17
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian dilakukan di UPT F Technopark Fakultas Teknologi Pertanian FATETA, Institut Pertanian Bogor IPB, Bogor. Penelitian ini dilakukan
selama bulan Maret - Mei 2009.
B. BAHAN DAN ALAT
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kopi lampung jenis robusta grade 4b dengan kadar air 12
–13 . Sedangkan bahan tambahan yang digunakan adalah karung goni, seng gelombang, papan multiplek dan seng
plat. Bahan tambahan ini nantinya akan digunakan untuk membuat model gudang
penyimpanan kopi dan pengemasan kopi.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah thermo recorder mini wireless RTW-20S dan RTW-30S, Kamera digital dan komputer. Peralatan yang
diperlukan untuk analisis diantaranya yaitu Oven Drying, timbangan analitik, cawan, dan desikator. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk membuat
model gudang penyimpanan dan kemasan kopi yaitu gergaji kayu, gunting seng, palu dan jarum jahit.
Sebelum dilakukan penelitian ini perlu diadakan persiapan bahan. Bahan yang perlu disiapkan adalah kopi sebanyak 48 kg. Kopi tersebut dikemas kedalam
karung goni dengan masing-masing kemasan berisi 300 g. Selanjutnya sebanyak 20 karung direndam ke dalam air selama 4 jam sebagai perumpamaan akibat
banjir. Air yang digunakan adalah air irigasi sebagai pengganti air hujan.
C. MODEL PENYIMPANAN KOPI
Dalam penelitian ini akan dikaji ada tidaknya kerusakan biji kopi yang disebabkan karena peningkatan kadar air pada saat penyimpanan. Dalam hal ini
kerusakan yang disebabkan selain pengaruh kadar air biji kopi diabaikan. Perlakuan untuk penelitian ini dilakukan dengan cara meletakkan model gudang
di dalam ruangan. Untuk menyederhanakan sistem, beberapa asumsi dibuat:
18 1. Kadar air awal bahan sebelum mengalami perlakuan perendaman air
adalah sama. 2. Tumpukan biji kopi terbagi menjadi tiga bagian: bagian atas, tengah dan
bawah. 3. Udara pada model gudang penyimpanan dibagi menjadi tiga yaitu bagian
atas, tengah dan bawah. Asumsi ini mempertimbangkan dampak udara luar pada bagian atas karena ada fentilasi udara.
4. Persamaan lapisan bagian dengan faktor koreksi perubahan kadar air pada biji.
Data yang diperoleh selanjutnya akan digunakan dalam pembutan simulasi dengan menggunakan vasilitas macro yang ada pada Microsoft Office Exel.
Berdasarkan asumsi yang digunakan, dikembangkan subsistem model matematika yaitu:
1. Keseimbangan panas merata pada semua udara bagian bawah. Kesetimbangan panas pada model gudang berawal dari pindah panas
secara konveksi, konduksi dan panas yang dihasilkan dari produk itu sendiri. Perpindahan konveksi dari udara kedinding, pindah panas secara konduksi udara
antara bagian, dan pindah panas konveksi dari udara ke produk atau sebaliknya hingga keadaan setimbang. Kesetimbangan panas pada bagian bawah dapat
dirumuskan menjadi:
20 2. Keseimbangan panas merata pada semua udara bagian atas.
Pada kesetimbangan panas bagian atas sama seperti kesetimbangan panas pada bagian bawah, namun ada pengaruh pindah panas konduksi dari udara
lingkungan model gudang. Sehingga persamaannya adalah
21
3. Kesetimbangan panas merata pada semua udara bagian tengah. Pada kesetimbangan panas pada bagian tengah sama seperti
kesetimbangan panas bagian atas. Jika pada bagian atas terdapat pengaruh pindah
pb rb
pb lingk
rb w
rb rtg
ab p
rb rb
p
T T
hA T
T UA
T T
c m
dt dT
mc
pb ra
pa lingk
ra w
rtg rta
ab p
ra lingk
lingk p
ra ra
p
T T
hA T
T UA
T T
c m
T T
c m
dt dT
mc
19 panas konduksi dari lingkungan, namun pada bagian tengah yang berpengaruh
adalah pindah panas konduksi dari udara bagian bawah dan atas.
22 4. Kesetimbangan panas biji kopi merata pada bagian bawah.
Kesetimbangan panas biji kopi di dalam penyimpanan berasal dari pindah panas konduksi yang disebabkan karena perbedaan suhu biji kopi dengan suhu di
sekitar biji kopi dan panas yang mengakibatkan penguapan. Sehingga kesetimbangan panas yang terjadi pada biji kopi bagian bawah adalah:
23 5. Kesetimbangan panas biji kopi merata pada bagian atas.
Kesetimbangan panas biji kopi yang terjadi pada bagian atas sama dengan kesetimbangan panas biji kopi bagian bawah. Sehingga kesetimbangan panas
yang terjadi pada biji kopi bagian atas adalah:
24 6. Kesetimbangan panas biji kopi merata pada bagian tengah.
Kesetimbangan panas biji kopi bagian tengah sama dengan kesetimbangan panas biji kopi pada bagian atas dan bawah. Sehingga kesetimbangan panas yang
terjadi pada biji kopi bagian tengah adalah:
25 7. Kesetimbangan kadar air biji kopi merata pada bagian bawah.
26 8. Kesetimbangan kadar air biji kopi merata pada bagian atas.
27 9. Kesetimbangan kadar air biji kopi merata pada bagian tengah.
28
ptg rtg
ptg rtg
link w
rtg ra
ab p
rtg rb
lingk p
ra ra
p
T T
hA T
T UA
T T
c m
T T
c m
dt dT
mc
fg vb
pb rb
pb pb
pb p
h m
T T
hA dt
dT mc
fg va
pa ra
pa pa
pa p
h m
T T
hA dt
dT mc
fg vtg
ptg ra
ptg ptg
ptg p
h m
T T
hA dt
dT mc
vb b
db
m dt
dM m
va a
da
m dt
dM m
vtg tg
dtg
m dt
dM m
20 10. Keseimbangan uap air merata pada semua udara bagian bawah.
Kesetimbangan uap air pada bagian bawah dipengaruhi oleh kesetimbangan uap air yang ada pada udara sekitar biji kopi dengan laju
penguapan yang terjadi pada biji. Sehingga kesetimbangan uap air pada bagian bawah dapat dihitung menggunakan persamaan :
29 11. Keseimbangan uap air merata pada semua udara bagian tengah.
Kesetimbangan uap air pada lapisan tengah berasal dari uap air yang ada pada udara disekitar biji kopi bagian tengah dan bawah, uap air disekitar biji kopi
bagian tengah dan atas, serta laju penguapan yang terjadi pada biji kopi bagian tengah. Sehingga kesetimbangan uap air pada bagian tengah dapat dihitung
menggunakan persamaan:
30 12. Keseimbangan uap air merata pada semua udara bagian atas.
Kesetimbangan uap air pada lapisan atas berasal dari uap air yang ada pada udara disekitar biji kopi bagian atas dan lingkungan, uap air disekitar biji
kopi bagian tengah dan atas, serta laju penguapan yang terjadi pada biji kopi bagian atas. Sehingga kesetimbangan uap air pada bagian tengah dapat dihitung
menggunakan persamaan:
31 Dalam penelitian ini digunakan metode Newton-Raphson untuk pencarian
akar dari persamaan. Dari semua metode yang ada, metode ini memiliki konvergensi yang paling cepat. Untuk mengetahui rumus metode Newton-
Raphson dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan Geometri dan pendekatan menggunakan deret Taylor. Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan deret Taylor. Langkah yang digunakan yaitu menguraikan
di sekitar kedalam deret Taylor sehingga
t 32.1
b v
rb tg
ab rb
r
m H
H m
dt dH
m
tg v
rtg rb
atg rtg
r atg
rtg r
m H
H m
H H
m dt
dH m
va ra
rtg aa
ra lingk
aa ra
r
m H
H m
H H
m dt
dH m
21 Apabila diambil dua persaman 25.1 maka akan menjadi
32.2 Untuk mencari nilai akar dari persamaan maka nilai
, sehingga persamaannya menjadi
0 = 32.3
Atau
32.4 Kriteria berhentinya iterasi metode Newton-Raphson adalah
atau , dimana dan adalah toleransi galat.
Model simulasi pendugaan kadar air ini merupakan pengembangan model simulasi yang telah dibuat oleh Nelwan et al 2009. Pengembangan ini berupa
1. Tampilan lebih menarik Tampilan dari program yang dikembangkan lebih menarik karena didisain
dengan paduan warna sehingga lebih mudah untuk dimengerti. Data masukan dan hasil yang diharapkan berupa kadar air biji kopi ditampilkan dalam satu halaman
sehingga lebih mudah untuk dimengerti. Selain itu hasil dari program simulasi pendugaan kadar air biji kopi berupa tabel dan grafik sehingga mudah dipahami
dalam menggambarkan hasil simulasi. 2. Data masukan yang digunakan di dalam program lebih sederhana
Inputan data yang lebih sederhana dari program simulasi karena menyederhanakan beberapa variabel seperti mengganti variabel dimensi karung
berupa panjang, lebar dan tebal menjadi volume karung. Mengubah beberapa variabel yang ada pada data masukan menjadi inputan data pada coding program
seperti variabel properti berupa kerapatan udara, panas jenis udara, panas jenis biji kopi, perubahan waktu dan entalphi produk. Hal ini disebabkan data-data tersebut
merupakan nilai tetap yang tidak perlu diubah-ubah. Menghapus beberapa variabel seperti massa udara, massa kering produk, volume udara bebas pada
gudang, laju aliran udara dan aliran massa udara dalam ruang karena variabel- variabel tersebut langsung dihitung di dalam coding.
22 3. Komposisi setiap bagian dijadikan sebagai variabel
Dalam pembuatan simulasi ini menggunakan asumsi pembagian tumpukan karung menjadi tiga bagian yang setiap bagiannya terdiri dari beberapa lapisan.
Dalam simulasi yang dikembangkan ini dapat diubah-ubah jumlah lapisan pada setiap bagiannya. Hal ini dapat memudahkan pengguna apabila dalam
kenyataannya jumlah lapisan pada setiap bagiannya tidak sama dengan jumlah lapisan pada setiap bagian dari model.
4. Tampilan data hasil perhitungan lebih lengkap Dalam simulasi program ini tampilan data hasil perhitungan lebih banyak
dari pada data hasil perhitungan program sebelumnya seperti penambahan hasil perhitungan dari suhu bola basah pada bagian tengah dan atas yang program
sebelumnya hanya suhu bola basah pada bagian bawah saja. 5. Fungsi yang digunakan di dalam coding berbeda
Sebagian besar fungsi yang ada pada coding sama, namun ada perbedaan rumus fungsi seperti pada fungsi penghitungan tekanan uap jenuh. Dalam
program yang dikembangkan ini fungsi penghitungan tekanan uap jenuh berdasarkan pada ASHRAE Handbook 1997.
D. RANCANGAN MODEL BANGUNAN PENYIMPANAN