Sifat Fisik Tanah Ekspansif

16 Ht = Tinggi efektif sampel cm Tinggi efektif sampel Ht didapat dengan rumus : 2.5

2.6.5 Porositas

Porocity Porositas n p didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume ruang kosong dengan volume massa tanah. Porositas merupakan ukuran bagi kerapatan tanah dan banyak gunanya untuk perhitungan-perhitungan pada rembesan. Porositas dinyatakan dalam Persamaan 2.6 dan Persamaan 2.7 yaitu : x 100 2.6 atau 2.7 dengan : n p = Porositas Vv = Volume pori V = Volume massa tanah e = Angka pori

2.6.6 Derajat Kejenuhan

Degree of Saturation Derajat kejenuhan S dan massa tanah didefinisikan sebagai perbandingan antara volume air dengan volume pori. Umunya derajat kejenuhan ini dinyatakan dalam persen atau desimal. Derajat kejenuhan berkisar 0 – 100 atau 0 – 1. Berbagai macam klasifikasi tanah berdasarkan derajat kejenuhannya Hardiyatmo, 1992 dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Klasifikasi tanah berdarkan derajat kejenuhan Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan S Tanah kering Tanah agak lembab 0-0,25 Tanah lembab 0,26-0,50 Tanah sangat lembab 0,51-0,75 Tanah basah 0,76-0,99 Tanah Jenuh 1 17 Batas-batas antara masing-masing wujud tanah tersebut disebut Batas Atterberg, yang terdiri atas batas cair LL, batas plastis PL, dan batas susut SL menurut Das 1988, dapat dilihat pada Gambar 2.9 Basah Makin kering Kering Keadaan cair liquid Keadaan plastis plastic Keadaan semi beku semi solid Keadaan beku solid Batas cair Batas Batas pengerutan liquid limit plastic limit shrinkage limit Gambar 2.6 Batas–batas konsistensi tanah Pengukuran batas-batas ini dilakukan secara rutin untuk sebagian besar penyelidikan yang meliputi tanah berbutir halus Bowles, 1997 . Dua angka yang paling penting adalah batas cair dan batas plastis yang disebut batas-batas Atterberg. Penentuan batas-batas Atterberg ini dilakukan hanya pada bagian tanah yang melalui saringan no.40 Wesley, 1977 . Beberapa percobaan untuk menentukan batas-batas Atterberg adalah: 1. Batas Cair Liquid Limit Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair. Batas cair LL adalah kadar air batas dimana suatu tanah berubah dan keadaan cair menjadi keadaan plastis. Pendekatan yang digunakan untuk menentukan batas cair, dapat digunakan data jumlah pukulan dan kadar air yang dihitung dengan persamaan: ....... 2.8 dengan : LL = Batas cair Wc = Kadar air pada saat tanah menutup N = Jumlah pukulan pada kadar air Wc 18 Nilai batas cair yang digunakan pada penelitian ini merupakan kadar air pada jumlah pukulan N adalah 25. Nilai batas cair dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori menurut Tabel 2.3 berikut ini : Tabel 2.3 Nilai batas cair tanah Kategori Persentase Low Liquid Limit 20-25 Intermediate Liquid Limit 25-50 High Liquid Limit 50-70 Very High Liquid Limit 70-80 Extra High Liquid Limit 80 2. Batas Plastis Plastic Limit Batas plastis PL didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen, di mana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 18 in 3,2mm menjadi retak-retak. Batas platis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah Das, 1988. Cara pengujiannya adalah sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung massa tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar hingga terjadi retak-retak rambut. 3. Indek Plastisitas Plasticity Index Indeks plastisitas PI suatu tanah adalah bilangan dalam persen yang merupakan selisih antara batas cair dengan batas plastis suatu tanah Das,1988. Pendekatan untuk menentukan indeks plastisitas suatu tanah adalah: IP = LL - PL 2.9 dengan: IP = Indek plastisitas LL = Batas cair PL = Batas plastis 19 Besaran indeks plastis dapat digunakan sebagai indikasi awal swelling pada tanah lempung. Potensi mengembang didefinisikan sebagai persentase mengembang contoh tanah lempung yang telah dipadatkan pada kadar air optimum metode AASHTO, setelah direndam dengan tekanan 1psi. Potensi mengembang tanah ekspansif sangat erat hubungannya dengan indeks plastisitas seperti terlihat dalam Tabel 2.4 berikut : Tabel 2.4 Hubungan potensi mengembang dengan indeks plastisitas Potensi Mengembang Indeks Plastisitas Rendah – 15 Sedang 15 – 35 Tinggi 35 – 55 Sangat Tinggi ˃55 4. Batas Susut Shrinkage Limit Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara perlahan-lahan hilang dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus- menerus, tanah akan mencapai suatu tingkat keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak menyebabkan perubahan volume. Kadar air dinyatakan dalam persen dan perubahan volume suatu massa tanah berhenti didefinisikan sebagai batas susut shrinkage limit Das, 1988. Harus diketahui bahwa apabila batas susut ini semakin kecil, maka tanah akan lebih mudah mengalami perubahan volume, yaitu semakin sedikit jumlah air yang dibutuhkan untuk menyusut Bowles, 1997. Perhitungan batas susut ini dapat digunakan rumus: SL = 2.10 dengan : SL = Batas susut : V 1 = Volume tanah basah W = Berat tanah kering : V 2 = Volume tanah kering w = Kadar air tanah basah Acuan mengenai hubungan derajat mengembang tanah lempung dengannilai persentase susut linier dan persentase batas susut Atterberg, 20 seperti yang tercantum dalam Tabel 2.5 berikut : Tabel 2.5 Klasifikasi potensi mengembang didasarkan pada batas Atterberg Batas Susut Atterberg Susut Linier Derajat Mengembang 10 8 Kritis 10 – 12 5 – 8 Sedang 12 – 8 Tidak kritis 2.6.7 Spesific Surface Spesific surface merupakan perbandingan antara luas permukaan suatu bahan terhadap massa bahan yang bersangkutan. S pesific surface didapat dengan Persamaan 2.11 berikut ini: Spesific Surface SS = ............................................... 2.11 Makin kecil ukuran butiran, makin kecil spesific surface -nya.Sebagai contoh butiran lempung montmorillonite dapat mempunyai Ss mencapai 800m 2 gram.

2.6.8 Aktivitas Tanah

Sifat plastis suatu tanah diebabkan oleh air yang terserap di sekeliling permukaan partikel lempung absorbed water , maka tipe dan jumlah mineral lempung yang terkandung di dalam suatu tanah akan mempengaruhi batas plastis dan batas cair tanah yang bersangkutan Das, 1988. Harga indeks plastis PI suatu tanah akan bertambah menurut garis lurus sesuai dengan bertambahnya persentase dari fraksi berukuran lempung berat butiran yang Iebih kecil dari 2 � yang dikandung oleh tanah. Hubungan antara PI dengan fraksi berukuran lernpung untuk tiap tanah berbeda-beda Skempton, 1953 dalam Das, 1988. Hubungan antara PI dan persentase butiran yang lolos ayakan 2 � didefinisikan sebagai suatu besaran yang disebut aktivitas activity atau yang dapat ditulis sebagai berikut : A k = 2.12 21 dengan : A k = Aktivitas activity IP = Indeks plastisitas Dari rumus tersebut kategori tanah terbagi dalam tiga golongan menurut Skempton 1953 dalam Das 1988 yaitu : a. A k 0,75 tidak aktif b. 0,75 A k 1,25 normal c. A k 1,25 aktif Untuk tanah yang dipadatkan dengan pemadatan standar pada kadar air optimum, tingkat keaktifannya ditentukan berdasarkan persamaan berikut : A k = 2.13 dengan: A k = Aktivitas activity IP = Indeks plastisitas CF = Presentase fraksi lempung dalam tanah 10 = Konstanta Lempung yang aktif mempunyai potensi pengembang yang besar. Nilai tipikal untuk aktivitas beberapa kandungan mineral lempung dapat dilihat pada Tabel 2.6 sebagai berikut : Tabel 2.6 Hubungan aktivitas dengan mineral lempung Mineral Aktifitas Kaolinite 0,33 – 0,46 Illite 0,99 Montmorillonite Ca 1,50 Montmorillonite Na 7,20 Harga aktifitas tanah tersebut dapat dipakai untuk mengidentifikasi potensi mengembang dari tanah tersebut.Seed, Woodward, dan Lundgren 1964 dalam Das 1988 mengidenfikasikan potensi mengembang dari tanah berdasarkan aktivitas dengan rumus: 22 S’ = 3,6 x 10 -5 . Ak 2,44 .CF 3,44 2.14 dengan: S’ = Persen pengembang swelling A k = Aktivitas CF = Persen fraksi lempung dalam tanah Harga indeks plastisitas juga bisa secara langsung dipergunakan untuk mengevaluasi potensi mengembang dari tanah lempung seperti yang terlihat pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Perkiraan sweeling potential berdasarkan indeks plastisitas IP Sweeling Potential – 15 Lemah 15 – 25 Sedang 25 – 55 Tinggi 55 Sangat tinggi Selain itu menurut Seed, Woodward dan Lundgren 1964 dalam Das 1988 memberikan hubungan aktifitas dengan fraksi berukuran lempung untuk menentukan potensi mengembang swelling potential dari suatu jenis tanah. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.10 . Gambar 2.9. Grafik klasifikasi potensi pengembangan 23

2.6.9 Kembang Susut

Tanah lempung yang banyak mengandung butir-butir koloid mengakibatkan kembang susut yang besar.Sifat mudah mengembang dan menyusut tanah lempung dapat dikarakteristikkan dari batas plastis dan indeks plastisitas yang tinggi. Permeabilitas tanah tergantung pada ukuran butir tanah. Karena ukuran butiran tanah lempung berukuran kecil, kemampuan meloloskan air permeabilitas juga kecil dengan koefisien permeabilitas berkisar antara 10 -6 sampai 10 -7 cmdetik. Tanah lempung bersifat kohesif dan plastis. Kohesi menunjukan kenyataan bahwa partikel-partikel tanah melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu berubah ke bentuk aslinya tanpa terjadi retakan atau terpecah-pecah. Penyusutan shrinkage pada tanah lempung sebagian besar terjadi karena peristiwa kapiler, dimana pada penurunan kadar air dalam proses mengering tanah akan diikuti segera dengan kenaikan yang tajam dan tegangan efektif antar butiran. Dan sebagai konsekuensinya volume tanah tersebut akan menyusut. Mekanisme pengembangan dari tanah lempung sedikit lebih kompleks dari penyusutannya. Tingkat pengembangan secara umum bergantung pada beberapa faktor, yaitu: a. Tipe dan jumlah mineral yang ada di dalam tanah. b. Kadar air. c. Susunan tanah. d. Konsentrasi garam dalam air pori. e. Sementasi. f. Adanya bahan organik, dll. Menurut Kormonik dan David 1969 dalam Trisnayani 2008 pengembangan dan tanah disebabkan oleh dua hal: a. Sebab mekanis Bila kadar air dalam tanah naik dan tanah menjadi jenuh, maka tegangan kapiler mengecil sedangkan tegangan pori didapat dari tegangan hidrostatis 24 biasa. Dengan sedirinya tegangan efektif menurun dan tanah cenderung untuk mengembang seperti volume semula. b. Sebab fisika–kimia Pengembangan disebabkan oleh masuknya kadar air pada partikel-partikel tanah lempung. Mineral jenis montmorillonite maupun illite akan menyebabkan mengembangnya jarak antar unit lapisan struktur dasar. Kondisi ini dapat bila kadar air dalam tanah naik. Hal ini disebabkan kadar air yang masuk menghasilkan tegangan yang melampaui tegangan pengikat antar unit lapisan struktur dan lapisan dasar tersebut, sehingga molekul air dari dua kutub H dan OH tertarik untuk mengikat partikel tanah yang bermuatan negatif. Tekanan air yang masuk sebagian disebabkan oleh tegangan osmosis. Tegangan osmosis ini terjadi karena perbedaan konsentrasi larutan air disekitarnya air bebas. Sehingga terjadinya kecenderungan oleh air untuk bergerak dari tempat yang konsentrasinya rendah ke tempat yang konsentrasinya tinggi. Tekanan osmosis bersama dengan tekanan lainya, mempunyai tendensi untuk memperkecil harga tegangan efektif tanah karena proses absorbsi pada permukaan partikel.

2.7 Sifat Mekanik Tanah Ekspansif

Sifat mekanik tanah adalah sifat-sifat tanah yang mengalami perubahan setelah diberikan gaya-gaya tambahan atau pembebanan dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah.

2.7.1 Pemadatan Tanah

Pemadatan merupakan suatu usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel atau suatu proses ketika udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan cara mekanis. Di lapangan biasanya digunakan mesin gilas, alat-alat pemadat dengan getaran dan alat tekan statik yang menggunakan piston dan mesin tekanan. Keuntungan yang diperoleh dengan pemadatan ini, antara lain: a. Berkurangnya penurunan permukaan tanah yaitu gerakan vertikal di dalam massa tanah itu sendiri akibat berkurangnya angka pori 25 b. Bertambahnya kekuatan tanah c. Berkurangnya penyusutan akibat berkurangnya kadar air dari nilai patokan pada saat pengeringan Ada dua macam percobaan pemadatan yang dilakukan di laboratorium Wesley, 1977 , yaitu: a. Percobaan pemadatan standar Standard Compaction Test Dalam percobaan ini, tanah dipadatkan dalam cetakan berdiameter 102 mm dan tinggi 115 mm, menggunakan alat tumbuk dengan diameter 50,8 mm, berat 2,5 kg dengan tinggi jatuh 30 cm. Tanah ini dipadatkan dalam 3 lapis dimana tiap lapis dipadatkan 25 kali pukulan. b. Percobaan pemadatan modified Modified Compaction Test Pelaksanaan percobaan ini tidak jauh berbeda dengan cara percobaan pemadatan standar. Cetakan yang digunakan dan banyaknya tumbukan tiap lapis sama, hanya berat pemukul yang digunakan lebih besar yaitu 4,5 kg dengan tinggi jatuh 45 cm dan jumlah lapisan tanah sebanyak 5 lapis. Pengujian-pengujian ini dilakukan dengan memadatkan sampel tanah basah dalam cetakan dengan jumlah lapisan tertentu. Setiap lapisan dipadatkan dengan sejumlah tumbukan yang ditentukan dengan massa dan tinggi jatuh tertentu. Usaha pemadatan dilihat dari energi tiap satuan volume tanah yang telah dipadatkan, sehingga didapat suatu hubungan berat volume tanah kering dengan kadar air tanah. Bila kadar air suatu tanah rendah maka tanah tersebut akan kaku dan sukar dipadatkan. Namun bila ditambahkan air pada tanah yang dipadatkan tersebut maka air akan berfungsi sebagai pembasahpelumas pada partikel-partikel tanahnya. Karena adanya air, partikel-partikel tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeser satu sama lainya dan membuat kedudukan yang lebih rapat. Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik pula pada saat air sama dengan nol dan berat volume basah sama dengan berat volume kering. Pada usaha yang sama itu pula, peningkatan kadar air secara bertahap akan menyebabkan berat dari bahan padat tanah per satuan volume juga meningkat secara bertahap, sampai adanya penambahan kadar air tertentu yang akan menurunkan berat volume kering tanah dari tanah tersebut, hal ini disebabkan karena air lebih banyak menempati ruang pori-pori tanah. Pada keadaan ini 26 dimana kadar air yang memberikan berat volume kering maksimum disebut kadar air optimum. Dan setiap pekerjaan pemadatan yang telah dilakukan, dihitung : 1. Kadar air 2. Berat volume tanah basah γ b , dengan persamaan: γ b = 2.15 dengan: W = Berat tanah yang dipadatkan pada cetakan V = Volume cetakan 3. Berat volume kering tanah γ d , dengan persamaan: γ d = 2.16 dengan: w = Kadar air γ b = Berat volume basah Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat digambarkan grafik hubungan antara berat volume kering dengan kadar air. Dari grafik ini dapat ditentukan juga kadar air optimum W opt dan berat volume kering maksimum γ dmax . Secara teoritis berat volume kering maksimum pada suatu kadar air tertentu dengan pori-pori tanah tidak mengandung udara sama sekali zero air void ZAV dapat dirumuskan: γ zav = 2.17 dengan: γ zav = Berat volume pada kondisi ZAV γ w = Berat volume air e = Angka pori Gs = Berat jenis tanah Untuk keadaan tanah jenuh 100 artinya e = w x Gs, sehingga: γ zav = 2.18 Dalam keadaan bagaimanapun kurva pemadatan tidak mungkin memotong zero void air ZAV. 27

2.7.2 Percobaan Kuat Tekan Bebas

Unconfined Compression Test Percobaan kuat tekan bebas Unconfined Compression Test merupakan suatu cara pemeriksaan untuk mendapatkan daya dukung tanah. Dalam percobaan ini yang didapat adalah kuat tekan bebas dari tanah yaitu besarnya tekanan aksial yang diperlukan untuk menekan suatu silinder tanah sampai pecah atau sebesar 20 dari tinggi tanah mengalami perpendekan bila tanah tersebut tidak pecah. Dan hasil tes ini akan dibuatkan tabel kuat tekan bebas dengan beberapa perhitungan sebagi berikut: a. Regangan dari setiap pembebanan dihitung dengan rumus : ε = 2.19 dengan : ∆L = Pemendekanpengurangan tinggi benda uji cm L = Tinggi benda uji mula-mula ε = Regangan aksial b. Luas rata-rata penampang benda uji dengan koreksi akibat pemendekan dengan rumus : A = 2.20 dengan : A = Luas rata-rata benda uji cm 3 A = Luas penampang benda uji mula-mula cm 3 ε = Regangan aksial c. Tekanan aksial yang bekerja pada benda uji pada setiap pembebanan dengan rumus : σ = 2.21 dengan : A = Luas rata-rata benda uji cm 3 P = Gaya beban yang bekerja dihitung dari pembacaan arloji ukur cincin beban kg σ = Tekanan aksial d. Besarnya kuat tekan bebas qu diperoleh dari nilai terbesar perhitungan pada