Perkembangan Pendidikan di Pemerintahan Sukarno
66
kurikulum diartikan sebagai sejumlah pelajaran yang akan diberikan pada kelas satu sampai dengan kelas enam Mas Aboe Dhari Mukayat, 1986: 7.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan
yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan
berbangsa saat itu masih dalam semangat kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Rencana Pelajaran 1947 secara efektif dilaksanakan sekolah-sekolah
pada 1950, sehingga terdapat anggapan bahwa sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
a Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya b Garis-garis besar pengajaran.
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran yang diutamakan pendidikan watak, meliputi:
a Kesadaran bernegara dan bermasyarakat b Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari
c Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Setelah Rentjana Pelajaran 1947, muncul kurikulum berbeda-beda di
setiap wilayah Indonesia, khususnya, setelah Perundingan Konferensi Meja Bundar KMB tahun 1949. Sebagai konsekwensi hasil KMB, negara Indonesia
berbentuk RIS Republik Indonesia Serikat. Indonesia dibagi menjadi beberapa negara bagian RIS, sehingga terjadi perbedaan-perbedan dalam sistem
pendidikan secara nasional. Namun setelah RIS dibubarkan, dan kembali pada NKRI tanggal 17 Agustus 1950, pendidikan disatukan kembali, karena
sebelumnya telah terjadi proses dialog untuk menggunakan undang-undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran untuk negara kesatuan dialog sudah dimulai
sejak 15 Mei 1950. Selanjutnya pada tanggal 30 Mei 1950 dikeluarkan “Pengumuman Bersama” mengenai penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran. Isinya agar penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di seluruh
Indonesia untuk tahun ajaran 19501951 sementara mengikuti sistem pengajaran yang berlaku di Republik Indonesia sampai terjadi perubahan dan
penyempurnaan pada tahun 1952.
67
Kurikulum pada tahun 1952 diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan dan pengajaran Republik Indonesia pada saat itu adalah “ membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis,
serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air” Abdullah Idi, 2010:19. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum
1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan Rencana Pengajaran Terurai untuk Sekolah Rakyat III dan IV, yang berguna bagi
guru, sebagai pedoman dalam kegiatan proses belajar mengajar di Sekolah Dasar. Jenis-jenis pelajarannya meliputi: Bahasa Indonesia,Bahasa Daerah,
Berhitung, Ilmu Alam,Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, dan Sejarah. Kurikulum Sekolah Dasar antara tahun 1952-1964, dapat dikategorikan sebagai kurikulum
tradisional, yakni Separated subject curriculum Abdullah Idi, 2010:20. Kurikulum 1952 ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1952 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat SD menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Indonesia, 2. Bahasa Daerah , 3. Berhitung ,4. Ilmu Alam ,5. Ilmu Hayat ,6. Ilmu Bumi ,7. Sejarah ,8. Menggambar ,9. Menulis ,10. Seni Suara ,11.
Pekerjaan Tangan ,12. Pekerjaan kepurtian ,13. Gerak Badan ,14. Kebersihan dan kesehatan ,15. Didikan budi pekerti ,16. Pendidikan agama
Tahun 1964, pemerintah menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Rencana pendidikan 1964 adalah
konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu
memikirkan sendiri pemecahan persoalan problem solving. Kebijakan baru tersebut merupakan penolakan terhadap Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950
junto Nomor 12 Tahun 1954 tentang Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, yang dianggap hanya cocok untuk pelaksanaan pendidikan pada masa
Demokrasi Liberal. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri kurikulum
tersebut, bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
68
pembelajaran dipusatkan
pada program
Pancawardhana. Disebut
Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosionalartisitk, keprigelan keterampilan,
dan jasmaniah. Fokusnya Pancawardhana, yaitu: a Daya cipta, b Rasa, c Karsa, d Karya, e Moral. Sementara itu, mata pelajaran diklasifikasikan dalam
lima kelompok bidang studi: a Moral, b Kecerdasan, c Emosionalartistik, d Keprigelan keterampilan, e Jasmaniah.
Pancawardhana diuraikan menjadi beberapa bahan pelajaran, yakni: Perkembangan moral: pendidikan kemasyarakatan, pendidikan
agama budi pekerti Perkembangan intelegensi: Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah,
Berhitung, dan Pengetahuan Alamiah. Perkembangan emosionalartistik: seni sastramusik, seni lukisrupa,
seni tari, dan seni drama. Perkembangan
keprigelan: pertanian,peternakan,industri
kecil, koperasi dan lainnya.
Di samping mata pelajaran Wardana Pancawardhana, dikenal juga Krida, yang berarti hari sabtu siswa berlatih menurut bakat dan minat anak didik,
seperti kesenian, olah raga, lapangan kebudayaan,dan permainan. Kesemuanya bakat dan minat tersebut, tetap dalam bimbingan guru yang mempunyai
kemampuan sesuai bidang masing-masing. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pancasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat
seperti pada ketetapan MPRS No II tahun 1960 Ketetapan tentang Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961
- 1969 . Namun masyarakat banyak yang menolak melaksanakan pendidikan
Pancawardhana, disebabkan sistem pendidikan tersebut, siswa akan didoktrin ke arah pendidikan komunisme. Alasan, masyarakat menghubungkan sikap
politik Menteri PP dan K yang mendukung pendirian Lembaga Pendidikan Nasional, sebuah lembaga pendidikan yang berafiliasi dengan PKI.
Terlepas dengan permasalahan di atas, Kurikulum Sekolah Dasar tahun 1964, dikategorikan sebagai Correlated Curriculum, karena kurikulum yang ada
diarahkan pada pembekalan anak didik untuk siap terjun dalam dunia kerja. Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah penilaian di
69
rapor bagi kelas I dan II yang asalnya berupa skor 10 – 100 menjadi huruf A, B,
C, dan D. Sedangkan bagi kelas II hingga VI tetap menggunakan skor 10 – 100.