15 γs = Berat volume butiran
W
2
= Berat piknometer + tanah γw = Berat volume air
W
3
= Beratpiknometer+tanah+air Vw = Volume air
W
4
= Berat piknometer + air Ws = Berat butiran tanah
Menurut Bowles 1997, nilai berat jenis tanah dapat dikelompokkan seperti pada Tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Macam-macam tanah berdasarkan berat jenisnya
Macam Tanah Berat Jenis Gs
Kerikil Pasir
2,65 – 2,68
Lanau anorganik 2,62
– 2,68 Lempung organic
2,58 – 2,65
Lempung anorganik 2,68
– 2,75 Humus
1,37 Gambut
1,25 – 1,8
2.6.4 Angka Pori
Void Ratio
Angka pori e didefinisikan sebagai perbandingan antara besarnya volume ruang kosong dan volume butir padat. Semakin besar nilai angka pori maka daya
dukung tanah semakin kecil. Angka pori dihitung dengan rumus: 2.3
dengan : e = Angka pori
Vv = Volume pori Vs = Volume butir padat
Perhitungan angka pori juga dapat dilakukan dengan persamaan berikut : 2.4
dengan : e = Angka pori
Ho = Tinggi sampel awal cm
16 Ht = Tinggi efektif sampel cm
Tinggi efektif sampel Ht didapat dengan rumus : 2.5
2.6.5 Porositas
Porocity
Porositas n
p
didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume ruang kosong dengan volume massa tanah. Porositas merupakan ukuran bagi
kerapatan tanah dan banyak gunanya untuk perhitungan-perhitungan pada rembesan. Porositas dinyatakan dalam Persamaan 2.6 dan Persamaan 2.7 yaitu :
x 100 2.6
atau 2.7
dengan : n
p
= Porositas Vv = Volume pori
V = Volume massa tanah e
= Angka pori
2.6.6 Derajat Kejenuhan
Degree of Saturation
Derajat kejenuhan S dan massa tanah didefinisikan sebagai perbandingan antara volume air dengan volume pori. Umunya derajat kejenuhan ini dinyatakan
dalam persen atau desimal. Derajat kejenuhan berkisar 0 – 100 atau 0 – 1.
Berbagai macam klasifikasi tanah berdasarkan derajat kejenuhannya Hardiyatmo, 1992 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi tanah berdarkan derajat kejenuhan
Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan S
Tanah kering Tanah agak lembab
0-0,25 Tanah lembab
0,26-0,50 Tanah sangat lembab
0,51-0,75 Tanah basah
0,76-0,99 Tanah Jenuh
1