Metode Penelitian di Laboratorium

37 dikocok dengan cara membolak-balikannya. d. Setelah dikocok selama 30 detik masukan tabung ke dalam bak perendam yang suhu airnya konstan, kemudian hydrometer dimasukkan ke dalam suspensi dan siapkan stopwatch. e. Dilakukan pembacaan hydrometer pada waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit tanpa memindahkan hidrometer. f. Untuk pembacaan selanjutnya, hidrometer dimasukkan tepat sebelum pembacaan dimulai yang dilakukan pada waktu 5, 15, 30, 60, 120, 240, dan 1440 menit. Setiap perubahan tempratur pada setiap suspensi dicatat. g. Setelah pembacaan terakhir, suspensi dituang ke dalam saringan No.200 dan cuci dengan air sampai air yang lewat saringan jernih, kemudian tanah yang tertahan di atas saringan No. 200 dioven dan dilakukan analisis saringan. Perhitungan: a. Faktor air higroskopis yaitu perbandingan antara berat contoh tanah yang dioven berat contoh tanah kering udara yang dihitung terlebih dahulu. b. Berat kering oven contoh tanah yang digunakan untuk tes hidrometer dengan mengalikan berat tanah kering udara dengan faktor air higroskopisnya . c. Berat total contoh tanah yang diwakili oleh contoh tanah yang dites dihitung dengan membagi berat kering oven contoh tanah dengan persentase bagian yang lewat saringan kemudian dikalikan 100 d. Persentase tanah yang tertinggal dalam suspensi dapat dihitung dengan rumus: P’ = x 100 hydrometer type 152 H 3.1 P = Persentase berat tanah yang tinggal dalam suspensi R = Pembacaan hidrometer yang telah dikoreksi W = Berat total contoh tanah kering yang diperiksa a = Angka koreksi 38 e. Diameter butir tanah dihitung dengan rumus: D = 3.2 K = Harga konstan berdasarkan temperatur suspensi dan berat jenis tanah L = Jarak vertikal dan kedalaman dimana berat jenis suspensi diukur yang dipengaruhi oleh hidrometer, ukuran silinder dan berat jenis suspensi T = Waktu pembacaan terhadap waktu mulainya sedimentasi dalam menit

3.7.3.3 Pemeriksaan Berat Jenis Gs

Tujuan: Untuk menentukan berat jenis tanah dengan perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air destilasi pada suhu tertentu. Peralatan : a. Piknometer yaitu botol gelas dengan leher sempit dengan tutup dari gelas yang berlubang kapiler, dengan kapasitas 50cc atau lebih besar b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram c. Air suling d. Oven dengan suhu 105°C-110°C e. Desikator f. Termometer g. Cawan porselen dengan penumbuk berkepala karet untuk menghancurkan gumpalan tanah menjadi butiran tanah h. Mat vakum atau kompor i. Saringan no.40 Benda Uji: Sampel yang akan diselidiki dikeringkan dalam oven selama 24 jam , kemudian ditumbuk dan disaring dengan saringan no.40. Pelaksanaan : a. Piknometer dibersihkan dari kotoran dan dikeringkan kemudian ditimbang beratnya 39 b. Tanah dengan berat kira-kira ±10 gram dimasukkan ke dalam piknometer kemudian ditimbang c. Piknometer yang telah berisi tanah diisi air kira-kira ±10 cc sehingga tanah terendam seluruhnya dan dibiarkan 10-15 menit. Tambahkan air sampai 13 piknometer. d. Piknometer berisi tanah dan air direbus kurang lebih 10 menit kemudian didinginkan dalam desikator e. Piknometer ditambah air sampai penuh dan ditutup. Bagian luar piknometer dikeringkan dengan kain kering kemudian piknometer berisi tanah dan air ditimbang. Air dalam piknometer diukur suhunya. f. Piknometer dikosongkan dan dibersihkan kemudian diisi dengan air sampai penuh dan tutup. Bagian luar dikeringkan dengan kain kemudian piknometer penuh air ditimbang.

3.7.3.4 Pemeriksaan Berat Volume Tanah

Tujuan : Untuk menentukan berat volume tanah. Berat volume tanah merupakan perbandingan antara berat tanah basah dengan volumenya Peralatan : a. Cincin uji b. Pisau pemotong contoh c. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram Benda uji:Sampel tanah yang digunakan merupakan sampel tanah tidak terganggu Pelaksanaan: a. Cincin dalam keadaan bersih ditimbang b. Benda uji disiapkan dengan menekan cincin pada tabung contoh sampai cincin terisi penuh c. Ratakan kedua permukaan dan bersihkan cincin sebelah luar. d. Cincin dan contoh ditimbang dengan ketelitian timbangan 0,01 gram 40 e. Volume tanah dihitung dengan mengukur ukuran dalam cincin

3.7.3.5 Pemeriksaan Batas Cair

Tujuan: Untuk menentukan batas cair tanah. Peralatan : a. Cawan porselen b. Spatula c. Mat batas cair Cassagrande d. Alat pembarut grooving tool e. Saringan no.40 f. Penumbuk berkepala karet g. Air suling h. Alat-alat pemeriksa kadar air Benda Uji : a. Contoh tanah yang perlu disediakan untuk pemeriksaan ini sebanyak ± 100 gram dan disaring lewat saringan no.40. b. Bila tanah berbutir kasar, mula-mula dikeringkan dalam suhu udara secukupnya sampai dapat disaring. c. Gumpalan-gumpalan tanah dipecahkan dengan cara ditumbuk dalam mortar dengan penumbuk berkepala karet sehingga butir- butimya tidak rusak. Pelaksanaan : a. Tanah diletakan dalam porselen dan dicampur secara merata dengan air suling kira-kira 15-20 ml b. Tanah yang telah dicampur tadi diletakan pada cawan cassagrande sedemikian rupa sehingga permukaan tanah rata dan dibuat mendatar dengan ujung terdepan tepat pada ujung terbawah mangkok. Dengan demikian tebal tanah terdalam akan setebal 1 cm c. Pada garis tengah mangkok dibuat alur dengan pembarut sehingga terpisah menjadi dua bagian simetris. d. Dengan bantuan alat pemutar, cawan diangkat dan diturunkan dengan kecepatan 2 putaran per detik sampai kedua bagian tanah 41 bertemu sepanjang kira-kira 12,7 mm. Jumlah pukulan yang diperlukan dicatat. Sebagian contoh diambil untuk diperiksa kadar airnya. e. Pada percobaan pertama, jumlah pukulan yang diperlukan antara 30-40 kali pukulan, air ditambahkan sedikit demi sedikit dan aduk. Percobaan di atas diulangi beberapa kali sehingga 4 buah data hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan. f. Dari data tersebut dibuat grafik, dimana kadar air sebagai ordinat dan jumlah pukulan sebagai absis. Garis lurus ditarik sebagai penghubung dari titik-titik yang diperoleh. Batas cair tanah adalah kadar air tanah yang diperoleh dan perpotongan garis penghubung tersebut dengan garis vertikal 25 kali pukulan.

3.7.3.6 Pemeriksaan Batas Plastis

Tujuan: Untuk mengetahui batas plastis tanah. Peralatan : a. Cawan porselen b. Spatula c. Pelat kaca d. Saringan No.40 e. Batang pembanding berupa kawat 0 3 mm f. Alat-alat pemeriksaan kadar air Benda Uji : a. Contoh tanah yang perlu disediakan untuk pemeriksaan ini sebanyak ± 8 gram. b. Apabila contoh tanah mengandung butir¬butir kasar mula-mula dikeringkan terlebih dahulu kenudian baru dipecahkan dengan penumbuk lalu disaring Pelaksanaan : a. Contoh tanah diletakan pada cawan porselen ditambahkan air sedikit demi sedikit b. Contoh tanah yang sudah homogeny diambil ±8 gram dan dibuat 42 gulungan tanah di atas pelat kaca sampai terbentuk batangan- batangan dengan diameter 3 mm. Bila belum menunjukan retak- retak maka tanah terlalu basah dan perlu dikeringkan dengan cara didiamkan atau diaduk-aduk dalam cawan pencampur. c. Contoh tanah yang sudah menunjukan retak-retak pada diameter 3mm menandakan tanah tersebut dalam keadaan plastis. d. Contoh tanah tersebut diambil dan periksa kadar airnya.

3.7.3.7 Pemeriksaan Batas Susut

Tujuan : Untuk mengetahui batas susut suatu tanah. Peralatan : a. Cawan porselen b. Spatula c. Cawan susut dan porselen atau monel berbentuk bulat dengan dasar rata, berdiameter ± 1,44 cm dan tinggi ± 1,27 cm d. Pisau perata straight edge e. Air raksa f. Gelas ukur 25 cc g. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram Benda uji : a. Contoh tanah lolos saringan no.40 disediakan sebanyak ±30 gram. Bila tanah mengandung butir kasar, mula-mula dikeringkan dalam suhu udara secukupnya, sampai dapat disaring. b. Gumpalan-gumpalan tanah dipecahkan dengan cara ditumbuk dalam mortar dengan penumbuk berkepala karet sehingga butir- butirnya tidak rusak. Pelaksanaan : a. Contoh tanah diletakkan pada cawan porselen dan diaduk secara merata dengan air destilasi sehingga mengisi semua pori-pori tanah dan jangan sampai ada udara yang terperangkap di dalamnya. b. Banyaknya air sedemikian rupa sehingga bila benda uji berupa tanah plastis kadar air lebih 10 dari batas cair, sedangkan bila benda uji berupa tanah kurang plastis sehingga konsistensi tanah 43 sedikit di atas batas cair. c. Cawan susut dibersihkan dan ditimbang, kemudian tentukan volume cawan susut. Caranya cawan ditaruh dalam mangkok porselen dengan air raksa sampai penuh. Cawan ditekan dengan pelat gelas kaca di atas permukaan cawan jangan sampai ada udara yang terperangkap. Air raksa yang melekat di luar cawan dibersihkan, air raksa dipindahkan pada mangkok lain dan beratnyadihitung. Volume cawan sama dengan berat air raksa dibagi berat jenisnya. d. Bagian dalam cawan diolesi dengan pelumas. Cawan diisi dengan tanah basah yang telah disiapkan kira-kira 13 volumenya dan diletakan ditengahnya. Cawan dipukul-pukulkan pada bidang kokoh sehingga tanah mengisi sudut-sudut cawan. Tanah ditambahkan sehingga terisi penuh sampai tepi atas, lalu diratakan dengan pisau perata dan tanah yang melekat di luar cawan dibersihkan sehingga volume tanah sama dengan volume cawan. e. Cawan yang berisi tanah basah kemudian ditimbang lalu dibiarkan tanah mengering di udara sampai berubah dari warna tua menjadi muda. Kemudian cawan berisi tanah dimasukkan dalam oven. Didinginkan dalam desikator dan setelah itu ditimbang. f. Volume tanah kering ditentukan dengan cara tanah kering dan cawan dikeluarkan dan celupkan dalam mangkok gelas berisi air raksa sampai melimpah. Mangkok ditempatkan dalam cawan porselen dan ditekan tanah dengan pelat gelas berpaku tiga secara hati-hati di atas mangkok dan berat air raksa tersebut dihitung. Volume tanah kering sama dengan berat air raksa dibagi berat jenisnya.

3.7.3.8 Pemeriksaan Pemadatan Standar

Tujuan : Untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah dengan jalan memadatkan dalam cetakan silinder yang berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 2,5 kg dan tinggi jatuh 30 cm. 44 Peralatan : a. Silinder pemadatan standar b. Penumbuk tanah standar c. Alat untuk mengeluarkan contoh tanah dari silinder d. Timbangan e. Oven f. Pisau perata g. Saringan no 4 h. Alat-alat pemeriksaan kadar air i. Talam, alat pengaduk, sendok dan kantong plastik Benda Uji : a. Contoh tanah dikeringkan sampai kering, kemudian ditumbuk dengan palu karet sehingga menjadi gembur dan disaring dengan saringan no.4. kemudian bagian tertahan disingkirkan. Jumlah contoh tanah yang dipakai ±2 kg untuk setiap percobaan. b. Kemudian sampel tanah terganggu ditambahkan campuran semen dan abu sekam padi dengan perbandingan 3:2 tiga untuk semen dan dua untuk abu sekam padi dengan persentase penambahan yaitu sebesar 0, 4, 8, 12, 16, dan 20 dari berat kering tanah ekspansif . Setelah dicampur barulah diberikan air dengan kadar yang berbeda-beda kemudian diperam dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik selama 16-24 jam Pelaksanaan : a. Alat silinder pemadatan yang akan digunakan dibersihkan, kemudian ditimbang dan dicatat beratnya. b. Pelat alas dan silinder sambungan dipasang dan dikelem. c. Sejumlah tanah lembab yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam silinder pemadat selapis demi selapis. Tanah dipadatkan dalam 3 lapis dan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 25 kali tumbukan. d. Setelah selesai pemadatan lepas silinder sambungan, kemudian tanah dipotong dengan pisau perata sehingga tanah rata dengan permukaan silinder. Bagian yang berlubang ditambal dan diratakan 45 kembali dengan pisau perata. e. Pelat dasar dilepaskan, kemudian silinder ditimbang beserta tanahnya dan dicatat beratnya, sehingga didapatkan berat tanah dalam keadaan basah. Tanah di dalam silinder dikeluarkan dan diambil bagian atas, tengah dan bawah untuk diperiksa kadar airnya. Kadar air yang dipergunakan dalam perhitungan adalah kadar air rata-rata dari ketiganya.

3.7.3.9 Pemeriksaan Kuat Tekan Bebas UCT

Tujuan : Untuk menentukan besarnya kekuatan tekan bebas suatu tanah Peralatan : a. Cetakan benda uji b. Alat untuk mengeluarkan contoh tanah c. Pisau tipis dan tajam d. Mistar ukur e. Timbangan f. Oven g. Mesin Tekan Bebas h. Stopwatch i. Alat-alat pemeriksaan kadar air Bendauji : a. Sampel tanah tidak terganggu b. Sampel tanah terganggu ditambahkan campuran semen dan abu sekam padi dengan perbandingan 3:2 tiga untuk semen dan dua untuk abu sekam padi dengan persentase penambahan yaitu sebesar 0, 4, 8, 12, 16, dan 20 dari berat kering tanah ekspansif tersebut dicampur dengan kadar air optimum kemudian dilakukan tes pemadatan Pelaksanaan : a. Benda uji dikeluarkan dari silinder pemadatan kemudian diukur diameter serta tingginya. Setelah benda uji tersebut diiris –iris baru kemudian ditimbang beratnya. 46 b. Benda uji kemudian diletakan pada mesin tekan bebas sehingga pelat atas menyentuh permukaan benda uji. c. Jarum arloji ukur pada beban dan arloji regangan diatur pada angka nol d. Pengujian pembebanan dimulai dengan menggunakan kecepatan regangan 0,5 - 2 per menit terhadap tinggi benda uji per menitnya, yang mana kecepatan ini diperkirakan sedemikian sehingga pecahnya benda uji tidak melampaui 10 menit. beban setiap regangan 0,5, 1, 2 dan seterusnya beban dibaca dan dicatat sampai contoh tanah mengalami keruntuhan atau sampai mencapai regangan 20.

3.7.3.10 Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar CBR

Tujuan:Untuk mengetahui daya dukung tanah dasar Peralatan : a. Mesin penetrasi loa ding machine berkapasitas sekurang- kurangnya 4,45 ton dengan kecepatan penetrasi sebesr 1,27 mm per menit. b. Cetakan logam berbentuk silinder dengan diameter dalam 152,4 ± 0,68 mm tinggi 50,8 mm dan keping alas logam uang berlubang- lubang dengan tebal 0,53 mm dan diameter lubang tidak lebih dari 1,59 mm. c. Piringan pemisah dari logam spacer disc dengan diameter luar 150,8 mm dan tebal 61,4 mm. d. Alat penumbuk. e. Alat pengukur perkembangan swell yang terdiri dari keeping pengembangan yang berlubang-lubang dengan batang pengukur, tripod logam, dan arloji pengukur. f. Keping beban dengan berat 2,27 kg, diameter 1994,2 mm, dengan lubang tengah berdiameter 54,0 mm. Torak penetrasi dari logam berdiameter 49,63 mm dan panjang yang tidak kurang dari 101,6 mm. 47 g. Satu buah arloji beban dan satu buah arloji pengukur penetrasi dengan ketelitian 0,001 inchi 0,9025 mm. Peralatan lain seperti talam, alat perata, tempat untuk meredam. h. Alat timbangan. Benda uji: Benda uji harus dipersiapkan menurut cara pemeriksaan pemadatan: a. Contohd iambi lkira-kira seberat 5 kg atau lebih untuk tanah dan 5,5 kg untuk campuran tanah agregat. b. Kemudian beban tersebut dicampur dengan air sampai kadar air optimum yang ditentukan pada percobaan pemadatan atau kadar air yang dikehendaki. c. Cetakan dipasang pada keeping alas dan ditimbang.Piring pemisah spacerdisc dimasukkan diatas keeping alas dan pasang kertas saring diatasnya. d. Bahan tersebut kemudian dipadatkan dalam cetakan seperti pada percobaan pemadatan. Apabila benda akan direndam periksa kadar airnya sebelum dipadatkan.Dana pabila benda uji tersebut tidak terendam pemeriksaan kadar air dilakukan setelah benda uji dikeluarkan dar icetakan. e. Leher sambungan dibuka dan diratakan dengan alat perata mistar logam.Lubang-lubang yang mungkin terjadi ditambal. Halini disebabkan oleh lepasnya butir-butir kasar dengan bahan yang lebih halus.Piringan pemisah dikeluarkan,dibalikan,dan pasang kembali cetakan berisi benda uji pada keeping alas dan ditimbang. f. Untuk pemeriksaan CBR langsung,benda uji telah siap diperiksa.Bila dikehendaki CBR yang direndam Soaked CBR harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: - Keping pengembangan dipasang diatas permukaan benda uji dan kemudian dipasang keping pemberat yang dikehendaki seberat 4,5 kg atau 10 lbs atau sesuai dengan keadaan beban perkerasan. Cetakan beserta beban direndam didalam 48 air sehingga air dapat meresap dari atas maupun dari bawah. Tripod beserta arloji pengukur pengembangan dipasang. Pembacaan pertama dicatat dan dibiarkan selama 96 jam. Permukaan air selama perendaman harus tetap kira-kira 2,5 cm diatas permukaan benda uji.Tanah berbutir halus atau berbutir kasar yang dapat melakukan air lebih cepat dapat direndam dalam waktu yang lebih singkat sampai pembacaan arloji tetap. Pada akhir perendaman catat pembacaan arloji pengembangan. - Cetakan dikeluarkan dari bak air,dimiringkan selama15 menit sehingga air bebas mengalir habis. Selama pengeluaran air dijaga agar permukaan benda uji tidak terganggu. - Beban diambil dari keping alas kemudian cetakan beserta isinya ditimbang.Benda uji CBR yang direndam telah siap untuk diperiksa. Pelaksanaan: a. Keping pemberat seberat minimal 4.5 kg 10 pound atau sesuai dengan beban perkerasan diletakkan di atas permukaan benda uji. b. Untuk benda uji yang direndam beban harus sama dengan beban yang dipergunakan waktu perendaman.Pertama –tama meletakkan keping pemberat2.27 kg 5 pound untuk mencegah pengembangan permukaan benda uji pada bagian lubang keeping pemberat.Pemberat selanjutnya dipasang torak yang disentuhkan pada permukaan benda uji. c. Kemudian torak penetrasi diatur pada permukaan benda uji.Sehingga arloji beban menunjukkan beban permulaan sebesar 4.5 kg 10 pound. Pembebanan ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji .Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji penunjuk penetrasi dinolkan. 49 d. Pembebanan diberikan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati kecepatan 1.27 mm per menit. Pembebanan dicatat pada penetrasi 0,312 mm 0. 0125”;0,62 mm 0.025”;1.25 mm 0, 05”;1,87 mm 0,075”;2,5 mm 0,10”;3,75 mm 0,15”;5 mm 0, 20”;7,5 mm 0,30”;10 mm 0,40”;dan 12,5 mm 0,50” . e. Beban maksimum dan penestrasinya dicatat bila pembebanan maksimum terjadi sebelum penetrasi 12,50 mm. f. Benda uji dikeluarkan dari cetakan dan ditentukan kadar air dari lapisan atas benda uji setebal 25,4mm. g. Bendauji untuk kadar air dapat diambil dari seluruh kedalaman bila diperlukan kadar air rata –rata.Benda uji untuk pemeriksaan kadar air sekurang –kurangnya 100 gr untuk tanah berbutir halus atau sekurang –kurangnya 500 gr untuk tanah berbutir kasar.

3.7.3.11 PemeriksaanKonsolidasi

Tujuan:Untuk mengetahui hubungan antara waktu t dengan penurunan s Peralatan : a. Satu unit alat konsolidasi b. Pisau kawat c. Alat pengeluar contoh tanah dari tabung sample extruder d. Beban-beban untuk pembebanan e. Stop watch f. Oven g. Neraca timbangan h. Cawan i. Desicator Bendauji : a. Sampel tanah tidak terganggu b. Sampel tanah terganggu ditambahkan campuran semen dan abu sekam padi dengan perbandingan 3:2 tiga untuk semen dan dua untuk abu sekam padi dengan persentase penambahan yaitu sebesar 0, 4, 8, 12, 16, dan 20 dari berat kering tanah 50 ekspansif .dicampur air sesuai dengan kadar air optimum kemudian dilakukan tes pemadatan. Setelah itu, contoh tanah dimasukkan kedalam cincin kemudian potong dengan pisau perata dan ujungnya diratakan Pelaksanaan : a. Berat cincin ditimbang W 1 b. Berat benda uji dan cincin ditimbang W 2 c. Cincin benda uji diletakkan diantara batu berpori dengan dilapisi kertas saring pada sel konsolidasi d. Alat nivo diatur pada posisi seimbang balance dengan memutar span skrup pengatur dan bola baja kecil diletakkan dalam coakan plat penekan supaya menyentuh bola baja e. Arloji pengukur dial deformation diatur pada posisi tertekan diatas batu pori kemudian dinolkan f. Air dituangkan pada sel konsolidasi dan didiamkan selama 24 jam agar contoh tanah jenuh air g. Setalah itu beban pertama diletakkan pada tempat beban sehingga besar tekanan yang diterima oleh contoh tanah yaitu sebesar 0.25 kgcm2 h. Span baut pengatur dilepaskan. i. Penurunan dibaca pada 0 detik; 5,40 detik; 15,00 detik; 29,40 detik; 1,00 menit; 2.25 menit; 4,00 menit; 6,25 menit; 9,00 menit, 12,25 menit; 16,00 menit; 25,00 menit; 36,00 menit; 49,00 menit; 64,00 menit; 81,00 menit; 100,00 menit; 121,00 menit; 144,00 menit; 225,00 menit; dan 1440,00 menit 24 jam j. Setelah dilakukan pembacaan selama 24 jam, beban kedua ditambahkan sebesar 0,5 kgcm 2 danbaut pengatur diatur hingga menyentuh lengan beban dan dilakukan pembacaan seperti langkah-langkah pada pembenanan yang pertama. k. Setelah itu dilakukan penambahan beban sebesar 1,0 kgcm 2 ; 2,0 kgcm 2 ; 4,00 kgcm 2 ; 8,0 kgcm 2 . 51 l. Setelah dilakukan pembebanan maksimum, beban dikurangi dalam dua tahap yaitu dengan beban 2,0 kgcm 2 ; dan 0,5 kgcm 2 . Dial deformasi 24 jam dibaca setelah pengurangan beban lalu beban dikurangi lagi. Pembacaan dilakukan kembali setelah 24 jam berikutnya. m. Pada akhir pembacaan, benda uji dikeluarkan kemudian timbang beratnya dan ukur tinggi contoh tanahnya n. Contoh tanah dimasukkan kedalam oven untuk ditentukan kadar airnya

3.8 Analisis Data

Dari pengujian di laboratorium yang dilaksanakan akan didapatkan hasil- hasil penelitian berupa data primer, yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau bentuk lain. Setiap hasil penelitian dibahas secara teoritik, baik secara kualitatif maupun kuantitatif 52

3.9 KerangkaPenelitian

Gambar 3.2 Kerangka penelitian Pengambilan Contoh Tanah Persiapan Alat dan Bahan Tidak Terganggu Undisturbed Terganggu Disturbed Identifikasi Tanah Alsi a. Pemeriksaan Kadar Air b. Pemeriksaan Berat Jenis Tanah c. Pemeriksaan , UCT, dan Konsolidasi Tanah lempung tidak dicampur dengan serbuk marmer Tanah lempung yang dicampur dengan serbuk marmer dengan prosentase 3, 6, 9, 12 dan 15 Pemeriksaan Gradasi Butiran Kasar dan Halus Tanah lempung yang dicampur dengan serbuk marmer dengan prosentase 3, 6, 9, 12 dan 15 Pemeriksaan Gradasi Butiran Kasar dan Halus Tanah lempung yang dicampur dengan serbuk marmer dengan prosentase 3, 6, 9, 12 dan 15 Pemeriksaan Gradasi Butiran Kasar dan Halus a. Pemeriksaan Kadar Air b. Pemeriksaan Berat Jenis Tanah c. Pemeriksaan Batas –batas Atterberg d. Pemeriksaan Pemadatan e. Pemeriksaan CBR, UCT, dan Konsolidasi Hasil Penelitian Analisa Hasil Penelitian Simpulan Selesai 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sifat Fisik dan Mekanis Tanah Seperti yang telah diuraikan serta dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, bahwa sampel tanah yang dipergunakan dalam penelitian laboratorium ini merupakan campuran tanah lempung Pejaten dengan Serbuk Marmer dengan prosentase yang bervariasi 0, 3, 6, 9, 12, dan 15. Karakteristik teknis yang dimiliki tanah asli dan tanah dengan campuran Serbuk Marmer, dapat diidentifikasikan dengan melakukan percobaan penelitian di laboratorium mengikuti prosedur percobaan yang ada dalam Buku Manual Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Unud. Adapun parameter yang ditentukan dalam menentukan sifat-sifat fisik dan mekanik tanah adalah : kadar air w , berat volume tanah basah, berat volume tanah kering, berat jenis Gs, batas-batas Atterberg, tes kepadatan, CBR, dan tes kuat tekan bebas UCT, serta gradasi butiran tanah analisa hidrometer dan analisa saringan. Nilai dari semua parameter sifat fisik dan mekanik tanah lempung Pejaten yang dicampur dengan Serbuk Marmer sebagai bahan stabilisasi tanah dasar untuk subgrade dapat dilihat berupa Tabel dan Gambar Grafik. 4.1.1 Sifat Fisik Tanah 4.1.1.1 Kadar Air Tanah Asli w Kadar air tanah ini berhubungan erat dengan derajat kekerasan dari tanah tersebut. Bila kadar air tanah rendah, maka diperlukan suatu daya pemadatan yang besar, sebaliknya bila kadar air tanah tinggi, biarpun daya pemadatan ditambah maka hal ini tidak berarti tanah akan menjadi lebih padat karena dalam hal ini volume pori sudah menjadi jenuh oleh air. Sehingga meskipun dengan mempertinggi daya pemadatan butir-butir tanah tidak mungkin menjadi lebih padat. Dalam penelitian laboritorium ini, tanah asli Desa Pejaten, Tabanan memiliki kadar air pada rentang 57,61 sampai 58,32 dengan kadar air rata- 54 rata 57,94 seperti terlihat ada Tabel 4.1. Dengan kadar air tanah yang tinggi 57,94 maka tanah asli Pejaten, perlu dilakukan stabilisasi tanah. Karena bila hanya dilakukan dengan cara menambah daya pemadatan, butir-butir tanahnya tidak mungkin akan menjadi lebih padat. Tabel 4.1 Hasil pengujian kadar air tanah Sampel Kadar Air Titik 1 57,61 Titik 2 57,88 Titik 3 58,32 Rata-Rata 57,94 4.1.1.2 Berat Volume Tanah Basah b Berat volume tanah basah merupakan suatu hubungan berat volume, yang berguna dalam menentukan sifat fisik tanah seperti : angka pori e, porositas n, dan derajat kejenuhan Sr. Berdasarkan hasil penelitian laboratorium untuk tanah asli Pejaten berat volume tanah basah terletak antara rentang 1,57 grcm 3 sampai 1,62 grcm 3 dengan nilai rata-rata 1,601 grcm 3 . Dari hasil penelitian berat volume tanah basah b seperti terlihat ada Tabel 4.2 , didapat angka pori e untuk tanah asli sebesar 1,490 dan porositas volume pori n-nya sebesar 59,827 . Dimana setelah tanah Pejaten dicampur dengan Serbuk Marmer, terlihat bahwa angka pori e dan volume pori n-nya menurun dari nilai e,dan n tanah aslinya. Berarti tanahnya menjadi lebih padat karena air yang mengisi pori-pori tanah telah didorong keluar oleh mineral dari Serbuk MarmerHasil pengujian berat volume tanah basah,angka pori e, kadar pori n Tabel 4.2 Hasil pengujian kadar air tanah Persentase Penambahan Serbuk Marmer 3 6 9 12 15 b 1.601 1.648 1.634 1.618 1.621 1.610 e. 1.490 0.960 0.887 0.868 0.840 0.834 n. 59.827 50.640 48.244 47.172 46.041 44.166