Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 10 Kontur metode interpolasi Spline.
Gambar 11 Kontur metode interpolasi Kriging circular. 35
Gambar 12 Kontur metode interpolasi Kriging exponential.
Gambar 13 Kontur metode interpolasi Kriging gaussian. 36
Gambar 14 Kontur metode interpolasi Kriging linier with sill.
Gambar 15 Kontur metode interpolasi Kriging spherical. 37
Pada Gambar 11 sampai Gambar 15 disajikan bentuk kontur dan sebaran variasi warna yang berbeda dengan metode Kriging. Hal itu disebabkan oleh
model semivariogram yang berbeda saat sebelum melakukan interpolasi. Ketepatan hasil dugaan dari Kriging bergantung pada model semivariogram yang
dilakukan. Tampilan bobot method Gaussian hampir sama dengan metode Spline yang memiliki nilai dugaan bernilai negatif, sehingga menghasilkan nilai
sebaran volumeha di luar selang yang ada overestimate dan underestimate. Berdasarkan analisis Sistem Informasi Geografis SIG, hasil interpolasi
serta sebarannya untuk masing-masing metode pada semua jenis kayu dapat berdasarkan bobot terbaik dapat dilihat pada Gambar 16 sampai Gambar 39.
Hasil yang ditampilkan berupa perbandingan interpolasi pada ketiga metode interpolasi dengan bobot terbaiknya. Perbandingan yang dijabarkan adalah
berupa gradasi warna dan perubahan spasialnya. Setiap metode interpolasi memiliki perubahan spasial yang berbeda dan sebaran gradasi warna yang berbeda
pula. Masing-masing cakupan warna mewakili sebuah nilai yang tidak sama. Nilai itu merupakan sebaran volume per hektarnya.
Berdasarkan hasil interpolasi masing-masing metode pada semua jenis kayu, dipilih metode dengan bobot terbaik seperti ditampilkan pada Gambar 16 sampai
dengan Gambar 39. 38
Gambar 16 Hasil interpolasi metode IDW bobot terbaik pada kayu indah dbh 10 cm.
Gambar 17 Hasil interpolasi metode Spline bobot terbaik pada kayu indah dbh 10 cm.
Gambar 18 Hasil interpolasi metode Kriging bobot terbaik pada kayu indah dbh 10 cm.
Gambar 19 Hasil interpolasi metode IDW bobot terbaik pada kayu indah dbh 40 cm.
Gambar 20 Hasil interpolasi metode Spline bobot terbaik pada kayu indah dbh 40 cm.
Gambar 21 Hasil interpolasi metode Kriging bobot terbaik pada kayu indah dbh 40 cm.
Gambar 22 Hasil interpolasi metode IDW bobot terbaik pada kayu lindung dbh 10 cm.
Gambar 23 Hasil interpolasi metode Spline bobot terbaik pada kayu lindung dbh 10 cm.
Gambar 24 Hasil interpolasi metode Kriging bobot terbaik pada kayu lindung dbh 10 cm.
Gambar 25 Hasil interpolasi metode IDW bobot terbaik pada kayu lindung dbh 40 cm.
Gambar 26 Hasil interpolasi metode Spline bobot terbaik pada kayu lindung dbh 40 cm.
Gambar 27 Hasil interpolasi metode Kriging bobot terbaik pada kayu lindung dbh 40 cm.
Gambar 28 Hasil interpolasi metode IDW bobot terbaik pada kayu meranti dbh 10 cm.
Gambar 29 Hasil interpolasi metode Spline bobot terbaik pada kayu meranti dbh 10 cm.
Gambar 30 Hasil interpolasi metode Kriging bobot terbaik pada kayu meranti dbh 10 cm.
Gambar 31 Hasil interpolasi metode IDW bobot terbaik pada kayu meranti dbh 40 cm.
Gambar 32 Hasil interpolasi metode Spline bobot terbaik pada kayu meranti dbh 40 cm.
Gambar 33 Hasil interpolasi metode Kriging bobot terbaik pada kayu meranti dbh 40 cm.
Gambar 34 Hasil interpolasi metode IDW bobot terbaik pada kayu rimba dbh 10 cm.
Gambar 35 Hasil interpolasi metode Spline bobot terbaik pada kayu rimba dbh 10 cm.
Gambar 36 Hasil interpolasi metode Kriging bobot terbaik pada kayu rimba dbh 10 cm.
Gambar 37 Hasil interpolasi metode IDW bobot terbaik pada kayu rimba dbh 40 cm.
Gambar 38 Hasil interpolasi metode Spline bobot terbaik pada kayu rimba dbh 40 cm.
Gambar 39 Hasil interpolasi metode Kriging bobot terbaik pada kayu rimba dbh 40 cm.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis Data
Data yang sudah divalidasi selanjutnya dianalisis kelogisannya terhadap data dilapangan. Maksud dari kelogisan disini adalah mengetahui seberapa besar
data model bisa mendekati atau menggambarkan nilai aktual di lapangan. Berdasarkan nilai minimal, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi data dapat
dibandingkan sebarapa jauh data model dari masing-masing metode terbaik dapat mendekati nilai sebenarnya di lapangan data validasi. Pada Tabel 11 disajikan
nilai minimum, maksimum, dan rata-rata untuk metode terbaik pada jenis kayu komersial Kayu Meranti dbh 40 cm.
Tabel 11 Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan SD data model Metode
Volume Min
Max Rata-rata
SD IDW
24,930 262,990
102,280522 59,515
Spline -533,200
951,500 102,146185
742,350 Kriging
37,400 234,600
100,784739 49,300
Nilai aktual 6,060
519,124 100,420273
128,266
-800 -600
-400 -200
200 400
600 800
1000 1200
IDW Spline
Kriging Nilai aktual
min max
rata - rata SD
Gambar 40 Diagram perbandingan sebaran volume model dengan volume aktual. 51
Volume m
3
ha
Metode Interpolasi
Pada Tabel 11 diketahui bahwa seberapa besar data model dapat mengestimasi dugaan volume di lapangan dengan data aktual validasi di
lapangan. Berdasarkan nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan SD volumeha dibandingkan hasil dugaan volumeha antara ketiga metode interpolasi dengan
volumeha aktual lapangan. Sedangkan pada Gambar 40 menunjukkan perbandingan volumeha yang ditampilkan dalam bentuk diagram.
Berdasarkan nilai minimal, interpolasi dengan metode IDW paling mendekati nilai aktualnya. Begitu juga dengan metode Kriging yang juga
mendekati nilai aktual. Berbeda halnya dengan kedua metode tersebut, metode Spline menghasilkan nilai minimal yang sangat jauh dari nilai aktualnya. Nilai
yang dihasilkan sampai bernilai negatif underestimate. Nilai maksimal yang dihasilkan metode Spline jauh melebihi overestimate dari nilai aktulnya
dibandingkan metode IDW dan metode Kriging yang lebih mendekati nilai aktual. Metode Kriging paling mendekati nilai aktualnya dilihat dari nilai rata-rata.
Sedangkan dari nilai SD Standar Deviasi, metode IDW yang paling mendekati dibandingkan dengan metode lainnya dan metode Spline menghasilkan nilai SD
yang sangat jauh dari nilai SD aktual. Pada diagram perbandingan sebaran volume dapat dilihat volume dugaan
yang dihasilkan dengan metode Spline sangat mencolok. Besarnya volume dugaan maksimum yang diperoleh melebihi nilai volume aktual overestimate dan
volume dugaan minimum berada jauh dibawah nilai volume aktual underestimate. Selain itu yang paling mencolok adalah nilai negatif yang
dihasilkan oleh metode Spline dalam menduga volume per hektar. Hal itu menyebabkan ketidaklogisan data volume dan mempunyai error yang cukup besar
dibandingkan kedua metode lainnya. Oleh karena itu, interpolasi dengan metode Spline tidak disarankan untuk digunakan dalam mengestimasi sediaan tegakan
berbasis IHMB. Berbeda halnya dengan metode Spline, metode IDW lebih dapat mendekati
nilai volume aktualnya. Begitu juga dengan hasil volume dugaan menggunakan metode Kriging. Dilihat dari volume rata-rata ketiga metode interpolasi, metode
Kriging paling mendekati nilai volume aktualnya dengan selisih volume sebesar 0,365ha.