3. Distribusi velocity di annulus. Kapasitas mengangkat cutting yang besar dapat dicapai dengan aliran
turbulent daripada aliran laminar untuk lumpur yang memiliki viskositas rendah. Hal ini disebabkan karena efek turbulensi lumpur yang cenderung
meminimalisasi cutting yang terselip di ruang dekat pipa atau dinding lubang sumur dengan gerakan aliran bergelombangnya dan ditransportasikan ke
permukaan. 4. Efek torsi terhadap kapasitas lumpur pengangkat.
Rotasi drillpipe selama pemboran berpengaruh terhadap kapasitas pengangkatan lumpur yang memiliki lairan laminar maupun turbulent. Rotasi
drillpipe berkaitan dengan tanaga putar aliran viscous, yang mana dapat menjadi panghalang terhadap pengangkatan cutting. Efek torsi tenaga putar
akan menyebabkan partikel yang tipis untuk cenderung berputar berbalik turun ke bawah akibat variasi velocity lumpur
5. Dimensi partikel. Desain bit menentukan ukuran dan bentuk cutting yang dihasilkan. Besarnya
fisik cutting akan sangat berpengaruh terhadap kapasitas pangangkatan oleh lumpur. Partikel yang memiliki katebalan diameter yang besar cenderung sulit
diangkat dari wellbore, karena partikel tersebut akan balik turun ke dasar sumur dengan berat yang relatif besar.
3.1.1.2. Mendinginkan dan Melumasi Bit dan Drillstring
Dengan pertimbangan bahwa sejumlah panas terjadi selama perputaran bit dan drillstring yang dihasilkan oleh friksi pada bit dan beberapa titik dimana
drillstring berhubungan dengan dinding formasi. Dinding formasi hanya sebagian kecil saja mampu menyerap panas karena keterbatasan secara fisik. Sedangkan
kontak panas terbesar terjadi di sepanjang titik-titik sirkulasi lumpur hingga ke permukaan.
Sifat lubricant pelumas lumpur dengan membentuk dinding film yang tipis mud cake akan menjadi sangat penting karena pertimbangan penghematan
waktu dan biaya perawatan peralatan pemboran yaitu dengan mereduksi
kerusakan premature akibat panas friksi. Resistansi friksi oleh bit dalam pemboran dan drillstring dalam berputar menentang bagian lubang sumur, jika
tanpa adanya lumpur, akan memberikan efek bit menjadi cepat terbakar dan tumpul dan drillpipe menjadi abrasi. Dengan adanya lumpur mereduksi faktor
friksi pada bit dan drillpipe, juga menyerap panas yang terjadi. Resistansi film lumpur juga dapat mengurangi beban friksi saat pipa dicabut. Semua lumpur yang
disirkulasikan merupakan lumpur yang mempunyai kriteria resitan terhadap panas dan cukup mampu melumasi untuk mendinginkan bit dan drillstring.
3.1.1.3. Memberi Dinding Pada Lubang Bor Dengan Mud Cake
Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis dipermukaan formasi yang permeable lulus air. Pembentukan mud cake ini akan
menyebabkan tertahannya aliran fluida masuk ke formasi selanjutnya, adanya aliran yang masuk yaitu cairan dan padatan yang akan menyebabkan padatan
tersebut tersaring atau tertinggal yang disebut sebagai mud cake. Cairan yang masuk kedalam formasi disebut filtrate.
Jika formasi terdapat belahan cracked, fissured dan bergua-gua cavernous dengan tekanan overburden yang terjadi, maka menyebabkan volume
lumpur dan padatan akan terinvasi dari lubang sumur ke area sekitar formasi, ini disebut sebagai lost circulation, dimana permeabilitas formasi terlalu besar untuk
suspensi lumpur yang masuk. Sedangkan jika permeabilitas formasi terlalu kecil untuk suspensi padatan lumpur, hanya sebagian fluida saja yang lolos hilang
masuk disekitar dinding formasi, disebut dengan filtration loss. Sehingga dengan mengontrol sifat-sifat lumpur, dampak negatif yang disebabkan adanya hilangnya
fluida dapat diatasi dengan membuat mud cake pada dinding lubang bor. Mud cake dikehendaki yang tipis karena dengan demikian lubang bor tidak terlalu
dipersempit dan cairan yang tak banyak yang hilang. Sifat wall building ini dapat diperbaiki dengan penambahan :
a. Sifat koloid drilling mud dengan bentonite b. Memberi zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat dalam Lumpur,
misalnya, starch, CMC dan cypan, yang mana mengurangi filter loss dan memperkuat mud cake.
3.1.1.4. Mengontrol Tekanan Formasi