HASIL DAN PEMBAHASAN KerangkaPenelitian
56
4.1.1.4 Pengaruh Penambahan Serbuk Marmer terhadap Nilai-nilai Konsistensi Atterberg Tanah Pejaten
Penambahan prosentase campuran Serbuk Marmer terhadap tanah lempung akan menyebabkan terjadinya ikatan antar partikel tanah lempung
dengan partikel Serbuk Marmer, sehingga pori-pori tanah akan terisi atau tertutup oleh partikel campuran Serbuk Marmer, yang akan menjadikan tanah lempung
menjadi kurang sensitif terhadap perubahan kadar air. Ikatan antar partikel tanah ini akan menyebabkan terbentuknya partikel-
partikel yang lebih besar, sehingga
specific suface
Ss menjadi semakin kecil. Bila
specific surface
semakin kecil, maka batas cair LL bertambah kecil juga
Muhunthan
,
1991
. Dari Tabel 4.4 terlihat dimana harga batas cair LL menurun, batas plastis PL meningkat dan indeks plasisitas IP cenderung
menurun dengan adanya penambahan Serbuk Marmer. Ini berarti bahan Serbuk Marmer dapat mengurangi plastsitas dari tanah lempung tersebut. Apabila
plastisitas suatu tanah bertambah kecil, berarti tanah tersebut semakin padat.
Tabel 4.4 Hasil pengujian batas-batas Atterberg
Persentase Penambahan Serbuk Marmer 3
6 9
12 15
LL
83.00 80.33
72.90 66.50
55.80 50,45
PL 33,86
38.54 42.17
43,52 44,80
45,22 IP
49.14 41.79
30.73 22.98
11.00 5.23
SL 50,64
44,97 34,52
31,55 30,01
26,53 Dengan berkurangnya nilai plastisitas tanah lempung maka beberapa sifat
lempung yang kurang menguntungkan dipandang dari segi mekanis seperti kembang susut dapat diperbaiki. Karena sesuai dengan sifat-sifat konsistensi dari
tanah, di mana semakin besar harga IP maka rentang dimana tanah berada dalam keadaan plastis akan semakin besar juga. Sedangkan sifat plastisitas tanah selalu
berhubungan dengan kadar air atau tanah semakin rentan terhadap perubahan kadar air. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat hubungan nilai Batas Plastis, Batas Cair
dan Indeks Plastis dengan prosentase penambahan Serbuk Marmer, di mana
57 semakin besar kadar Serbuk Marmer, maka harga Indeks Plastis IP semakin
kecil.
Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Penambahan Prosentase Serbuk Marmer Terhadap
Batas-Batas Atterberg Tanah Pejaten, Tabanan
4.1.1.5 Gradasi Butiran Tanah 1. Analisa Saringan
Penelitian analisa saringan Sieve analisis dilakukan sebanyak dua kali, dengan hasil gradasi dapat digambarkan kurve distribusi ukuran butir. Dari kurve
tersebut dapat dilihat bahwa : Prosentase lolos ayakan no.10 2,00 mm adalah 100
Prosentase lolos ayakan no.200 0,075 mm berkisar antara 93,378
sampai 96,078 dengan rata-rata 94, 728. Berdasarkan data-data di atas, menurut AASHTO 1982, M-145 dimana
butiran yang lolos saringan no.200 lebih dari 35, maka tanah tersebut termasuk material butiran halus dan apabila kurang dari 12 lolos saringan
no.200 perlu didapatkan Cc dan Cu untuk menentukan tanah tersebut bergradasi baik atau bergradasi buruk. Nilai koefisien gradasi Cc dan nilai
koefisen keseragaman Cu tidak perlu dicari, karena diameter butir sampel tanah yang lolos saringan no.200 lebih dari 12
Bowles, 1986
.
58 2.
Analisa Hidrometer Berdasarkan analisa saringan di mana lebih dari 50 tanah tersebut lolos
saringan no. 200, maka untuk mennetukan ukuran butirnya dilakukan dengan analisa hidrometer. Dalam penelitian ini telah dilakukan tes analisa hidrometer
Dari data-data tersebut dapat digambarkan kurve distribusi ukuran butir. Dari kurve tersebut dapat diketahui prosentase masing-masing bagian penyusun tanah
tersebut yaitu : 27,5 berat dengan diameter 0,002 mm berupa lempung clay
70 berat dengan diameter 0,002 0,074 mm berupa lanau 2,5 berat tanah tersebut berupa pasir.
4.1.1.6 Sistem Klasifikasi Tanah 1. Sistem Klasifikasi AASHTO
Bila sistem klasifikasi ini diterapkan pada tanah, maka didapat sebagai berikut :
Prosentase lolos ayakan nomor 10 2,00 mm adalah 100 Prosentase lolos ayakan nomor 40 0,425 mm adalah 100
Prosentase lolos ayakan nomor 60 0,250 mm adalah 99,736 Prosentase lolos ayakan nomor 140 0,106 mm adalah 98,267
Prosentase lolos ayakan nomor 200 0,075 mm adalah 94,728 Indeks Plastisitas IP 49,14
Batas Cair LL 83,0
Dengan melihat sistem klasifikasi AASHTO pada Table 2.2, dimana IP LL-30, maka tanah tersebut termasuk A-7-6 bahan yang terdiri dari tanah
lempung dan dari segi penilaian sebagai bahan subgrade termasuk cukup sampai buruk. Untuk dapat membedakan kemampuan memikul beban roda
dari jenis tanah yang satu dengan yang lainnya dengan kelompok tanah, maka perlu dicari nilai Indeks Kelompok [Group Indeks GI]. Bila dihitung group
indeks dengan rumus maka didapatkan : GI= F-35[0,2+0,005LL-400] + 0,01F-15 IP-10
GI=94,728-35[0,2+0,00583,00-40] + 0,094,728-1550,56-10 GI= 57,125 = 57
59 Dimana :
F = prosentase butiran tanah yang lolos saringan no.200 LL = batas cair taanh
liquid limit
IP = indeks plastisitas tanah
Plasticity Index
Group Indeks GI digunakan sebagai patokan umum untuk kemampuan daya dukung tanah. Makin besar nilai indeksnya, maka tanah tersebut makin
buruk. Dengan group indeks = 57 maka dengan system AASTHO tanah Pejaten diklasifikasikan menjadi A-7-6.
2. Sistem Klasifikasi USCS
Unified Soil Classification System
Untuk menentukan jenis tanah dengan sistem USCS, maka diperlukan data analisa ukuran butiran, batas cair LL dan indeks plastisitas IP. Berdasarkan
percobaan yang telah dilaksanakan, didapatkan data-data sebagai berikut : Prosentase lolos ayakan nomor 200 0,075 mm adalah 94,728
Indeks plastisitas IP 50,56 Batas Cair LL 83,00
Dari Gambar Plasticity Chart, jenis tanah digambarkan di atas garis A, dan juga di atas garis dengan LL 50, maka jenis tanah Pejaten termasuk
jenis tanah lempung inorganik unorganik dengan plastisitas tinggi CH.