37 dikocok dengan cara membolak-balikannya.
d. Setelah dikocok selama 30 detik masukan tabung ke dalam bak
perendam yang suhu airnya konstan, kemudian hydrometer dimasukkan ke dalam suspensi dan siapkan
stopwatch.
e. Dilakukan pembacaan hydrometer pada waktu 15 detik, 30 detik, 1
menit, 2 menit tanpa memindahkan hidrometer. f.
Untuk pembacaan selanjutnya, hidrometer dimasukkan tepat sebelum pembacaan dimulai yang dilakukan pada waktu 5, 15, 30,
60, 120, 240, dan 1440 menit. Setiap perubahan tempratur pada setiap suspensi dicatat.
g. Setelah pembacaan terakhir, suspensi dituang ke dalam saringan
No.200 dan cuci dengan air sampai air yang lewat saringan jernih, kemudian tanah yang tertahan di atas saringan No. 200 dioven dan
dilakukan analisis saringan. Perhitungan:
a. Faktor air higroskopis yaitu perbandingan antara berat contoh
tanah yang dioven berat contoh tanah kering udara yang dihitung terlebih dahulu.
b. Berat kering oven contoh tanah yang digunakan untuk tes
hidrometer dengan mengalikan berat tanah kering udara dengan faktor air higroskopisnya .
c. Berat total contoh tanah yang diwakili oleh contoh tanah yang dites
dihitung dengan membagi berat kering oven contoh tanah dengan persentase bagian yang lewat saringan kemudian dikalikan 100
d. Persentase tanah yang tertinggal dalam suspensi dapat dihitung
dengan rumus: P’ =
x 100
hydrometer type
152 H 3.1
P = Persentase berat tanah yang tinggal dalam suspensi R = Pembacaan hidrometer yang telah dikoreksi
W = Berat total contoh tanah kering yang diperiksa a = Angka koreksi
38 e.
Diameter butir tanah dihitung dengan rumus:
D =
3.2 K = Harga konstan berdasarkan temperatur suspensi dan berat jenis
tanah L = Jarak vertikal dan kedalaman dimana berat jenis suspensi
diukur yang dipengaruhi oleh hidrometer, ukuran silinder dan berat jenis suspensi
T = Waktu pembacaan terhadap waktu mulainya sedimentasi dalam menit
3.7.3.3 Pemeriksaan Berat Jenis Gs
Tujuan: Untuk menentukan berat jenis tanah dengan perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air destilasi
pada suhu tertentu. Peralatan :
a. Piknometer yaitu botol gelas dengan leher sempit dengan tutup
dari gelas yang berlubang kapiler, dengan kapasitas 50cc atau lebih besar
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
c. Air suling
d. Oven dengan suhu 105°C-110°C
e. Desikator
f. Termometer
g. Cawan porselen dengan penumbuk berkepala karet untuk
menghancurkan gumpalan tanah menjadi butiran tanah h.
Mat vakum atau kompor i.
Saringan no.40 Benda Uji: Sampel yang akan diselidiki dikeringkan dalam oven selama 24
jam , kemudian ditumbuk dan disaring dengan saringan no.40. Pelaksanaan :
a. Piknometer dibersihkan dari kotoran dan dikeringkan kemudian
ditimbang beratnya
39 b.
Tanah dengan berat kira-kira ±10 gram dimasukkan ke dalam piknometer kemudian ditimbang
c. Piknometer yang telah berisi tanah diisi air kira-kira ±10 cc
sehingga tanah terendam seluruhnya dan dibiarkan 10-15 menit. Tambahkan air sampai 13 piknometer.
d. Piknometer berisi tanah dan air direbus kurang lebih 10 menit
kemudian didinginkan dalam desikator e.
Piknometer ditambah air sampai penuh dan ditutup. Bagian luar piknometer dikeringkan dengan kain kering kemudian piknometer
berisi tanah dan air ditimbang. Air dalam piknometer diukur suhunya.
f. Piknometer dikosongkan dan dibersihkan kemudian diisi dengan
air sampai penuh dan tutup. Bagian luar dikeringkan dengan kain kemudian piknometer penuh air ditimbang.
3.7.3.4 Pemeriksaan Berat Volume Tanah
Tujuan : Untuk menentukan berat volume tanah. Berat volume tanah merupakan perbandingan antara berat tanah basah dengan
volumenya Peralatan :
a. Cincin uji
b. Pisau pemotong contoh
c. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
Benda uji:Sampel tanah yang digunakan merupakan sampel tanah tidak terganggu
Pelaksanaan: a.
Cincin dalam keadaan bersih ditimbang b.
Benda uji disiapkan dengan menekan cincin pada tabung contoh sampai cincin terisi penuh
c. Ratakan kedua permukaan dan bersihkan cincin sebelah luar.
d. Cincin dan contoh ditimbang dengan ketelitian
timbangan 0,01 gram
40 e.
Volume tanah dihitung dengan mengukur ukuran dalam cincin
3.7.3.5 Pemeriksaan Batas Cair
Tujuan: Untuk menentukan batas cair tanah. Peralatan :
a. Cawan porselen
b. Spatula
c. Mat batas cair Cassagrande
d.
Alat pembarut
grooving tool
e. Saringan no.40
f. Penumbuk berkepala karet
g. Air suling
h. Alat-alat pemeriksa kadar air
Benda Uji : a.
Contoh tanah yang perlu disediakan untuk pemeriksaan ini sebanyak ± 100 gram dan disaring lewat saringan no.40.
b. Bila tanah berbutir kasar, mula-mula dikeringkan dalam suhu udara
secukupnya sampai dapat disaring. c.
Gumpalan-gumpalan tanah dipecahkan dengan cara ditumbuk dalam mortar dengan penumbuk berkepala karet sehingga butir-
butimya tidak rusak. Pelaksanaan :
a. Tanah diletakan dalam porselen dan dicampur secara merata
dengan air suling kira-kira 15-20 ml b.
Tanah yang telah dicampur tadi diletakan pada cawan
cassagrande
sedemikian rupa sehingga permukaan tanah rata dan dibuat mendatar dengan ujung terdepan tepat pada ujung terbawah
mangkok. Dengan demikian tebal tanah terdalam akan setebal 1 cm c.
Pada garis tengah mangkok dibuat alur dengan pembarut sehingga terpisah menjadi dua bagian simetris.
d. Dengan bantuan alat pemutar, cawan diangkat dan diturunkan
dengan kecepatan 2 putaran per detik sampai kedua bagian tanah
41 bertemu sepanjang kira-kira 12,7 mm. Jumlah pukulan yang
diperlukan dicatat. Sebagian contoh diambil untuk diperiksa kadar airnya.
e. Pada percobaan pertama, jumlah pukulan yang diperlukan antara
30-40 kali pukulan, air ditambahkan sedikit demi sedikit dan aduk. Percobaan di atas diulangi beberapa kali sehingga 4 buah data
hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan. f.
Dari data tersebut dibuat grafik, dimana kadar air sebagai ordinat dan jumlah pukulan sebagai absis. Garis lurus ditarik sebagai
penghubung dari titik-titik yang diperoleh. Batas cair tanah adalah kadar air tanah yang diperoleh dan perpotongan garis penghubung
tersebut dengan garis vertikal 25 kali pukulan.
3.7.3.6 Pemeriksaan Batas Plastis
Tujuan: Untuk mengetahui batas plastis tanah. Peralatan :
a. Cawan porselen
b. Spatula
c. Pelat kaca
d. Saringan No.40
e. Batang pembanding berupa kawat 0 3 mm
f. Alat-alat pemeriksaan kadar air
Benda Uji :
a. Contoh tanah yang perlu disediakan untuk pemeriksaan ini
sebanyak ± 8 gram. b.
Apabila contoh tanah mengandung butir¬butir kasar mula-mula dikeringkan terlebih dahulu kenudian baru dipecahkan dengan
penumbuk lalu disaring Pelaksanaan :
a. Contoh tanah diletakan pada cawan porselen ditambahkan air
sedikit demi sedikit b.
Contoh tanah yang sudah homogeny diambil ±8 gram dan dibuat
42 gulungan tanah di atas pelat kaca sampai terbentuk batangan-
batangan dengan diameter 3 mm. Bila belum menunjukan retak- retak maka tanah terlalu basah dan perlu dikeringkan dengan cara
didiamkan atau diaduk-aduk dalam cawan pencampur. c.
Contoh tanah yang sudah menunjukan retak-retak pada diameter 3mm menandakan tanah tersebut dalam keadaan plastis.
d. Contoh tanah tersebut diambil dan periksa kadar airnya.
3.7.3.7 Pemeriksaan Batas Susut
Tujuan : Untuk mengetahui batas susut suatu tanah. Peralatan :
a. Cawan porselen
b. Spatula
c. Cawan susut dan porselen atau monel berbentuk bulat dengan
dasar rata, berdiameter ± 1,44 cm dan tinggi ± 1,27 cm d.
Pisau perata
straight edge
e. Air raksa
f. Gelas ukur 25 cc
g. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
Benda uji : a.
Contoh tanah lolos saringan no.40 disediakan sebanyak ±30 gram. Bila tanah mengandung butir kasar, mula-mula dikeringkan dalam
suhu udara secukupnya, sampai dapat disaring. b.
Gumpalan-gumpalan tanah dipecahkan dengan cara ditumbuk dalam mortar dengan penumbuk berkepala karet sehingga butir-
butirnya tidak rusak. Pelaksanaan :
a. Contoh tanah diletakkan pada cawan porselen dan diaduk secara
merata dengan air destilasi sehingga mengisi semua pori-pori tanah dan jangan sampai ada udara yang terperangkap di dalamnya.
b. Banyaknya air sedemikian rupa sehingga bila benda uji berupa
tanah plastis kadar air lebih 10 dari batas cair, sedangkan bila benda uji berupa tanah kurang plastis sehingga konsistensi tanah
43 sedikit di atas batas cair.
c. Cawan susut dibersihkan dan ditimbang, kemudian tentukan
volume cawan susut. Caranya cawan ditaruh dalam mangkok porselen dengan air raksa sampai penuh. Cawan ditekan dengan
pelat gelas kaca di atas permukaan cawan jangan sampai ada udara yang terperangkap. Air raksa yang melekat di luar cawan
dibersihkan, air raksa dipindahkan pada mangkok lain dan beratnyadihitung. Volume cawan sama dengan berat air raksa
dibagi berat jenisnya. d.
Bagian dalam cawan diolesi dengan pelumas. Cawan diisi dengan tanah basah yang telah disiapkan kira-kira 13 volumenya dan
diletakan ditengahnya. Cawan dipukul-pukulkan pada bidang kokoh sehingga tanah mengisi sudut-sudut cawan. Tanah
ditambahkan sehingga terisi penuh sampai tepi atas, lalu diratakan dengan pisau perata dan tanah yang melekat di luar cawan
dibersihkan sehingga volume tanah sama dengan volume cawan. e.
Cawan yang berisi tanah basah kemudian ditimbang lalu dibiarkan tanah mengering di udara sampai berubah dari warna tua menjadi
muda. Kemudian cawan berisi tanah dimasukkan dalam oven. Didinginkan dalam desikator dan setelah itu ditimbang.
f. Volume tanah kering ditentukan dengan cara tanah kering dan
cawan dikeluarkan dan celupkan dalam mangkok gelas berisi air raksa sampai melimpah. Mangkok ditempatkan dalam cawan
porselen dan ditekan tanah dengan pelat gelas berpaku tiga secara hati-hati di atas mangkok dan berat air raksa tersebut dihitung.
Volume tanah kering sama dengan berat air raksa dibagi berat jenisnya.
3.7.3.8 Pemeriksaan Pemadatan Standar
Tujuan : Untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah dengan jalan memadatkan dalam cetakan silinder yang berukuran
tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 2,5 kg dan tinggi jatuh 30 cm.
44 Peralatan :
a. Silinder pemadatan standar
b. Penumbuk tanah standar
c. Alat untuk mengeluarkan contoh tanah dari silinder
d. Timbangan
e. Oven
f. Pisau perata
g. Saringan no 4
h. Alat-alat pemeriksaan kadar air
i. Talam, alat pengaduk, sendok dan kantong plastik
Benda Uji : a.
Contoh tanah dikeringkan sampai kering, kemudian ditumbuk dengan palu karet sehingga menjadi gembur dan disaring dengan
saringan no.4. kemudian bagian tertahan disingkirkan. Jumlah contoh tanah yang dipakai ±2 kg untuk setiap percobaan.
b. Kemudian sampel tanah terganggu ditambahkan campuran semen
dan abu sekam padi dengan perbandingan 3:2 tiga untuk semen dan dua untuk abu sekam padi dengan persentase penambahan
yaitu sebesar 0, 4, 8, 12, 16, dan 20 dari berat kering tanah ekspansif . Setelah dicampur barulah diberikan air dengan
kadar yang berbeda-beda kemudian diperam dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik selama 16-24 jam
Pelaksanaan : a.
Alat silinder pemadatan yang akan digunakan dibersihkan, kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.
b. Pelat alas dan silinder sambungan dipasang dan dikelem.
c. Sejumlah tanah lembab yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam
silinder pemadat selapis demi selapis. Tanah dipadatkan dalam 3 lapis dan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 25 kali tumbukan.
d. Setelah selesai pemadatan lepas silinder sambungan, kemudian
tanah dipotong dengan pisau perata sehingga tanah rata dengan permukaan silinder. Bagian yang berlubang ditambal dan diratakan
45 kembali dengan pisau perata.
e. Pelat dasar dilepaskan, kemudian silinder ditimbang beserta
tanahnya dan dicatat beratnya, sehingga didapatkan berat tanah dalam keadaan basah. Tanah di dalam silinder dikeluarkan dan
diambil bagian atas, tengah dan bawah untuk diperiksa kadar airnya. Kadar air yang dipergunakan dalam perhitungan adalah
kadar air rata-rata dari ketiganya.
3.7.3.9 Pemeriksaan Kuat Tekan Bebas UCT
Tujuan : Untuk menentukan besarnya kekuatan tekan bebas suatu tanah Peralatan :
a. Cetakan benda uji
b. Alat untuk mengeluarkan contoh tanah
c. Pisau tipis dan tajam
d. Mistar ukur
e. Timbangan
f. Oven
g. Mesin Tekan Bebas
h. Stopwatch
i. Alat-alat pemeriksaan kadar air
Bendauji : a.
Sampel tanah tidak terganggu b.
Sampel tanah terganggu ditambahkan campuran semen dan abu sekam padi dengan perbandingan 3:2 tiga untuk semen dan dua
untuk abu sekam padi dengan persentase penambahan yaitu sebesar 0, 4, 8, 12, 16, dan 20 dari berat kering tanah
ekspansif tersebut dicampur dengan kadar air optimum kemudian dilakukan tes pemadatan
Pelaksanaan : a.
Benda uji dikeluarkan dari silinder pemadatan kemudian diukur diameter serta tingginya. Setelah benda uji tersebut diiris
–iris baru kemudian ditimbang beratnya.
46 b.
Benda uji kemudian diletakan pada mesin tekan bebas sehingga pelat atas menyentuh permukaan benda uji.
c. Jarum arloji ukur pada beban dan arloji regangan diatur pada angka
nol d.
Pengujian pembebanan dimulai dengan menggunakan kecepatan regangan 0,5 - 2 per menit terhadap tinggi benda uji per
menitnya, yang mana kecepatan ini diperkirakan sedemikian sehingga pecahnya benda uji tidak melampaui 10 menit. beban
setiap regangan 0,5, 1, 2 dan seterusnya beban dibaca dan dicatat sampai contoh tanah mengalami keruntuhan atau sampai
mencapai regangan 20.
3.7.3.10 Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar CBR
Tujuan:Untuk mengetahui daya dukung tanah dasar Peralatan :
a. Mesin penetrasi
loa ding machine
berkapasitas sekurang- kurangnya 4,45 ton dengan kecepatan penetrasi sebesr 1,27 mm per
menit. b.
Cetakan logam berbentuk silinder dengan diameter dalam 152,4 ± 0,68 mm tinggi 50,8 mm dan keping alas logam uang berlubang-
lubang dengan tebal 0,53 mm dan diameter lubang tidak lebih dari 1,59 mm.
c. Piringan pemisah dari logam
spacer disc
dengan diameter luar 150,8 mm dan tebal 61,4 mm.
d. Alat penumbuk.
e. Alat pengukur perkembangan
swell
yang terdiri dari keeping pengembangan yang berlubang-lubang dengan batang pengukur,
tripod logam, dan arloji pengukur. f.
Keping beban dengan berat 2,27 kg, diameter 1994,2 mm, dengan lubang tengah berdiameter 54,0 mm. Torak penetrasi dari logam
berdiameter 49,63 mm dan panjang yang tidak kurang dari 101,6 mm.
47 g.
Satu buah arloji beban dan satu buah arloji pengukur penetrasi dengan ketelitian 0,001 inchi 0,9025 mm. Peralatan lain seperti
talam, alat perata, tempat untuk meredam. h.
Alat timbangan.
Benda uji: Benda uji harus dipersiapkan menurut cara pemeriksaan pemadatan:
a. Contohd iambi lkira-kira seberat 5 kg atau lebih untuk tanah dan
5,5 kg untuk campuran tanah agregat. b.
Kemudian beban tersebut dicampur dengan air sampai kadar air optimum yang ditentukan pada percobaan pemadatan atau kadar
air yang dikehendaki. c.
Cetakan dipasang pada keeping alas dan ditimbang.Piring pemisah
spacerdisc
dimasukkan diatas keeping alas dan pasang kertas saring diatasnya.
d. Bahan tersebut kemudian dipadatkan dalam cetakan seperti pada
percobaan pemadatan. Apabila benda akan direndam periksa kadar airnya sebelum dipadatkan.Dana pabila benda uji tersebut tidak
terendam pemeriksaan kadar air dilakukan setelah benda uji dikeluarkan dar icetakan.
e. Leher sambungan dibuka dan diratakan dengan alat perata mistar
logam.Lubang-lubang yang mungkin terjadi ditambal. Halini disebabkan oleh lepasnya butir-butir kasar dengan bahan yang lebih
halus.Piringan pemisah dikeluarkan,dibalikan,dan pasang kembali cetakan berisi benda uji pada keeping alas dan ditimbang.
f. Untuk pemeriksaan CBR langsung,benda uji telah siap
diperiksa.Bila dikehendaki CBR yang direndam
Soaked
CBR harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
- Keping pengembangan dipasang diatas permukaan benda uji
dan kemudian dipasang keping pemberat yang dikehendaki seberat 4,5 kg atau 10 lbs atau sesuai dengan keadaan
beban perkerasan. Cetakan beserta beban direndam didalam
48 air sehingga air dapat meresap dari atas maupun dari bawah.
Tripod beserta arloji pengukur pengembangan dipasang. Pembacaan pertama dicatat dan dibiarkan selama 96 jam.
Permukaan air selama perendaman harus tetap kira-kira 2,5 cm diatas permukaan benda uji.Tanah berbutir halus atau
berbutir kasar yang dapat melakukan air lebih cepat dapat direndam dalam waktu yang lebih singkat sampai
pembacaan arloji tetap. Pada akhir perendaman catat pembacaan arloji pengembangan.
- Cetakan dikeluarkan dari bak air,dimiringkan selama15
menit sehingga air bebas mengalir habis. Selama pengeluaran air dijaga agar permukaan benda uji tidak
terganggu. -
Beban diambil dari keping alas kemudian cetakan beserta isinya ditimbang.Benda uji CBR yang direndam telah siap
untuk diperiksa. Pelaksanaan:
a. Keping pemberat seberat minimal 4.5 kg 10 pound atau sesuai
dengan beban perkerasan diletakkan di atas permukaan benda uji. b.
Untuk benda uji yang direndam beban harus sama dengan beban yang dipergunakan waktu perendaman.Pertama
–tama meletakkan keping pemberat2.27 kg 5 pound untuk mencegah pengembangan
permukaan benda
uji pada
bagian lubang
keeping pemberat.Pemberat selanjutnya dipasang torak yang disentuhkan
pada permukaan benda uji. c.
Kemudian torak penetrasi diatur pada permukaan benda uji.Sehingga arloji beban menunjukkan beban permulaan sebesar
4.5 kg 10 pound. Pembebanan ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antara torak dengan permukaan
benda uji .Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji penunjuk penetrasi dinolkan.
49 d.
Pembebanan diberikan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati kecepatan 1.27 mm per menit. Pembebanan
dicatat pada penetrasi 0,312 mm 0. 0125”;0,62 mm 0.025”;1.25
mm 0, 05”;1,87 mm 0,075”;2,5 mm 0,10”;3,75 mm 0,15”;5
mm 0, 20”;7,5 mm 0,30”;10 mm 0,40”;dan 12,5 mm 0,50” .
e. Beban maksimum dan penestrasinya dicatat bila pembebanan
maksimum terjadi sebelum penetrasi 12,50 mm. f.
Benda uji dikeluarkan dari cetakan dan ditentukan kadar air dari lapisan atas benda uji setebal 25,4mm.
g. Bendauji untuk kadar air dapat diambil dari seluruh kedalaman bila
diperlukan kadar air rata –rata.Benda uji untuk pemeriksaan kadar
air sekurang –kurangnya 100 gr untuk tanah berbutir halus atau
sekurang –kurangnya 500 gr untuk tanah berbutir kasar.
3.7.3.11 PemeriksaanKonsolidasi
Tujuan:Untuk mengetahui hubungan antara waktu t dengan penurunan s Peralatan :
a. Satu unit alat konsolidasi
b. Pisau kawat
c. Alat pengeluar contoh tanah dari tabung
sample extruder
d. Beban-beban untuk pembebanan
e.
Stop watch
f. Oven
g. Neraca timbangan
h. Cawan
i. Desicator
Bendauji : a.
Sampel tanah tidak terganggu b.
Sampel tanah terganggu ditambahkan campuran semen dan abu sekam padi dengan perbandingan 3:2 tiga untuk semen dan dua
untuk abu sekam padi dengan persentase penambahan yaitu sebesar 0, 4, 8, 12, 16, dan 20 dari berat kering tanah
50 ekspansif .dicampur air sesuai dengan kadar air optimum kemudian
dilakukan tes pemadatan. Setelah itu, contoh tanah dimasukkan kedalam cincin kemudian potong dengan pisau perata dan
ujungnya diratakan Pelaksanaan :
a. Berat cincin ditimbang
W
1
b. Berat benda uji dan cincin ditimbang
W
2
c. Cincin benda uji diletakkan diantara batu berpori dengan dilapisi
kertas saring pada sel konsolidasi d.
Alat
nivo
diatur pada posisi seimbang
balance
dengan memutar span skrup pengatur dan bola baja kecil diletakkan dalam coakan
plat penekan supaya menyentuh bola baja e.
Arloji pengukur
dial deformation
diatur pada posisi tertekan diatas batu pori kemudian dinolkan
f. Air dituangkan pada sel konsolidasi dan didiamkan selama 24 jam
agar contoh tanah jenuh air g.
Setalah itu beban pertama diletakkan pada tempat beban sehingga besar tekanan yang diterima oleh contoh tanah yaitu sebesar 0.25
kgcm2 h.
Span baut pengatur dilepaskan. i.
Penurunan dibaca pada 0 detik; 5,40 detik; 15,00 detik; 29,40 detik; 1,00 menit; 2.25 menit; 4,00 menit; 6,25 menit; 9,00 menit,
12,25 menit; 16,00 menit; 25,00 menit; 36,00 menit; 49,00 menit; 64,00 menit; 81,00 menit; 100,00 menit; 121,00 menit; 144,00
menit; 225,00 menit; dan 1440,00 menit 24 jam j.
Setelah dilakukan pembacaan selama 24 jam, beban kedua ditambahkan sebesar 0,5 kgcm
2
danbaut pengatur diatur hingga menyentuh lengan beban dan dilakukan pembacaan seperti
langkah-langkah pada pembenanan yang pertama. k.
Setelah itu dilakukan penambahan beban sebesar 1,0 kgcm
2
; 2,0 kgcm
2
; 4,00 kgcm
2
; 8,0 kgcm
2
.
51 l.
Setelah dilakukan pembebanan maksimum, beban dikurangi dalam dua tahap yaitu dengan beban 2,0 kgcm
2
; dan 0,5 kgcm
2
. Dial deformasi 24 jam dibaca setelah pengurangan beban lalu beban
dikurangi lagi. Pembacaan dilakukan kembali setelah 24 jam berikutnya.
m. Pada akhir pembacaan, benda uji dikeluarkan kemudian timbang
beratnya dan ukur tinggi contoh tanahnya n.
Contoh tanah dimasukkan kedalam oven untuk ditentukan kadar airnya
3.8 Analisis Data
Dari pengujian di laboratorium yang dilaksanakan akan didapatkan hasil- hasil penelitian berupa data primer, yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik
atau bentuk lain. Setiap hasil penelitian dibahas secara teoritik, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
52
3.9 KerangkaPenelitian
Gambar 3.2 Kerangka penelitian
Pengambilan Contoh Tanah
Persiapan Alat dan Bahan
Tidak Terganggu
Undisturbed
Terganggu
Disturbed
Identifikasi Tanah Alsi a.
Pemeriksaan Kadar Air b.
Pemeriksaan Berat Jenis Tanah
c. Pemeriksaan , UCT,
dan Konsolidasi Tanah lempung tidak
dicampur dengan serbuk marmer
Tanah lempung yang dicampur dengan serbuk
marmer dengan prosentase 3, 6, 9, 12 dan 15
Pemeriksaan Gradasi Butiran Kasar dan
Halus Tanah lempung yang
dicampur dengan serbuk marmer dengan prosentase
3, 6, 9, 12 dan 15 Pemeriksaan Gradasi
Butiran Kasar dan Halus
Tanah lempung yang dicampur dengan serbuk
marmer dengan prosentase 3, 6, 9, 12 dan 15
Pemeriksaan Gradasi Butiran Kasar dan
Halus
a. Pemeriksaan Kadar Air
b. Pemeriksaan Berat Jenis Tanah
c. Pemeriksaan Batas –batas
Atterberg d.
Pemeriksaan Pemadatan e.
Pemeriksaan CBR, UCT, dan Konsolidasi
Hasil Penelitian Analisa Hasil Penelitian
Simpulan Selesai
53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Fisik dan Mekanis Tanah
Seperti yang telah diuraikan serta dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, bahwa sampel tanah yang dipergunakan dalam penelitian laboratorium ini
merupakan campuran tanah lempung Pejaten dengan Serbuk Marmer dengan prosentase yang bervariasi 0, 3, 6, 9, 12, dan 15. Karakteristik
teknis yang dimiliki tanah asli dan tanah dengan campuran Serbuk Marmer, dapat diidentifikasikan dengan melakukan percobaan penelitian di laboratorium
mengikuti prosedur percobaan yang ada dalam Buku Manual Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Unud.
Adapun parameter yang ditentukan dalam menentukan sifat-sifat fisik dan mekanik tanah adalah : kadar air w , berat volume tanah basah, berat volume
tanah kering, berat jenis Gs, batas-batas Atterberg, tes kepadatan, CBR, dan tes kuat tekan bebas UCT, serta gradasi butiran tanah analisa hidrometer dan
analisa saringan. Nilai dari semua parameter sifat fisik dan mekanik tanah lempung Pejaten
yang dicampur dengan Serbuk Marmer sebagai bahan stabilisasi tanah dasar untuk subgrade dapat dilihat berupa Tabel dan Gambar Grafik.
4.1.1 Sifat Fisik Tanah 4.1.1.1 Kadar Air Tanah Asli w
Kadar air tanah ini berhubungan erat dengan derajat kekerasan dari tanah tersebut. Bila kadar air tanah rendah, maka diperlukan suatu daya pemadatan yang
besar, sebaliknya bila kadar air tanah tinggi, biarpun daya pemadatan ditambah maka hal ini tidak berarti tanah akan menjadi lebih padat karena dalam hal ini
volume pori sudah menjadi jenuh oleh air. Sehingga meskipun dengan mempertinggi daya pemadatan butir-butir tanah tidak mungkin menjadi lebih
padat. Dalam penelitian laboritorium ini, tanah asli Desa Pejaten, Tabanan
memiliki kadar air pada rentang 57,61 sampai 58,32 dengan kadar air rata-
54 rata 57,94 seperti terlihat ada Tabel 4.1. Dengan kadar air tanah yang tinggi
57,94 maka tanah asli Pejaten, perlu dilakukan stabilisasi tanah. Karena bila hanya dilakukan dengan cara menambah daya pemadatan, butir-butir tanahnya
tidak mungkin akan menjadi lebih padat.
Tabel 4.1 Hasil pengujian kadar air tanah
Sampel Kadar Air
Titik 1 57,61
Titik 2 57,88
Titik 3 58,32
Rata-Rata 57,94
4.1.1.2 Berat Volume Tanah Basah
b
Berat volume tanah basah merupakan suatu hubungan berat volume, yang berguna dalam menentukan sifat fisik tanah seperti : angka pori e, porositas n,
dan derajat kejenuhan Sr. Berdasarkan hasil penelitian laboratorium untuk tanah asli Pejaten berat volume tanah basah terletak antara rentang 1,57 grcm
3
sampai 1,62 grcm
3
dengan nilai rata-rata 1,601 grcm
3
.
Dari hasil penelitian berat volume tanah basah
b
seperti terlihat ada
Tabel 4.2 , didapat angka pori e untuk tanah asli sebesar 1,490 dan porositas volume pori n-nya sebesar 59,827 . Dimana setelah tanah Pejaten dicampur
dengan Serbuk Marmer, terlihat bahwa angka pori e dan volume pori n-nya menurun dari nilai e,dan n tanah aslinya. Berarti tanahnya menjadi lebih padat
karena air yang mengisi pori-pori tanah telah didorong keluar oleh mineral dari Serbuk MarmerHasil pengujian berat volume tanah basah,angka pori e, kadar
pori n
Tabel 4.2 Hasil pengujian kadar air tanah
Persentase Penambahan Serbuk Marmer 3
6 9
12 15
b
1.601 1.648
1.634 1.618
1.621 1.610
e. 1.490
0.960 0.887
0.868 0.840
0.834 n.
59.827 50.640
48.244 47.172
46.041 44.166