Menanya Mengamati objek matematika yang abstrak

89

2. Menanya

Setelah terjadi proses mengamati, pengalaman belajar siswa berikutnya yang difasilitasi guru adalah ’ e a ya’. Pengalaman belajar tersebut dimaknai sebagai menanya dan mempertanyakan terhadap hal-hal yang diamati. Terjadinya kegiatan e a a oleh sis a dapat dise a ka elu dipahaminya hal-hal yang diamati, atau dapat pula karena ingin mendapatkan informasi tambahan tentang hal-hal yang diamati. Agar proses menanya oleh siswa semakin hari semakin lancar dan berkualitas, guru dapat memfasilitasi dengan pancingan pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi menggiring atau mengarahkan siswa agar mempertanyakan hal-hal yang diamati. Pertanyaan yang dilontarkan guru adalah pertanyaan yang terarah dan mengacu pada tujuan pembelajaran. Pertanyaan itu berfungsi sebagai penuntun. Dalam hal ini pertanyaan itu disebut pertanyaan penuntunpancingan. Pertanyaan penuntunpancingan disusun dari yang mudah ke yang sulit dan muatannya relevan dengan fenomena yang diamati dan jawabannya dapat memfasilitasi siswa agar mudah dalam memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Pertanyaan penuntunpancingan seperti itu diharapkan dapat menumbuhkan keingintahuan siswa dan mendorong munculnya pertanyaan-pertanyan pada diri siswa. Berhubung objek kajian matematika yang dipelajari siswa bersifat abstrak, sehingga memerlukan langkah pedagogis yang tepat, maka menjadi penting keberadaan dari pertanyaan penuntunpancingan demi terwujudnya proses pembelajaran mengamati dan menanya yang berkualitas dan efektif. Pertanyaan penuntunpancingan yang diajukan guru diharapkan juga dapat melatih tumbuhnya sikap kritis dan logis. Dalam hal mempelajari keterampilan berprosedur matematika, kecenderungan yang ada sekarang adalah siswa gagal menyelesaikan suatu masalah matematika jika konteksnya berbeda, walupun hanya sedikit perbedaannya. Ini terjadi karena siswa cenderung menghafal algoritma atau prosedur tertentu. Pada diri siswa tidak terbangun kreativitas dalam berprosedur. Kreativitas berprosedur dapat dibangkitkan dari pemberian pertanyaan yang tepat. Pertanyaan-pertanyaan didesain agar siswa dapat berpikir tentang alternatif-alternatif jawaban atau alternatif-alternatif cara berprosedur. Dalam hal ini guru diharapkan agar menahan diri untuk tidak memberi tahu jawaban pertanyaan. Apabila terjadi kendala dalam proses menjawab pertanyaan, atau diprediksi terjadi kendala dalam menjawab pertanyaan, guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan secara bertahap yang mengarah pada diperolehnya jawaban pertanyaan oleh siswa sendiri. Di sinilah peran guru dalam memberikan scaffolding atau pe gu gkit u tuk e aksi alkan ZPD pada siswa. Pertanyaan penuntunpancingan yang tepat dari guru akan membimbing dan menggiring siswa mampu menanya dan mempertanyakan informasi pada yang diamati. Pembiasaan terhadap siswa untuk bertanya diharapkan mampu memfasilitasi berkembang dan terbangunnya sikap ingin tahu yang tinggi, kritis, logis dan kreatif dan menghardgai pikiran atau pendapat orang lain. Melalui pengalaman menanya dan mempertanyakan, siswa diharapkan terasah kemampuan memformulasikan pertanyaan yang hal itu akan berdampak pada terampilnya kemampuan merumuskan masalah. Pada abad 21 ini perkembangan komputasi telah demikian pesat sehingga telah berdampak pada lahirnya pirantialatmesin yang dalam banyak hal telah membantu kita sehingga dapat 90 menyelesaikan suatu pekerjaan dengan lebih cepat. Kemampuan merumuskan masalah sangat penting perannya dalam membekali siswa agar mampu beradaptasi terhadap penggunaan pirantialatmesin dalam kehidupan sehari-harinya. Pada tataran ke depannya, kemampuan merumuskan masalah dan rasa ingin tahu yang tinggi diharapkan mampu menjadikan siswa sebagai calon produsen yang unggul dari suatu pirantialatmesin, tidak hanya sebagai pengguna. Tidak hanya pada pirantialatmesin, pada kehidupan sosial, budaya dan ekonomi abad 21 ini terjadi perubahan-perubahan yang sangat dinamis. Bila perubahan-perubahan tidak diantisipasi maka dapat berpotensi menimbulkan masalah bagi siswa dan lingkungannya, misalnya menjadi tertinggal, salah langkah menjalani hidup, bahkan tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Untuk itulah diperlukan pembiasaan agar siswa memiliki keingintahuan yang tinggi dan dapat memformulasikan permasalahan di sekitar kehidupan pribadi dan lingkungannya, agar dapat mengantisipasi setiap perubahan dengan baik, sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan yang dapat berkaibat fatal dalam mengarungi hidup ini. Dalam proses pembelajaran matematika, pembiasaan kemampuan menanya dan merumuskan masalah sangat mendukung siswa dalam meniti keterampilan memecahkan masalah matematika.

3. Mengumpulkan informasi