Menganalisis geohistori sejarah Indonesia Kuno sampai Kontemporer C. URAIAN MATERI Sekilas Geografi dan Sejarah  Geografi

23 geografi antara lain : lingkungan, lokasikeruangan, wilayah, unsur-unsur biotik dan abiotik, sumber produksi, penduduk, bola dunia globe, dan iklim.  Sejarah Sejarah merupakan cabang ilmu yang mencatat dan menjelaskan peristiwa masa lampau sebagai sesuatu tahapan proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sendiri. Tujuan utama mempelajari sejarah ialah menafsirkan keadaan masa kini melalui analisis dan pemahaman peristiwa masa lampau dan selanjutnya membuat “peta” ramalan untuk masa yang akan datang. Konsep dasar sejarah antara lain: waktu, perubahan, perkembangan. Sejarah mengandung berbagai ciri antara lain: a. Obyektifitas yang tetap dibatasi oleh subyektifitas. b. Perkembangan yang berkelanjutan. c. Terikat pada lingkungan geografis. d. Terdapat hubungan kausalitas dalam batas situasi dan kondisi tertentu. Dari ciri tersebut,manfaat mempelajari sejarah bisa membuat orang bijaksana, karena pelajaran sejarah dapat digunakan: a. Menanamkan cinta dan kebanggaan terhadap negara, tanah air, dan bangsa. b. Memupuk saling pengertian toleransi dengan orang lain bangsa lain. c. Meningkatkan apresiasi terhadap seni budaya bangsa. d. Mengembangkan pengertian dan penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain sebagai makhluk sosial.

2. Hakekat Geohistori

Sejak lama berlangsung, bahwa buku sejarah hanya bersifat dan berisi materi sejarah “an sich”, artinya hanya menyajikan materi sejarah secara total. Dalam perkembangan muncul Geohitori, yang berusaha mengupas dan menalisis peristiwa sejarah, dikaitkan dengan geografi. Maksudnya, sejarah adalah drama hidup manusi, sedangkan geografi adalah panggung di mana drama tersebut dipentaskan. Antara drama dan panggung sebagai hal yang tidak mungkin dipisahkan. Hal tersebut akhirnya muncul pemahaman bahwa sejarah dan geografi tidak mungkin dipisahkan. Geohistori disini sebagai ilmu bantu 24 sejarah. Adapun makna dan tujuan Geohistori adalah menyelidiki, membahas dan menetapkan hubungan timbal balik antara keadaan alam dengan aktivitas alam dalam menentukan jalannya sejarah; alam tidak saja merupakan tantangan tetapi juga menawarkan keadaannya kepada manusia demi kehidupannya, sehingga alam natur menjadi kultur; untuk kepentingan sejarah, bergerak dalam sejarah sehingga merupakan bagian dari sejarah, bukan bagian dari Geografi; obyeknya adalah keterkaitan antara data sejarah dalam arti luas dengan data keadaan alam. Untuk dapat mengerti dan menilai berbagai peristiwa masa lampau, tidak lengkap jika hanya “apa” yang terjadi dan “kapan” itu terjadi. Masih perlu penjelasan “dimana” itu terjadi. Segala peristiwa harus dihubungkan dengan tempat tertentu dan sifat-sifat istimewa dari tempat yang bersangkutan harus dipahami N. Daldjoeni, 1982: 3. Penafsiran keadaan alam masa lampau maupun bekas-bekasnya dengan pendekatan sejarah; memperkuat kedudukan sejarah untuk memperoleh kebenaran yang seobyektif mungkin dengan data yang eksak, sehingga sejarah buka “ilmu tafsir” tetapi pengetahuan ilmiah. Menurut W.G. East dalam buku “ The Geography Behind History”: sejarah tanpa geografi seperti roh bergentayangan di angkasa tanpa mengenal tempat tinggalnya, dan geografi tanpa sejarah merupakan mayat kaku belaka R.M. Soebantardjo,1991: 1. Dari hal tersebut, mendorong Soebantardjo pakar sejarah dan Daldjoeni pakar Geografi memperkenalkan kajian baru dalam ilmo sosial yaitu Geohistori. Dalam menelaah hubungan antara geografi dan sejarah, pakar geografi dari Perancis menyebutnya geohistoire, sedangkan pakar dari Jerman, Belanda dan Indonesia menyebut dengan istilah geografi kesejarahan. Kata geografi kesejarahan terjemahan dari historical geography mengandung makna konotasi bahwa yang pokok adalah geografi dan sejarah berkedudukan sebagai ilmu bantu geografi saja. Padahal yang dibahas di sini sebaliknya bahwa sejarah sebagai pokok pembahasan dan geografi sebagai penunjang saja. Geohistory sebagai terjemahan da ri kata “ geographical history” berkonotasi bahwa sejarah menjadi pokok pembahasan dan geografi sebagai ilmu bantunya. Secara terbuka, geohistori di Indonesia diperkenankan pada Seminar Sejarah antar Perguruan Tinggi Jawa-Bali tahun 1984, di Malang. Untuk merekonstruksi berbagai peristiwa sejarah masa lalu, tidak cukup hanya