17
3.3.2 Analytical Hierarchy Process AHP
Metode AHP memecah suatu situasi yang kompleks kedalam bagian-bagian komponennya, menata bagian tersebut kedalam suatu hierarki, memberikan nilai
numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya suatu variabel dan mensistesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Keharusan memberi nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu para pengambil keputusan untuk mempertahankan pola-pola fikiran yang kohesif
dalam mencapai suatu kesimpulan. Selain itu, adanya konsensus dalam pengambilan keputusan kelompok memperbaiki konsistensi pertimbangan dan
meningkatkan keandalan AHP sebagai alat pengambilan keputusan Saaty 1993. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses hierarki analitik:
1. Persoalan yang akan dikaji dan dicari alternatif pemecahan yang diinginkan
didefinisikan. 2.
Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh dari tingkat puncak sampai tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk
memecahkan persoalan. 3.
Membuat matriks banding berpasangan pairwise compparison matrix untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang
berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Dalam matriks ini pasangan- pasangan elemen dibandingkan dengan suatu kriteria di tingkat yang lebih
tinggi. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukan suatu bilangan yang menunjukan nilai dominasi bilangan bulat satu hal yang dibandingkan dan
satu tempat lain untuk memasuki nilai kebailkannya. Contoh matriks perbandingan disajikan dalam Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8 Matriks perbandingan antar kriteria
Kriteria CR CR1
CR2 CR3
CR4 CR1
1 CR2
1 CR3
1 CR4
1 Sumber: Saaty 1993
18 Tabel 9 Matriks perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria
CR1 OP1
OP2 OP3
OP4 Pilihan OP1
1 OP2
1 OP3
1 OP4
1 Sumber: Saaty 1993
4. Semua perbandingan antar kriteria dan antar pilihan didapatkan dengan
melakukan korespondensi terhadap sumber yang kompeten. 5.
Setelah semua data banding berpasangan terkumpul, prioritas alternatif dicari dan konsistensinya diuji.
6. Komposisi secara hierarki disintesis untuk membobotkan vektor-vektor
priorotas itu dengan bobot kriteria-kriteria, dan semua entri proritas terbobot yang bersangkutan dengan entri prioritas dari tingkat bawah berikutnya
dijumlahkan. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hierarki paling bawah. Jika hasilnya ada beberapa buah, boleh diambil nilai
rata-rata geometriknya.
7. Konsistensi dievaluasi untuk seluruh hierarki dengan mengalikan setiap indeks
konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan
indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot
berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hierarki itu harus 10 0,1 atau kurang. Jika tidak, mutu
informasi itu harus diperbaiki, baik dengan cara membuat pertanyaan ketika membuat pembandingan berpasangan. Jika tindakan ini gagal memperbaiki
konsistensi, ada kemungkinan persoalan ini tak terstruktur secara tepat, yaitu elemen-elemen sejenis tidak dikelompokan dibawah suatu kriteria yang
bermakna. Maka kita perlu kembali ke langkah 2, meskipun mungkin hanya bagian-bagian persoalan dari hierarki itu yang perlu diperbaiki. Berikut adalah
rumus perhitungan konsistensi :
Indeks Konsistensi Consistency IndexCI
Keterangan : CI : Consistency Index konsistensi indeks
λ
max
: Akar cirirata-rata nilai rasio n : Banyaknya dimensi masing-masing matriks
19 Rasio Konsistensi Consistency RatioCR
Keterangan : CR : Consistency Ratio konsistensi rasio
CI : Consistency Index indeks konsistensi RI : Random Index
Tabel 10 Random Index RI n
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
RI 0,58
0,90 1,12
1,24 1,32 1,41
1,45 1,49
Sumber: Saaty 1980 dalam Padmowati 2009
Tabel 10 memperlihatkan besarnya nilai random index dari banyaknya subjek dimensi yang dikaji dalam suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan
empat dimensi yang dikaji, baik untuk kriteria maupun alternatif strategi pengembangan.
AHP akan menganalisis suatu problem yang kompleks dan tak terstruktur dengan mengkomposisi dan mensintesis secara hierarki problem tersebut dengan
input utama yang didasarkan atas persepsi para ahli dibidang yang bersangkutan untuk menentukan pengambilan keputusan. Hierarki permasalahan tesebut akan
dibagi kendala tiga tingkat yaitu tujuan goal, kriteria criteria dan alternatif pilihan options.
Tujuan pengembangan suatu usaha adalah untuk memperoleh keuntungan dan tetap menjalankan usahanya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Kriteria untuk mencapai tujuan tersebut dapat diperoleh dengan menanyakan pendapat pemilik perusahaan maupun para ahli dari dinas terkait atau akademisi.
Pada akhirnya alternatif pilihan strategi pengembangan yang telah diperoleh melalui analisis SWOT di cocokan dengan persepsi pemilik perusahaan untuk
dipilih mana yang akan dikembangkan. Ketiga level hirarki inilah yang selanjutnya dinilai dengan pendekatan AHP. Berikut adalah contoh model
pendekatan AHP Gambar 3.
20
Gambar 3 Model proses hierarki analisis. Keterangan-keterangan elemen penyusun hierarki :
Tujuan : UKM SKB Putra Handyraft yang berkembang dan berdaya saing tinggi.
Kriteria : 1.
Keuntungan atau laba yang cukup besar. 2.
Meningkatnya keterampilan dan kesejahteraan pengrajin. 3.
Produksi kerajinan yang stabil hingga mengalami peningkatan. 4.
Berkembangnya pasar hingga mencapai pasar luar negeri atau ekspor. Alternatif Strategi Pengembangan :
1. Perbaikan sistem manajemen perusahaan. Seperti UKM pada umumnya,
sistem manajemen perusahaan di UKM SKB Putra Handycraft masih sederhana, yaitu secara kekeluargaan. Sistem ini memang berjalan baik,
namun terkadangan masih terdapat tumpang tindih pekerjaan. Perbaikan sistem manejemen akan meningkatkan efisiensi serta produktivitas hasil
kerajinan, karena setiap tugas akan dijalankan sesuai pembagiaannya.
2. Mengusahakan budidaya bambu dengan memanfaatkan modal dan lahan yang
dimiliki. Saat ini kondisi yang sering dihadapi perusahaan adalah semakin sulitnya memperoleh bahan baku bambu di tempat terdekat dengan lokasi
pengrajin berada, sehingga bambu harus diperoleh dari daerah yang lebih jauh dengan harga yang lebih tinggi pula. Pemanfaatan lahan yang dimiliki
pemilik usaha dengan budidaya bambu dirasa mampu menjawab tantangan kesulitan bahan baku. Karena selama ini bambu yang diperoleh cenderung
tumbuh alami, bukan hasil budidaya. Jika dalam industri kayu sudah dapat
Keuntungan Laba
Keterampilam Kesejahteraan Perajin
Produktivitas Kerajinan
Perbaikan Sistem
Manajemen Budidaya
Bambu Peningkatan
kemampuan dan keterampilan
Berkembangnya Pasar
Dokumentasi Perusahaan
UKM SKB Putra Handicraft yang berkembang dan berdaya saing tinggi
21 mengandalkan kayu HTI, maka industri kerajinan bambu pun sudah pantas
untuk mencoba budidaya bambu sebagai pasokan bahan baku. 3.
Peningkatan kemampuan bahasa asing untuk pegawaistaf serta keterampilan desain dan produksi untuk pengrajin. Meningkatkan kemampuan pegawai
dalam bahasa asing terutama Bahasa Inggris diyakini dapat memperlancar proses perdagangan dengan pembeli dari luar negeri Ekspor secara langsung
tanpa melalui perantara. Sementara itu, strategi meningkatkan keterampilan para perajin terutama dalam hal desain dan penggunaan alat dan mesin
penunjang proses produksi dirasa akan melancarkan proses produksi sehingga produk kerajinan pun mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas
maupun kualitas.
4. Mengumpulkan dokumentasi dan membuat profil perusahaan dengan
memakai jasa tenaga kerja yang kreatif. Saat ini perusahaan belum memiliki unsur pembangun usaha terutama untuk visi, misi dan tujuan. Seperti
kebanyakan UKM, hal tersebut masih sebatas ungkapan yang belum dibukukan dan disatukan dengan identitas dan dokumentasi lain perusahaan.
22
BAB IV KONDISI UMUM PERUSAHAAN