SIMULASI PENYIMPANAN BIJI KOPI

14 theobromae, Mucor javanicus, Penicillium citrinum, Rhizopus arrrhizus, R. oryzae dan Wallemia sebi. Aspergillus niger merupakan cendawan yang dominan. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa beberapa spesies Aspergillus dan Penicillium dapat memproduksi okratoksin OA, toksin penyebab keracunan ginjal pada manusia maupun hewan, juga bersifat karsinogen Yani, 2008. Hal ini sangat penting dalam perdagangan kopi di pasar internasional bahwa sebagian besar negara pngimpor kopi mensyaratkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan kandungan dari OA yang berbahaya.

E. SIMULASI PENYIMPANAN BIJI KOPI

Dalam arti luas, simulasi berarti duplikasi dari suatu sistem atau aktivitas tanpa pencapaian yang sebenarnya dari hakekat kenyataan itu sendiri Morgenthaler, 1961 dalam Kusuma, 2007. Simulasi merupakan penyusunan model dari suatu sistem dan dilakukan percobaan pada model tersebut. Pada hakekatnya simulasi merupakan suatu operasi yang terdiri dari pembuatan model dan percobaan modelling and experimentation. Model adalah suatu abstrak dari suatu keadaan yang sesungguhnya atau dengan kata lain merupakan penyederhanaan dari suatu sistem yang nyata untuk memungkinkan pengkhayalan tentang apa yang tersirat dalam suatu sistem Kusuma, 2007. Faktor yang menentukan keamanan dalam penyimpanan biji-bijian antara lain kadar air biji, pindah massa, suhu, oksigen dan carbon dioksida, keadaan biji dan kadar air kesetimbangan ASHRE, 1997. Simulasi penyimpanan biji kopi dapat dilakukan dengan membuat model matematis dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Perubahan kadar air pada biji terjadi akibat adanya penyerapan uap air yang ada di udara oleh biji atau disebabkan karena terjadi penguapan pada biji. Sehingga kesetimbambangan kadar air pada biji dapat dirumuskan sebagai berikut Nelwan et al.,1997: 7 v m dt dM m  15 Pindah massa uap air yang ada pada biji atau udara dipengaruhi oleh kesetimbangan massa uap air yang ada di udara. Banyaknya uap air yang ada di udara dapat dihitung dengan persamaan ASHRE,1997: m = m  Hud 8 Suhu pada ruang penyimpanan didalam gudang penyimpanan dapat dihitung dengan kesetimbangan panas yang terjadi pada ruang penyimpanan. Perpindahan panas yang terjadi didalam gudang penyimpanan dapat terjadi secara konduksi dan konveksi. Perpindahan panas secara konduksi dapat dirumuskan: q = m Cp T1-T2 9 Sedangkan pindah panas secara konveksi dari udara ke dinding dihitung dengan persamaan: q = U A T1 – T2 10 Pada perpindahan panas secara konveksi dari udara ke biji dihitung dengan persamaan: q = h A T1-T2 11 Menurut Nelwan et al 2009, dalam mengembangkan model memerlukan: Persamaan lapisan pengeringan, persamaan konstanta dari pengeringan biji, Sorption isotherm dan persamaan psychometric. Persamaan pengeringan lapisan tipis diturunkan secara semi teorotis dan empiris untuk menyederhanakan penyelesaian persamaan difusi dan pengeringan. Menurut Henderson dan Perrr 1976 dalam Prabowo 2009, proses difusi air selama laju pengeringan menurun seperti konduksi panas pada benda padat seperti persamaan berikut: 12 Persamaan konstanta dari pengeringan biji kopi yang digunakan merupakan fungsi dari suhu Nelwan et al 2009: 13 sedangkan persamaan sorpstion isotherm dari biji kopi dapat menggunakan persamaan modified GAB, 1946 Jayas dan Mazza,1993 dalam Thong et al., 2002: kt xp M M M M e o e e 273.16 + 5976 - 15.432 e 3600 1 Tp xp k 16 14 Persamaan psychometric dapat digunakan untuk mencari nilai kelembapan relatif RH. Nilai RH dapat dihitung dengan menggunakan persamaan kelembaban absolut H dan tekanan saturasi uap air Pws ASHRE, 1997. 15 Dimana µ diperoleh dari persamaan: 16 17 18 Tekanan saturasi dalam keadaan cair liquid water dengan kisaran suhu mulai 0 o C hingga 200 o C diketahui dengan menggunkan rumus ASHRE,1997: lnPws = C1T + C2 + C3T + C4T 2 + C5T 3 + C6 lnT 19 Dimana: C1 = -5.800 220 6 E+03 C2 = 1.391 499 3 E+00 C3 = -4.864 023 9 E-02 C4 = 4.176 476 8 E-05 C5 = -1.445 209 3 E-08 C6 = 6.545 967 3 E+00 + - 1 - 1 100 1 e RH B T C RH B RH B RH B T C A M Hs H tp Pw P Pw H 62198 . Pws P Pws Hs 62198 . 17

III. METODOLOGI PENELITIAN