Pembuatan Isoline Sediaan Tegakan Pembangunan TIN Sediaan Tegakan

Interpolator 3.2 guna menghasilkan estimasi penyebaran potensi volume per petak.

a. Pembuatan Isoline Sediaan Tegakan

Secara umum, isoline dapat dibangun dengan beberapa macam teknik interpolasi, yaitu metode Inverse Distance Weight IDW, metode Spline dan metode Kriging. Untuk penelitian ini, metode IDW yang dikaji menggunakan metode “nearest neighbors” dengan berbagai tingkat power power 1 sampai 30, jumlah titik 12 dan ukuran sel 30 m. Metode Spline yang dikaji menggunakan metode “regularized” dengan berbagai tingkat weight 0,1; 0,3; 0,5; 1; 2; 3; 4 dan 5, jumlah titik 12 dan ukuran sel 30 m Tabel 2. Sedangkan metode Kriging d ikaji menggunakan metode “Ordinary Kriging” dengan berbagai tingkat method Circular, Exponential, Gaussian, Linier with Sill dan Spherical, lag interval 30 m, search distance 50 m dan ukuran sel 30 m Tabel 3. Tabel 2 Variasi bobot pada metode interpolasi IDW dan Spline yang digunakan No Tehnik Interpolasi Metode Bobot Jumlah Titik Ukuran Sel m 1 IDW Nearest Neigbors 1,2,3…, 30 12 30 2 Spline Regularized 0,1 0,3 0,5 1 2 3 4 5 12 30 Tabel 3 Variasi bobot pada metode interpolasi Kriging yang digunakan No Tehnik Interpolasi Type Kriging Lag Interval m Method Radius Type Search Distance m 1 Kriging Ordinary Kriging 30 Circular Exponential Gaussian Linier with sill Spherical Fixed 50 16

b. Pembangunan TIN Sediaan Tegakan

Untuk mendapatkan sediaan tegakan yang mencakup semua lokasi termasuk yang tidak terwakili oleh sampel titik IHMB, maka perlu dilakukan proses pengolahan untuk mengubah fitur garis hasil interpolasi menjadi fitur polygon. Proses ini dapat dilakukan menggunakan metode Triangulated Irreguler Network yang dikenal dengan TIN. Hasil TIN yang terbentuk selanjutkan dapat dikonversi ke grid convert to grid dan kemudian ditransformasikan ke vector convert grid to vector. Hasil dari konversi vektor ini dapat digunakan sebagai data per petak. TIN perlu dipelajari atau setidak-tidaknya perlu dipahami oleh teknisi pelaksana IHMB karena TIN mempunyai kemampuan menurunkan data kemiringan lereng yang diperlukan dalam melengkapi daftar isian IHMB, mampu membuat isoline atau kontur dari potensi hutan sehingga hasil interpolasi dapat digunakan untuk menduga perkiraan potensi hutan per petak, dan mampu menurunkan data arah lereng yang diperlukan untuk perspektif landscape yang terkait dengan pengelolaan hutan. Gambar 6 Ilustrasi pembangunan TIN.

2.4.2.4 Analisis Uji Validasi

Untuk mendapatkan informasi tentang keakuratan dan peringkat dari setiap metode, maka dilakukan uji validasi menggunakan setengah data plot yang secara sengaja dipisahkan untuk melakukan pengujian. Ukuran yang digunakan untuk validasi ini adalah RMSPE Root Mean Squared Prediction Error, SR Simpangan rata-rata dan SA Simpangan Agregat. 17 Plot Jaringan segitiga radius a. RMSPE Root Mean Squared Prediction Error, merupakan akar dari rata-rata jumlah kuadrat nisbah antara selisih volume dugaan dari model T i m dengan volume aktualnya T i a terhadap volume aktual. Nilai RMSPE yang lebih kecil menunjukkan model penduga volume yang lebih baik. RMSPE memiliki rumus sebagai berikut: Keterangan: Tim = nilai dugaan ke-i berdasarkan interpolasi Tia = nilai aktual hasil IHMB b. SR Simpangan Rata-rata, merupakan rata-rata jumlah dari nilai mutlak selisih antara jumlah volume dugaan dari model T i m dan volume aktual T i a, proporsional terhadap jumlah volume dugaan T i m. Nilai simpangan rata-rata yang baik adalah tidak lebih dari 10 Spurr 1952. SR memiliki rumus sebagai berikut: Keterangan: Tim = nilai dugaan ke-i berdasarkan interpolasi Tia = nilai aktual hasil IHMB c. SA Simpangan Agregat, merupakan selisih antara jumlah volume aktual T i a dan volume dugaan T i m yang diperoleh berdasarkan dari tabel volume pohon, sebagai persentase terhadap volume dugaan T i m. Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat SA 5 . 100 1 2                               n n i a i T a i T m i T RMSPE       100 i m i a i m T T T SR x n                      yang berkisar dari -1 sampai 1 Spurr 1952. SA memiliki rumus sebagai berikut: Keterangan: Tim = nilai dugaan ke-i berdasarkan interpolasi Tia = nilai aktual hasil IHMB

2.4.2.5 Pembuatan rangking Skoring

Hasil dari validasi RMSPE, SR dan SA akan dihitung nilai skornya dengan rumus sebagai berikut: 1 4 min max min                  ai ai ai ai skor Keterangan: ai = nilai peubah uji validasi min = nilai terendah max = nilai tertinggi                       n i T n i T n i T SA m i a i m i 1 1 1 Tahapan Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan secara umum dapat dilihat pada Gambar 7. . Gambar 7 Diagram alur penelitian. Mulai Persiapan dan Pengumpulan Data Perhitungan Volume per Hektar Pemilihan Data Contoh Data Model Data Validasi Analisis SIG Pembuatan Isoline Pembangunan TIN Convert to grid Convert grid to vector Uji Validasi Skoring Selesai Nilai Tengah Model

BAB III LOKASI DAN KEADAAN UMUM

3.1 Sejarah Pemanfaatan Hutan

Kegiatan pemanfaatan hutan oleh PT. INHUTANI 1 telah dimulai sejak tahun 1976 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 352KptsUm61976 tanggal 8 Juni 1976 dan Keputusan Menteri Kehutanan No. 39Kpts-IV1987 tanggal 6 Pebruari 1987 dengan luas areal kerja adalah ± 2.422.000 ha yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Jangka waktu IUPHHK PT. INHUTANI I tersebut tealh berakhir pada tanggal 8 Desember 1993. Selanjutnya, berdasarkan Surat Menteri Kehutanan Nomor 656Menhut-IV1995 tanggal 24 April 1995, PT. INHUTANI I memperoleh persetujuan prinsip perpanjangan IUPHHK untuk jangka waktu sampai dengan tanggal 7 Desember 2013, dengan luas ± 2.207.700 ha. Selanjutnya untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan hutan guna mewujudkan pengelolaan hutan alam produksi lestari, selanjutnya areal PT. INHUTANI I tersebut dibagi menjadi beberapa Unit Manajemen Hutan. Terhadap masing-masing areal UMH telah dilakukan pembuatan Working Area oleh Badan Planologi Departemen Kehutanan yang selanjutnya dijadikan dasar diterbitkannya SK. Perpanjangan IUPHHK. Unit Manajemen Hutan UMH Labanan merupakan salah satu UMH yang berada di wilayah kerja Unit Balikpapan dan telah diterbitkan SK. Perpanjangan IUPHHK-nya melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 484MENHUT-II2006 tanggal 19 Oktober 2006 tentang Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam PT. Inhutani I UMH Labanan atas Areal Hutan Produksi seluas ± 138.210 ha di Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan Izin Perpanjangan tersebut, jangka waktu berlakunya IUPHHK ini adalah selama 45 tahun dan berlaku surut sejak tanggal 8 Desember 1993 dan berakhir tanggal 7 Desember 2038. PT Inhutani I selaku BUMN Departemen Kehutanan mulai melaksanakan kegiatan Pengusahaan Hutan sejak diterbitkannya Akte Pendirian Perusahaan hingga terbitnya SK HPHIUPHHK. Secara kronologis dapat ditelusuri dari rangkaian dokumen-dokumen di bawah ini: