a. Sifat koloid drilling mud dengan bentonite b. Memberi zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat dalam Lumpur,
misalnya, starch, CMC dan cypan, yang mana mengurangi filter loss dan memperkuat mud cake.
3.1.1.4. Mengontrol Tekanan Formasi
Pada formasi yang permeable, fluida yang berada disekitarnya akan mendapat tekanan sebagai fungsi kedalaman sumur. Sehingga diperlukan lumpur
pemboran dengan densitas yang memadai untuk mengatasi tekanan formasi dan juga untuk menahan influks fluida agar tidak menghambur ke dalam lubang
sumur. Disini lumpur harus mampu memberikan suatu tekanan hidrostatik yang cukup untuk mengimbangi tekanan formasi. Kondisi pemboran overbalanced
dilakukan apabila tekanan yang terjadi disebabkan oleh takanan kolom lumpur melebihi tekanan formasinya. Sedangkan pemboran underbalanced biasanya
dilakukan untuk mendiskripsikan tekanan yang terjadi disebabkan oleh tekanan kolom lumpur terlalu kecil untuk menahan tekanan formasinya.
Tekanan formasi umumnya adalah sekitar 0.465 psift kedalaman. Pada tekanan yang normal, air dan padatan pemboran telah cukup untuk menahan
tekanan formasi ini. Untuk tekanan yang lebih kecil dari normal subnormal, beberapa sumur dibor menggunakan lumpur dengan densitas sekitar 9.5 ppg,
densitas lumpur diperkecil agar lumpur tidak hilang masuk ke formasi. Sebaliknya untuk tekanan lebih besar dari normal abnormal, sumur biasanya dibor
menggunakan lumpur dengan densitas sekitar 18 ppg dengan menambahkan barite untuk memperberat lumpur. Suatu situasi memerlukan lumpur berdensitas besar
untuk kedalaman dangkal dengan tekanan formasi yang tinggi dan mengandung gas, dan kemungkinan terjadi kebocoran casing sehingga menyebabkan tekanan
diatas normal. Lumpur dengan densitas yang memadai diharapkan mampu menahan tekanan formasi selama proses pemboran untu mencegah terjadinya
blowout. Untuk itu perlu diperhitungakn keperluan tekanan kolom lumpur agar bisa mengimbangi tekanan formasi, yaitu dengan memakai persamaan :
D P
m m
052 .
.............................................................................3-1
keterangan : P
m
= tekanan static lumpur, psi. ρ
m
= densitas lumpur, ppg. D
= kedalaman, ft. Perlu diketahui, bahwa tekanan pada formasi yang diakibatkan oleh fluida
pada saat mengalir rumus diatas untuk keadaan static adalah tekanan yang dihitung dengan rumus diatas ditambah dengan pressure loss kehilangan tekanan
pada annulus diatas formasi yang bersangkutan.
3.1.1.5. Membawa Cutting dan Material Pemberat Pada Suspensi Jika Sirkulasi Lumpur Dihentikan Sementara
Salah satu hal terpenting dalam pemilihan lumpur yang baik adalah kemampuannya untuk menahan dan membawa cutting dan material-material
pemberat lainnya saat sirkulai diberhentikan untuk sementara waktu. Selama proses pemboran sirkulasi bisa diberhentikan hingga beberapa kali. Dalam
pemboran sumur yang dalam, penggantian bit memakan waktu beberapa jam saja. Jika padatan pada saat itu tidak diperhatikan, maka pengendapannya akan
mengalami sirkulasi lagi recirculation dan akan menempel di sekitar bit yang dapat menyebabkan stuck.
Agar lumpur memilki kemampuan mengangkat, lumpur harus memiliki sifat thixotropic saat lumpur tidak bergerak dan lumpur menjadi fluida kembali
saat mengalami pergerakan. Sifat thixotropic ini disebabkan oleh kontak tepi permukaan dari formasi edge-to-surface contact, yaitu gaya tarik antara tepi dari
permukaan-permukaan dari perikel clay yang larut dalam lumpur, karena permukaan plate clay didominasi oleh kandungan ion negatif sedangkan bagian
tepi memiliki kandungan ion positif. Sifat thixotropic dipengaruhi oleh perubahan kandungan padatan dan penambahan material-material kimiawi yang ada dalam
lumpur. Pada pemakaian lumpur berat dimana mengandung partikel clay per unit volume yang besar, gaya teriknya menjadi sangat kuat pula, maka struktur kontak
tepi permukaan dari partikel clay akan menopang seluruh berat cutting dan
material yang dibawa oleh lumpur selama proses sirkulasi diberhentikan sementara.
3.1.1.6. Melepaskan Cutting dan Pasir di Permukaan