dan proses yang digunakan dan diterapkan pada organ perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi seluruh stakeholder.
Peraturan Menteri Negara Badan Milik Negara tentang “Penerapan Tata Kelola yang baik (Good Corporate Governance)” tahun 2011 dalam menyebutkan bahwa GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. Menurut KNKG (2006), prinsip-prinsip GCG terdiri dari :
1. Tranparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem,
dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di
dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan di mana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
(50)
34
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan dan perundangan yang berlaku. Arsanto (2014) penerapan prinsip GCG pada hakikatnya akan meningkatkan citra dan kinerja perusahaan serta meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tujuan :
1. Memaksimalkan nilai perusahaan denga cara meningkatkan penerapan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.
2. Terlaksananya perusahaan secara profesiobal dan mandiri.
3. Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh organ perusahaan yang didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Terlaksananya tanggungjawab sosial perusahaan terhadap stakeholder. 5. Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif.
2.8 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu tentang penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi dan penerapan GCG pada usaha kecil dan menengah :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel Hasil
Holmes dan Nicholls (1988)
Ukuran usaha, masa memimpin, sektor industri, pendidikan manajer
Penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi secara signifikan dipengaruhi oleh seluruh variabel tersebut.
(51)
perusahaan, sektor industri, pendidikan manajer
pada usaha kecil menengah secara signifikan dipengaruhi oleh seluruh variabel tersebut.
Grace (2003) Skala usaha, masa memimpin, umur perusahaan, pendidikan manajer, sektor industri, pelatihan akuntansi, budaya organisasi
Penyiapan penggunaan informasi akuntansi secara signifikan dipengaruhi oleh seluruh variabel tersebut.
Astuti (2007) Skala usaha, masa memimpin, pendidikan manajer, pelatihan akuntansi yang diikuti, dan umur perusahaan.
Semua variabel independen kecuali pendidikan manajer, dan umur perusahaan signifikan terhadap penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah
Kristian (2010)
Skala usaha, umur perusahaan, dan pendidikan manajer.
Semua variabel independen kecuali skala usaha berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah.
Fitriyah (2006)
Pengetahuan akuntansi,
skala usaha,
pengalaman usaha, jenis usaha, dan katidakpastian
lingkungan.
Pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi, variabel ketidakpastian lingkungan memoderasi pengaruh pengalaman usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi. Maskur (2012) Tranparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi dan kewajaran.
Semua variabel kecuali variabel transparansi dan akuntabilitas sudah diterapkan dengan baik pada pelaksanaan GCG di usaha mikro kecil dan menengah.
Yuliastuti (2015)
Tranparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi dan kewajaran
Pengungkapan penerapan tata kelola korporat pada UMKM sudah diterapkan dengan baik melalui prinsip GCG.
2.9 Kerangka Berpikir
Informasi akuntansi digolongkan menjadi tiga jenis yaitu informasi operasi, informasi akuntansi manajemen, dan informasi akuntansi keuangan,
(52)
36
dari hasil output tersebut dihasilkan laporan keuangan yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh pihak internal maupun perusahaan. Holmes dan Nicholls (1988) menyatakan bahwa kekurangan informasi akuntansi dalam manajemen perusahaan dapat membahayakan perusahaan kecil. Akuntansi menurut manfaatnya bagi para pemakai dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : statuory accounting information, budgetary information, dan additional accounting information.
Ketidakmampuan menyediakan dan menggunakan informasi akuntansi merupakan faktor utama yang menimbulkan permasalahan dan mengakibatkan kegagalan perusahaan kecil dan menengah dalam pengembangan usaha (Astuti, 2007). Informasi akuntansi sangat bermanfaat bagi UKM, karena merupakan alat yang digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan keputusan. Penggunaan informasi akuntansi dalam penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, umur perusahaan, pendidikan manajer, dan skala usaha.
Holmes dan Nicholls (1988) mengklasifikasikan informasi berdasarkan manfaat bagi pemakainya ke dalam tiga jenis, yaitu : (1) statuory accounting information, merupakan informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada; (2) budgetary information, yaitu informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal perusahaan dalam perencanaan, penilaian dan pengambilan keputusan; (3) additional accounting information, yaitu
(53)
informasi akuntansi lainnya yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan manajer.
UKM mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Dalam perkembangannya UKM menghadapi permasalahan yaitu kekurangan modal, sehingga untuk berkembang menjadi perusahaan besar sangat sulit. Masalah umum yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti keterbatasan modal kerja, kesulitan bahan baku, keterbatasan teknologi, sumber daya manusia dengan kualitas yang baik, informasi, dan pemasaran (Astuti dan Widiatmoko, 2003). Dalam menghadapi kerasnya persaingan dunia tidak sedikit usaha kecil yang mengalami kebangkrutan akibat dari krisis ekonomi global.
2.9.1 Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi
Pendidikan manajer sangat menentukan dalam menjalankan usaha dalam perusahaan. Kemampuan dan keahlian manajer berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi dalan perusahaan. Lamanya pendidikan formal yang ditempuh manajer itulah yang menentukan kemampuan dan keahlian manajer. Tingkat pendidikan formal yang rendah akan mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi, berbeda dengan manajer yang menempuh pendidikan tinggi. Dalam teori KBV pengetahuan sangat penting dalam sumber daya perusahaan karena dapat meningkatkan penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah. Hasil penelitian Grace (2003), Putri (2010) dan Kristian (2010) menyatakan
(54)
38
bahwa pendidikan manajer berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. Berdasarkan uraian di atas hipotesis pertama adalah : H1: Pendidikan manajer berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi.
2.9.2 Pengaruh Skala Usaha Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Skala usaha berpengaruh positif terhadap tingkat penggunaan informasi akuntansi (Holmes dan Nicholls, 1988). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingkat informasi akuntansi yang disediakan tergantung pada skala usaha, yang diukur dengan jumlah pendapatan atau hasil penjualan dan jumlah karyawan. Apabila skala usaha meningkat, maka proporsi perusahaan dalam penggunaan informasi statuori, anggaran dan informasi tambahan juga meningkat. Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasikan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan (Kristian, 2010). Penelitian Grace (2003), Astuti (2007), dan Putri (2010) menyatakan bahwa skala usaha berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi.
Teori RBT memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan (Wernerfelt, 1984) dalam (Subrata, 2014). Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi, karena dengan adanya sumber daya yang kompetitif perusahaan memiliki kinerja ekonomi yang bagus. Kinerja ekonomi menghasilkan informasi
(55)
akuntansi yang dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan. Keputusan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak internal dan eksternal perusahaan.
Jumlah pendapatan atau penjualan yang dihasilkan perusahaan dapat menunjukkan perputaran aset atau modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga semakin besar pendapatan atau penjualan yang diperoleh perusahaan semakin besar pula tingkat kompleksitas perusahaan dalam menggunakan informasi akuntansi (Fitriyah, 2006). Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan. Hipotesis kedua berdasarkan uraian di atas adalah :
H2 : Skala usaha berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi.
2.9.3 Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi
Good Corporate Governance merupakan suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku (Maskur, 2012). Penilaian adanya penerapan good corporate governance dalam perusahaan merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh para stakeholder. Fenomena bisnis yang tidak beretika berimplikasi
(56)
40
kepada kesinambungan perusahaan. Good corporate governance sebagai upaya mewujudkan bisnis yang beretika menjadi solusi sekaligus menjadi pengetahuan bagi perusahaan (Gilang dan Indah, 2015).
Tata kelola perusahaan dapat diterapkan di perusahaan kecil tidak hanya di perusahaan besar saja. Tetapi perusahaan kecil di Indonesia ini masih sangat jarang yang menerapkan GCG pada perusahaannya. Hal ini sangat disayangkan mengingat peran dari UKM terhadap perekonomian Indonesia sangat besar. Untuk penerapan GCG dalam perusahaan kecil itu sendiri dengan menggunakan asas/prinsip GCG yang terdiri dari : transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran. Hasil penelitian Maskur (2012) menyatakan bahwa sebagian UKM telah menerapkan GCG dengan baik, jika dilihat per asas GCG, UKM masih buruk dalam menerapkan asas transparansi dan akuntabilitas, sedangkan untuk asas responsibility, independensi dan kewajaran sudah dilaksanakan dengan baik. Hipotesis ketiga berdasarkan uraian di atas adalah :
H3 : Good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi.
2.9.4 Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Good Corporate Governance Pendidikan manajer yang tinggi dapat mempengaruhi pengelolaan perusahaan yang baik. Manajer perusahaan kecil sangatlah dominan dalam menjalankan usaha dalam perusahaan. Kemampuan dan keahlian manajer sangat mempengaruhi penerapan prinsip GCG dalam perusahaannya. Manajer yang sudah menerapkan prinsip good corporate governance pada
(57)
perusahaannya dapat mendorong majunya perusahaan serta menciptakan tata kelola yang baik bagi perusahaannya. Dengan menerapkan suatu prinsip GCG perusahaan menjadi terarah dan mudah untuk menuju perusahaan yang besar. Penelitian terdahulu belum ada yang meneliti tentang pengaruh manajer terhadap good corporate governance, sehingga peneliti tidak dapat membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Berdasarkan teori yang ada bahwa prinsip good corporate governance dapat diterapkan di usaha kecil dan menengah. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis keempat yang diajukan adalah sebagai berikut :
H4 : Pendidikan manajer berpengaruh signifikan terhadap good corporate governance.
2.9.5 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Good Corporate Governance Umur perusahaan merupakan lamanya perusahaan berdiri dan beroperasi. Semakin lama perusahaan berdiri semakin banyak pengalaman yang diperoleh dalam mengelola perusahaan, dibandingkan dengan perusahaan yang belum lama berdiri. Umur menentukan cara berpikir, bertindak dan berperilaku perusahaan dalam melakukan oprasionalnya (Kristian, 2010). Semakin tua perusahaan berdiri seharusnya perusahaan cenderung untuk menerapkan prinsip good corporate governance dalam usahanya. Hal ini dapat dilihat dari tata cara manajer mengelola perusahaannya. Perusahaan yang berdiri lama maka ada pemisahan fungsi dalam perusahaannya, sehingga tata kelola perusahaan terlihat lebih rapi
(58)
42
dibandingkan dengan perusahaan yang baru saja berdiri. Hipotesis kelima berdasarkan uraian di atas adalah :
H5 : Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap good corporate governance.
2.9.6 Pengaruh Skala Usaha Terhadap Good Corporate Governance
Skala usaha dalam usaha kecil dan menengah dapat dilihat dari jumlah karyawan yang bekerja full time. Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengopersionalkan usahanya (Kristian,20100). Semakin besar jumlah karyawan semakin besar untuk menggunakan prinsip GCG, karena apabila dalam suatu perusahaan mempunyai karyawan yang cukup banyak maka diperlukan pemisahan fungsi dalam pekerjaannya sehingga memerlukan tata kelola perusahaan yang jelas. Hipotesis keenam berdasarkan uraian di atas adalah :
H6 : Skala usaha berpengaruh signifikan terhadap good corporate governance.
2.9.7 Pengaruh Pendidikan Manajer Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Melalui Good Corporate Governance
Good corporate governance sangat penting diterapkan dalam usaha kecil dan menengah. Untuk menerapkan prinsip GCG dalam suatu perusahaan perlu peran seorang manajer. Pendidikan manajer tentunya sangat berperan penting dalam penerapan prinsip GCG pada perusahaan kecil dan menengah. Dengan adanya good corporate governance yang diterapkan dengan baik dalam perusahaan, maka akan membantu
(59)
perusahaan dalam menggunakan informasi akuntansi. Hipotesis ketujuh berdasarkan uraian diatas adalah :
H7 : Pendidikan manajer berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance.
2.9.8 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Melalui Good Corporate Governance
Lamanya perusahaan berdiri dan beroperasi berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi. Hal itu dapat dilihat dari pengalaman manajer yang sudah menggunakan informasi akuntansi dalam perusahaannya. Kebanyakan perusahaan yang sudah menggunakan informasi akuntansi adalah perusahaan yang usianya sudah menginjak lima tahun ke atas. Perusahaan yang berdiri sudah lama juga cenderung sudah menerapkan prinsip GCG dalam mengelola perusahaannya. Sehingga perusahaan mereka tertata rapi dan dapat berkembang dengan baik dengan adanya prinsip GCG tersebut. Hipotesis kedelapan dalam penelitian ini adalah :
H8 : Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance.
2.9.9 Pengaruh Skala Usaha Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Melalui Good Corporate Governance
Jumlah karyawan yang banyak akan mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mempunyai struktur organisasi yang jelas. Dengan prinsip GCG struktur
(60)
44
organisasi dalam perusahaan bisa terbentuk. Salah satunya adalah pemisahan fungsi pekerjaan pada karyawan tertata rapi. Hal tersebut bisa terbentuk karena adanya prinsip GCG yang baik, maka perusahaan dapat dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan yang baik juga dapat berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi. sehingga hipotesis kesembilan dalam penelitian ini adalah :
H9 : Skala usaha berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance.
2.10 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban atau pernyataan sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012). Berdasarkan perumusan masalah di atas penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh positif pendidikan manajer terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah?
H2 : Terdapat pengaruh positif skala usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah?
H3 : Terdapat pengaruh positif Good Corporate Governance terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah?
H4 : Terdapat pengaruh positif pendidikan manajer terhadap good corporate governance pada usaha kecil menengah?
(61)
H5 : Terdapat pengaruh positif umur perusahaan terhadap good corporate governance pada usaha kecil menengah?
H6 : Terdapat pengaruh positif skala usaha terhadap good corporate governance pada usaha kecil menengah?
H7 : Terdapat pengaruh positif pendidikan manajer terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance pada usaha kecil dan menengah?
H8 : Terdapat pengaruh positif umur perusahaan terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance pada usaha kecil dan menengah?
H9 : Terdapat pengaruh positif skala usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi melalui good corporate governance pada usaha kecil dan menengah?
Gambar 2.1 Model Penelitian
H1
H4, H7
H5,H8 H3
H6, H9
H2 Pendidikan
Manajer e e
Penggunaan Informasi Akuntansi Good
Corporate Governance Umur
Perusahaan
(62)
46 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer penelitian ini diperoleh dari responden langsung atas jawaban kuesioner yang dibagikan kepada para manajer perusahaan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistik yang pengolahannya dibantu dengan aplikasi software AMOS 21.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah manajer atau manajer perusahaan kecil dan menengah yang terdapat di kabupaten Kendal.
(63)
Jumlah usaha kecil dan menengah yang terdaftar di Dinas Koperasi Usaha Kecil, Mikro dan Menengah sebanyak 12.758 UKM.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012). Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin :
Keterangan :
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi populasi
D : kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari hasil observasi di Dinas Koperasi Usaha Kecil, Mikro dan Menengah di Kabupaten Kendal terdapat 12.758 usaha kecil dan menengah. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti dapat mengambil sampel minimal sebesar :
(64)
48
= 99.23 dibulatkan menjadi 100
Berdasarkan rumus di atas hasil minimal yang diperoleh untuk menentukan sampel adalah 100 sampel. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 250 sampel usaha kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Kendal.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini digunakan lima variabel, yaitu tiga variabel exogenous, satu variabel endogenous, dan satu variabel intervening.
1. Variabel Exogenous
Variabel exogenous adalah variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel eksogen ditunjukkan dengan adanya anak panah yang berasal dari variabel tersebut menuju ke variabel endogen (Santoso, 2011). Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel eksogen yaitu :
1. Pendidikan Manajer (X1)
Pendidikan manajer merupakan pendidikan formal yang ditempuh oleh manajer perusahaan. Pendidikan manajer akan mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi pada suatu
(65)
perusahaan. Variabel ini diukur dengan lamanya pendidikan terakhir yang ditempuh manajer perusahaan. Untuk tingkat sekolah dasar (SD) diberi skor 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diberi skor 9 tahun, Sekolah Menengah Atas (SMA) diberi skor 12 tahun, Diploma diberi skor 15 tahun, Sarjana (S1) diberi skor 16 tahun, Pasca sarjana (S2) diberi skor 18 tahun dan Doktor (S3) diberi skor 20 tahun.
2. Umur Perusahaan (X2)
Umur perusahaan adalah usia atau lamanya perusahaan beroperasi. Semakin lama perusahaan beroperasi, maka kebutuhan informasi semakin komplek. Hal ini disebabkan tuntutan dari perkembangan yang dialami oleh perusahaaan (Holmes dan Nichols 1988; Grace, 2003 dan Fitriyah, 2006). Variabel ini diukur sesuai dengan berapa lama umur perusahaan beroperasi atau usaha yang sudah dijalankan.
3. Skala Usaha (X3)
Skala usaha diukur berdasarkan tenaga kerja full time yang bekerja diperusahaan. Pengukuran variabel skala usaha sesuai dengan jumlah riil tenaga kerja yang bekerja dalam perusahaan tersebut.
2. Variabel Endogenous
Variabel endogenous adalah variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen (eksogen). Variabel endogen
(66)
50
ditujukkan dengan adanya anak panah yang menuju variabel tersebut (Santoso, 2011). Dalam penelitian ini variabel endogennya adalah Penggunaan Informasi Akuntansi.
Penggunaan informasi akuntansi adalah pemanfaatan informasi-informasi akuntansi yang berasal dari catatan-catatan akuntansi untuk pengambilan keputusan bisnis. Adapun indikatornya adalah :
1. Informasi statuori
Informasi statuori merupakan informasi yang wajib diselenggarakan berdasarkan peraturan yang berlaku (Candra, 2010). Pengukuran indikator informasi akuntansi statuori dalam penelitian ini menggunakan lima item pertanyaan tentang bagaimana tingkat penggunaan informasi akuntansi satuori pada Usaha Kecil dan Menengah. Pertanyaan tersebut meliputi penggunaan neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.
2. Informasi anggaran
Informasi anggaran merupakan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak internal dalam pengambilan keputusan. Pengukuran indikator informasi anggaran dalam penenlitian ini menggunakan empat item pertanyaan tentang bagaimana tingkat penggunaan informasi akuntansi anggaran yaitu : anggaran kas, anggaran penjualan, anggaran biaya produksi, dan anggaran biaya operasi.
(1)
Lampiran 5
(2)
FAKTOR PENENTU PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Yth : Bapak/Ibu Pimpinan Perusahaan Di tempat
Bersama ini saya menyampaikan permohonan kepada Bapak/Ibu agar berkenan meluangkan waktu sejenak untuk mengisi daftar pernyataan berikut secara sukarela, jujur dan benar. Daftar pernyataan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan informasi akuntansi yang Bapak/Ibu peroleh selama memimpin perusahaan.
Hasil jawaban Bapak/Ibu nantinya akan digunakan sebagai bahan penelitian tentang sejauh mana faktor-faktor yang Bapak/Ibu gunakan dalam menggunakan informasi akuntansi guna kemajuan perusahaan.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Semarang, April 2016 Hormat saya,
(3)
Lampiran 6
(4)
Lampiran 7
KUESIONER PENELITIAN Petunjuk pengisian :
Berilah tanda centang ( ) pada salah satu alternatif jawaban yang ada.
1. Penggunaan Informasi Akuntansi
Berapa sering anda menggunakan informasi akuntansi selama mengelola perusahaan, dari buku catatan berikut :
Selalu Sering
Kadang-kadang
Jarang Tidak
pernah Neraca
Laporan laba/rugi Laporan biaya produksi Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas
Anggaran arus kas Anggaran penjualan Anggaran biaya produksi Anggaran biaya operasi Laporan persediaan Laporan gaji karyawan Laporan jumlah produksi Laporan biaya produksi
2. Good Corporate Governance
Apakah perusahaan anda sudah melakukan hal-hal sebagai berikut:
Selalu Sering
Kadang-kadang
Jarang Tidak
pernah Pencatatan setiap terjadi transaksi pembelian
Pencatatan setiap terjadi transaksi penjualan Membuat laporan keuangan tiap tahun Penggajian pegawai dilakukan tepat waktu Penggajian pegawai sesuai kesepakatan awal Pemisahan fungsi dalam perusahaan
Membuat tata tertib pelaksanaan pekerjaan Rincian tugas dan tanggungjawab bagi pegawai
Berlaku sanksi dan bonus bagi pegawai Memiliki NPWP
Pembayaran pajak dilakukan tepat waktu Menanggapi komplain konsumen dengan profesional
(5)
Memilih pemasok sesuai kualitas barang Merekrut pegawai melalui orang kepercayaan Ketentuan pemilihan pegawai
Pegawai berasal dari keluarga Pegawai berasal dari luar keluarga
Perbedaan kompensasi terhadap pegawai dari keluarga dan luar keluarga
Menjelaskan pola penggajian kepada pegawai Monitoring dan evaluasi dengan pegawai
Data Responden
1. Nama Pemilik :... 2. Alamat :... Kelurahan :... Kecamatan :
3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Umur :... 5. Masa usaha (umur perusahaan sampai saat ini) :...tahun 6. Pendidikan terakhir : SD SMP SMA
Diploma Sarjana
7. Masa memimpin perusahaan :... 8. Jenis usaha : manufaktur dagang jasa
9. Bisnis yang sudah dijalankan :...tahun 10.Jumlah karyawan :... 11.Nama perusahaan :...
(6)